Mohon tunggu...
Tania Asyafira
Tania Asyafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

saya suka minum susu stoberi, saya suka bernyanyi, memasak, dengerin lagu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Demam Berdarah Dengue di Indonesia

16 September 2024   19:20 Diperbarui: 16 September 2024   19:30 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TANIA ASYAFIRA WIJAYA / 191241187

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

            Demam berdarah Dengue atau DBD adalah penyakit yang menular melalui nyamuk yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia. Gejala DBD yang umum terjadi adalah demam.  Penyakit yang mengancam jiwa ini telah lama menjangkiti Indonesia dan dunia. Demam berdarah dalam istilah kedokteran dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever. DBD merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus DEN-1 hingga DEN-4 dan ditularkan oleh nyamuk. Virus ini mengancam kehidupan manusia dan kesehatan global. Sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia berisiko dan terjadi sekitar 20.000 kematian DBD.

Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia yang memiliki angka kejadian dengue lebih dari 120.000 orang. Tempat pertama diduduki Brazil, dimana angka kejadiannya mencapai lebih dari 400.000 orang. Hampir seluruh bagian dari Indonesia yang merupakan negara tropis, menjadi daerah endemis dengue, yaitu daerah yang biasa terjadi kasus dengue.

Faktor-faktor kunci yang berkontribusi terhadap kebangkitan dengue di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir termasuk peningkatan jumlah dan ukuran  perkotaan padat penduduk yang kondusif untuk penyebaran penyakit dan adaptasi, khususnya pembawa utama virus dengue, Aedes aegypti. Dalam tiga dekade terakhir, jumlah orang tinggal di kota-kota seluruh dunia telah berlipat ganda dari 1,7 miliar menjadi 3,5 miliar. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 5 miliar pada tahun 2030 dan sebagian besar diproyeksikan terjadi di Asia. Lebih jauh lagi, peningkatan perjalanan global telah memfasilitasi penyebaran virus, menyediakan banyak peluang untuk pemilian varian virus yang berhasil dengan potensi epidemi atau virulensi yang tinggi.

Vaksin dengue tidak tersedia dan pengembangannya terhambat oleh kurangnya model hewan yang sesuai dan kebutuhan akan vaksin tetravalen yang kuat mencakup keempat serotipe dengue. Dengan hanya satu vaksin dalam fase ketiga uji klinis, diperkirakan vaksin dengue tidak akan tersedia setidaknya selama tujuh tahun ke depan. Pengendalian vektor tetap menjadi strategi utama dalam pencegahan dan pengendalian dengue.

Terdapat 3 tantangan terbesar yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi DBD, yang pertama adalah survei yang masih bersifat pasif, dimana laporan dibuat masih berdasarkan laporan rumah sakit dan tidak mengestimasikan jumlah kasus secara riil. Sebaiknya semua lini harus dapat mengambil peran agar deteksi kasus menjadi lebih mudah.

Hal yang kedua adalah manajemen kasus. Meskipun angka kematian dapat ditekan hingga 1%, berharap tidak ada lagi kasus-kasus mendatang yang bisa meningkatkan angka kematian tersebut. Hal yang terakhir dan paling penting dimana sering disepelekan adalah partisipasi masyarakat terhadap masalah. Peran serta masyarakat untuk ikut serta secara konsisten menjaga lingkungannya masih sangat sulit. Berbagai terobosan oleh pemerintah seperti Gerakan 3M, jumantik dan sebagainya telah lama beredar. Tetapi masih banyak masyarakat yang malas hanya melaksanakan ketika diingatkan.

Peran tenaga masayarakat dalam mengahadapi tantangan demam berdarah dengan mengedukasi bagaimana cara mencegah penyebaran demam berdarah, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan menguras tempat penampungan air juga mengenalkan terkait gejala-gejala demam berdarah. Dengan itu, masyarakat yang mengalami gejala-gejala tersebut bisa segera mencari pengobatan. Kedua adalah dengan pengawasan lingkungan memonitoring tempat rawan nyamuk. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), di mana mereka memeriksa tempat-tempat yang memungkinkan menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti seperti pada genangan air dan barang-barang yang bisa menampung air. Serta mengoordinasikan kegiatan fogging terutama saat kasus demam berdarah sedang melonjak.

Peran Tenaga masyarakat sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam menangani masalah penyakit demam berdarah di Indonesia. Dengan membantu dalam kampanye nasional maupun lokal mengenai pemberantasan nyamuk yang tidak bisa dijalankan sendirian melainkan berjalan bersama pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, terutama masyarakatnya itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun