Pembelajaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik belajar dengan baik. Terdapat banyak metode pembelajaran dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah metode pembelajaran konstruktivisme dimana peserta didik diajak untuk mencari dan menggali sendiri pengetahuan yang ingin didapatnya serta mengknstruksikannya sendiri.
Salah satu model pembelajaran yang selaras dengan konstruktivisme adalah hands-on learning activity.
Kita akan mempelajari lebih dalam apa itu hands-on learning dari sudut pandang seorang filsuf ternama - John Dewey.
John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika, beliau adalah seorang perintis pemikiran pragmatis dan juga disebut sebagai bapak pendidikan.
Bagi John Dewey, proses pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dan pada pembelajaran tentang kebutuhan dan minat mereka.
Dalam pandangan Dewey, anak harus diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. "Pendidikan harus dipahami sebagai rekonstruksi pengalaman yang berkelanjutan; proses dan tujuan pendidikan adalah satu dan hal yang sama." (Dewey 1987:79)
Hands-on Learning sendiri memungkinkan peserta didik untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya untuk membangun keterampilan dan pengetahuan yang baru melalui kegiatan yang dilakukan dan dirasaka secara langsung.
Penerapan hands-on learning ini bagi saya sangat menarik. Peserta didik dijadikan sebagai pusat dalam proses pembelajaran, dan pendidik adalah fasilitator untuk mendukung pembelajaran peserta didik. Peserta didik diajak untuk benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran dan ditantang untuk proaktif. Lewat model pembelajaran ini, peserta didik juga dilatih untuk berpikir secara rasional dan kritis dalam memecahkan masalah.
Tentu, model pembelajaran ini menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Aktivitas belajar ini mengasah kemampuan dan kreativitas peserta didik serta memampukan mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan kemampuan nalar serta pemecahan masalah yang mereka temui. Maka, bukanlah sebuah ide buruk jika sekolah mulai memikirkan untuk merancang kurikulum berbasis pengalaman langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H