Mohon tunggu...
Putu Tania Revalina
Putu Tania Revalina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencapai Keseimbangan Kehidupan : Strategi Mengharmoniskan Kehidupan Beragama dalam Tuntunan Profesi kerja dan Realitas Sosial

29 November 2024   14:59 Diperbarui: 29 November 2024   14:31 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Topik mengenai upaya menciptakan kehidupan yang balance dan harmonis merupakan perbincangan yang sering dibahas dalam beberapa waktu terakhir. Seruan work life balance bahkan sudah menjadi konsep hidup yang menggema dimana-mana. Manusia dalam menjalani kehidupannya diharapkan mencapai suatu keseimbangan terutama dari sisi kehidupan beragama, dunia kerja, juga kehidupan sosial. Konsep keseimbangan ini harus diwujudkan agar manusia bisa menjalani kehidupannya secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan jasmani ataupun rohaninya. Sebagai bahasan yang terbilang cukup menarik, artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai strategi mengharmoniskan kehidupan beragama dalam tuntutan profesi kerja dan realitas sosial.

Mengenal Konsep Keseimbangan Kehidupan 

              Konsep keseimbangan kehidupan didefinisikan menjadi banyak hal sesuai perspektif masing-masing individu. Dalam Ma’ruf (2019) disebutkan jika kehidupan manusia mencakup dua aspek utama yaitu aspek duniawi (muamalah) dan aspek ukhrawi (ubudiyah). Kedua aspek ini harus terwujud dengan seimbang dalam seluruh aktivitas manusia. Keseimbangan hidup manusia merupakan konsep dimana kehidupan manusia dijalankan secara seimbang dari sisi spiritual dan iman yaitu mengikuti tuntutan dan ajaran agama, dari sisi profesional menyesuaikan tuntutan kerja, dan berdasarkan realitas sosial menyesuaikan apa yang menjadi norma ataupun budaya dalam kehidupan masyarakat. Keseimbangan kehidupan ini menjadi kunci utama agar seseorang bisa mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Manusia dapat menjadi kehidupan yang seimbang, tidak hanya karena mendapatkan kebahagiaan duniawi dengan segala kemewahan dan terpenuhinya kebutuhan duniawi, namun juga memerlukan bekal ukhrawi atau bekal agama. Fokus masyarakat semata-mata bukan hanya mendapatkan kesuksesan hidup dan bekerja, namun secara lebih luas mulai bertujuan mencapai harmonis holistik dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Wahdiniawati et al., 2024). Dengan kata lain, kehidupan yang hakiki harus mencapai keseimbangan diantara kehidupan duniawi seperti dunia kerja dan sosial, juga kehidupan ukhrawi yaitu spiritualitas.

             Dalam praktiknya, diketahui bahwa upaya untuk mencapai keseimbangan kehidupan di kalangan masyarakat, masih menjadi problematika yang penting diperhatikan secara serius. Masyarakat saat ini menjalani kehidupan di dunia modern yang begitu sibuk sehingga tak  jarang mereka terjepit di antara tuntutan kerja yang memakan waktu dan energi, kewajiban sosial yang terus menghampiri, serta kebutuhan dalam menjalani kehidupan beragama yang bermakna. Banyak orang mengaku sulit untuk menyeimbangkan ketiga aspek tersebut: menjaga kedekatan dengan Tuhan, mencapai kesuksesan dalam berkarir, juga tetap mempunyai waktu untuk berinteraksi sosial. Lantas, bagaimana cara mencapai keseimbangan antara kehidupan beragama, pekerjaan, dan kehidupan sosial yang berlangsung harmonis? 

Cara Mencapai Keseimbangan Kehidupan Beragama, Kehidupan Kerja, dan Kehidupan Sosial 

            Mencapai keseimbangan kehidupan beragama, kehidupan kerja, dan kehidupan sosial menjadi cita-cita banyak umat manusia. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencapai keseimbangan kehidupan melalui berbagai strategi ataupun cara yang dapat mengarahkan manusia untuk menjalani kehidupan yang harmonis. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba: 

1. Menjadikan Tujuan Kehidupan Seimbang sebagai Prioritas 

               Keseimbangan kehidupan diawali dengan kemantapan diri untuk memahami secara jelas mengenai apa tujuan hidup dan apa yang diprioritaskan selama menjalani kehidupan. Berdasarkan perspektif agama, banyak ajaran mengarahkan umatnya untuk menjalani kehidupan yang berfokus pada ibadah. Aspek seperti pekerjaan dan berinteraksi dengan sosial sesama manusia, juga dapat menjadi sarana agar lebih dekat kepada Tuhan. Nilai agama mengajarkan manusia untuk memberikan kasih sayang sesama manusia dan saling bertoleransi sehingga interaksi sosial dibutuhkan juga untuk mencapai kehidupan seimbang. Kita dapat memprioritaskan tujuan hidup secara holistik seperti tidak hanya mampu meraih kesuksesan berkarir, namun diimbangi dengan bekal ilmu agama yang mumpuni, keimanan, dan tetap menjaga hubungan baik dengan lingkungan sosial

2.  Melakukan Manajemen Waktu sesuai Porsinya secara Efektif 

                Upaya selanjutnya agar kehidupan yang dijalani dapat seimbang yaitu dengan melakukan manajemen waktu yang baik. Tiga aspek utama yaitu agama, pekerjaan, dan sosial harus dirancang dengan pengelolaan waktu secara efektif sehingga mencapai harmonisasi kehidupan. Kita dapat mulai untuk membagi waktu sesuai porsi masing-masing sehingga kebutuhan akan tiga aspek ini dapat terpenuhi dengan baik. Cobalah mengatur waktu kapan untuk bekerja, kapan saatnya beribadah, dan kapan saatnya menjalin interaksi sosial. Kita bisa memanfaatkan aplikasi pengatur waktu agar ketika memiliki kesibukan tetap mempertimbangkan kebutuhan terhadap aspek lainnya yang tak kalah krusial. 

                Tindakan praktis yang bisa dilakukan sebagai bentuk manajemen waktu misalnya membuat patokan jam khusus untuk beribadah di sela-sela pekerjaan sebagai rutinitas sosial yang tidak bisa diganggu. Contohnya menetapkan waktu antara Maghrib hingga Isya untuk beribadah yaitu shalat yang dilanjutkan membaca Al-Quran dan diakhiri dengan shalat lagi. Waktu yang digunakan untuk bekerja juga harus dialokasikan secara tepat sehingga tidak menghalangi dan menghabiskan porsi waktu untuk beribadah ataupun berinteraksi sosial. Apabila memiliki waktu luang, tidak ada salahnya untuk berkumpul bersama keluarga, teman, tetangga ataupun orang lainnya meskipun hanya beberapa jam saja. Hal ini sangat penting dalam menjaga hubungan sosial. Apabila memiliki waktu luang, tidak ada salahnya untuk berkumpul bersama keluarga, teman, tetangga ataupun orang lainnya meskipun hanya beberapa jam saja. Hal ini sangat penting dalam menjaga hubungan sosial 

3. Menentukan Batasan yang Sehat 

                  Dalam menjalani kesibukan bekerja, sering kali kita tertekan karena dituntut oleh banyak pekerjaan sehingga tidak bisa menjalankan aktivitas lain seperti interaksi sosial. Kerja lembur yang overtime sering didapatkan oleh karyawan sesuai perintah atasan untuk bekerja dengan jam kerja yang lebih sehingga menyebabkan kehidupan didominasi oleh perihal pekerjaan saja (Primaturi, 2022). Agar dapat menjaga keseimbangan kehidupan, penting bagi kita untuk menetapkan batasan yang sehat dengan menjawab kata “tidak” apabila mendapatkan tuntutan yang terbilang sangat over. Kita harus memahami pentingnya membagi waktu antara pekerjaan, sosial, maupun beribadah. Dalam konteks ini, apabila sedang menjalani kesibukan bekerja maka harus berani untuk berkata “tidak” pada kegiatan lembur berlebihan atau kerja overtime yang menganggu waktu istirahat dan ibadah. Usahakan jangan sampai membawa pekerjaan ke rumah, kecuali dalam kondisi tertentu. Pada kegiatan sosial, misalnya terdapat undangan dari teman, maka bisa juga untuk berani mengatakan “tidak” apabila kegiatan dan ajakan tersebut menjadi beban dalam menjalankan pekerjaan, ataupun menganggu waktu ibadah. Bersikaplah secara fleksibel dengan menentukan batasan yang sehat sehingga kehidupan dalam berjalan harmonis dan seimbang 

                    Mencapai keseimbangan dalam kehidupan beragama, berkarir, dan berinteraksi sosial memang bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, harmonisasi dari tiga aspek ini bisa tercapai melalui perencanaan secara baik, manajemen waktu yang efektif, juga niat sesuai prioritas dalam menjalani kehidupan. Melalui sinergi yang tepat di antara iman beragama, profesionalitas dalam bekerja dan menjalani kehidupan sosial, maka kita dapat membangun kehidupan yang seimbang. Kehidupan seimbang tentu menjadi cita-cita banyak orang agar mendapatkan ketentraman dan kedamaian dalam menjalani kehidupan. Untuk itu, ingatlah bahwa setiap langkah perjalanan hidup adalah upaya untuk mencapai keseimbangan yang membawa kebahagiaan di masa sekarang ataupun masa mendatang yang penuh makna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun