Ibarat seorang musafir yang  menempuh perjalanan jauh. Lalu ia beristirahat sejenak di bawah pohon dan  bertanya pada dirinya sendiri
"Sudah berapa jauh saya berjalan?"
"Berapa jauh lagi, saya harus berjalan?"
"Sudahkan saya berada pada jalan yang benar?"
Begitulah analoginya, ketika kita memanfaatkan  suatu momentum untuk merenung, mengevaluasi kehidupan kita.
Hidup adalah perjalanan yang sepenuhnya berisi ujian. Ujian itu sudah dimulai sejak manusia menginjak akil baligh, dan akan berakhir pada saat syakaratul maut.
Mengapa syakaratul maut menjadi akhir dari ujian?
Sebab pada saat itu tabir alam gaib akan terbuka.
Pada saat itu tak ada satu pun manusia yang tak beriman. Karena iman selalu berkaitan dengan segala sesuatu yang gaib.
Syurga dan neraka yang selama hidup hanya dianggap cerita masa depan yang tampak jauuuh tak terlihat, abstrak meski berkali-kali Al-qur'an menggambarkan, saat syakaratul maut semua menjadi nyata.
"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." (Q.S Qaaf : 22)