Nanti kita akan ceritakan tentang hari yang menyenangkan. Dus bangku berjajar memanjang dari Utara ke Selatan. Baik di timur maupun barat Boulevard. Di sana kita bercengkrama membincang sebuah fantasi.
Ya dipinggir sebuah Boulevard sebuah kota yang lumayan berhawa sejuk. Tapi ada yang minor ketika bangku yang panjang itu hanya diduduki sendiri. Terasa janggal memang.
Namun itu bukan soal. Mereka yang datang dan duduk kemudian bercakap-cakap. Sebenarnya kalau bisa dalam percakapan itu mereka juga ingin cuci celana, baju dan setrika. Dipinggir Boulevard tentu. Sambil cas cis cus makan kudapan terus berendam dalam jacuzi. Ditemani segelas anggur dan buah strawberry. Wow Boulevard serasa milik sendiri.
Boulevard menyediakan ruang dan waktu. Namun ia adalah ruang publik bersama. Maka keinginan seperti diatas absurd belaka. Pasangan yang datang bercanda suka ria sementara yang menjomblo menatap kosong sambil meratap didepan gawai. Senyam senyum mengulum bibir kapan si doi datang.
Tiba tiba gerimis datang membasahi dan membuyarkan angan si jomblo yang kesepian. Sementara mereka yang datang secara berpasangan sudah cap cus pindah ke kafe ngopi plus WiFi. Si jomblo masih dipinggir Boulevard kepingin jacuzi ditemani sekerat roti dan kopi. Maklum dari pagi belum sarapan soalnya belum dapat kiriman. Dan lagi cucian setrikaan dan kebutuhan pokok lainnya belum sempat terbeli. Jadilah si jomblo menetap untuk sementara di bangku panjang pinggir Boulevard.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H