MBKMÂ
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan sebuah program belajar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, program ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa untuk mengembangkan potensi kreatif mereka dan mentransformasi sistem Pendidikan tinggi di Indonesia untuk menghasilkan lulusan yang lebih relevan dalam dunia kerja. Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), merupakan sebuah kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan praktik kerja lapangan, magang, dan proyek riset yang berbasis masyarakat. Hal ini akan membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Asistensi Mengajar di SMAN NgoroÂ
Asistensi Mengajar merupakan salah satu program MBKM yang dilaksanakan oleh Universitas Negeri Malang. Asistensi mengajar di satuan pendidikan adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dari berbagai jurusan di Universitas Negeri Malang yang akan dilaksanakan pada satuan pendidikan formal yaitu SD, SMP dan SMA sederajat. Asistensi Mengajar di SMAN Ngoro Sendiri dilaksanakan oleh 10 mahasiswa dari jurusan sejarah dan geografi.Â
Pada pelaksanaanya para mahasiswa akan dibimbing oleh perwakilan dosen pembimbing dari tiap jurusan mahasiswa yang mengikuti asistensi mengajar  dan guru pamong yang akan disesuaikan dengan jurusan tiap mahasiswa yakni guru mata pelajaran sejarah dan geografi. Kegiatan mahasiswa selama asistensi mengajar akan dilaksanakan selama 1 semester. dimana program  asistensi mengajar ini akan mengkonversi setara dengan 20 SKS mata kuliah. Kegiatan yang dilakukan selama asistensi mengajar di SMAN Ngoro meliputi kegiatan akademik, non akademik dan administrasi.Â
Pembelajaran sejarah berdiferensiasiÂ
Peserta didik memiliki karakteristik dan keunikannya yang beragam sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Tentunya keberagaman tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran, sebagai seorang fasilitator guru harus memastikan kebutuhan belajar peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama dalam belajar. Melalui penerapan model pembelajaran berdiferensiasi bertujuan menunjang kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan potensi mereka. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar sesuai dengan minat dan karakter peserta didik. Terkait dengan hal tersebut, dalam program Asistensi Mengajar mahasiswa sejarah UM menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di SMAN Ngoro dalam pembelajaran sejarh dengan melalui berbagai pendekatan guna menemukan pembelajaran sejarah yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Model pembelajaran sejarahÂ
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kerangka pembelajaran, materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di dalam kelas. untuk menetapkan model pembelajaran yang tepat, tidaklah mudah karena memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Dalam memilih model pembelajaran, juga harus disesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang akan dihasilkan dari proses kerjasama yang dilakukan antara peserta didik dan guru. Guru juga harus mengerti karakteristik peserta didik sehingga dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai. Dalam pembelajaran sejarah terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas seperti, model pembelajaran langsung (ceramah), model pembelajaran kooperatif (tutor sebaya), model pembelajaran FGD (Focus Discussion Group), dan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning).
Model pembelajaran langsung (ceramah)Â
Model pembelajaran langsung secara umum adalah suatu model yang dapat membentuk peserta didik untuk mempelajari serta menguasai keterampilan dasar. Model pembelajaran ini membutuhkan keaktifan, keahlian, dan kreativitas dalam materi. Pembelajaran langsung tidak hanya menggunakan teknik ceramah, tetapi juga bisa berbentuk demonstrasi, praktik, maupun kerja kelompok. Model ini diterapkan  di Kelas X MIPA SMAN Ngoro oleh kami Mahasiswa AM UM SMAN Ngoro, dengan penerapan model ini yang cenderung berfokus pada teknik ceramah. Meskipun berfokus pada teknik ceramah, keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam mendemonstrasikan pendapat tetap dinilai. Hal ini disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang berfokus pada keaktifan peserta didik. Sebelum menerapkan model ini, umumnya persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan materi yang akan disampaikan sebaik mungkin serta menyiapkan lembar penilaian keaktifan peserta didik. Selain menyiapkan materi, pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik mengenai materi juga harus dibuat, dengan tujuan untuk menilai pemahaman peserta didik setelah proses penyampaian materi.   Â