Tomstone bernyanyi dalam kesedihan , setiap penduduk diliputi kesedihan betapa tidak , mereka sangat kehilangan anak dara yang baru berumur 3 bulanan dibawa ibunya ke ujung danau Bulilin untuk dimandikan, setelah itu kabar keberadaanya tak terdengar lagi, telah bertahun-tahun ia hilang bersama ibunya sehingga penduduk desa tak menghiraukan lagi. Ceritra tentang hilangnya Naomi bersama ibunya bagaikan legenda yang melekat di hati semua penduduk desa itu, legenda itu dianggapsuatu ceritera yang membawa kesedihan , orang-orang desa bila membicarakan Naomi sudah dianggap tabudanorang yang memulaimembicarakan mengenai Naomi akan kena tula yang mungkin orang tersebut mendapat musibah atau sakit yang berkepanjangan.
Kesedihan, kedukaan, kemunafikan, kebencian dan irihati kadang bercampur dalam diri manusia, kebencian timbul karena irihati dan kemunafikan, kesedihan berkalung dengan air mata dipelipis seseorang apabila orang itu dilanda duka, mungkin hal inilah membuat duka yang mendalam pada relung hati ibu Ester, ia dicaci maki, dibenci dan mungkin saja dibunuh oleh pendudukdesa itu yang membenci kemaksiatan kalau kepala desa tidak menyelamatkan ibunya dan mengamankan dirumahnyasaat sebagaian warga desa itu mengetahui bahwa ia mengandung tanpa diketahui laki-laki mana yang telah melakukan perbuatan zinah yang dibenci manusia dan Tuhan.
Setelah kandungan ibunya telah genap bulan dan hampir melahirkan maka untuk mencegah kemarahan warga desa maka kepala desa memanggil pendeta Max Lumintang yang menjadi gembala gereja Imanuel yang ada di desa itu untuk mengadakan ibadah dirumah kepala desa dengan mengundang seluruh warga desa, dalam khotbahnya pendatamengupas secara tuntas Matius 6 ayat 14-15tentang kebencian dan pengampunan Allah terhadap orang-orang yang berdosa dan pengampunan manusia terhadap sesamanya terutama bagaimana kita mengasihi orang miskin , orang yang mengalami kelemahan tubuh dan seterusnya, pokoknya dalam waktu sekitar 1 jam warga desa itu telah mendapat nasihat dan wejangan yang cukup untuk berbuat baik terhadap sesamanya,Setelah ibadah selesai pendeta Max Lumintang memberitahukan kepada semua warga bahwa dalam beberapa hari akan lahir seorang anak manusia dari rahim Ester, yang kehadirannya didunia ini di dibenci oleh warga, tetapi Tuhan sudah memberikan maka sebagai orang percaya bahwa dia lahir yang merupakan berkat bagi desa kita untuk diselamatkan, memang sebagian warga menerima tetapi juga masih ada warga yang tidak menerima karena menurut ada yang telah berlaku secara turun – temurun bila ada wanita yang hamil tanpa ada laki-laki yang bertanggung jawab maka wanita tersebut dengan anaknya merupakan aib bagi desa itu sehingga harus dibuang dari desa itu atau dibunuh untuk menolak bala yang dipercaya akan menimpah warga desa.
Pagi itu sang surya baru memancarkan sinar emasnya menerangi seantero persada, angin bertiup sepoi-sepoi, burung-burung ketilang yang bertengger diatas dahan pohon akasia didepan rumah kami sudah mulai bersenandung dengan bunyinya yang sangat merdu , cuaca terasa sangat dingin membuat sebagian warga desa masih enggan keluar rumah sehingga suasana desa Tomstone yang ditutupi kabut kelihatan sangat sepi seperti tidak berpenghuni. Tidak seberapa lama rumah kami yang masih terkunci karena mama belum juga bangun dari tempat tidurnya dikejutkan oleh seseorang yang mengetuk pintu, setelah pintu terbuka tampak kepala desa yang kelihatan tergesa-gesa dengan bicara yang sedikit tersendat bahwa Ester telah melahirkan bayi wanita dengan kondisi sehat, kulitnya putih bersih, rambutnya hitam ikal, matanya bulat dengan alis yang melintang seperti bulan sabit dimalam yang gelap dengan sinar lembut yang baru muncul diselah-selah puncak gunung soputan, pokoknya anak itu sangat sehat, bersih dan lucu seperti boneka merk cherry dari India dan oleh pendeta max diberi nama Naomi artinya manusia yang berprilaku baik yang diharapkankelak menjadi tauladan bagi manusia di desa itu.
Dalam waktu singkat kabar tentang kelahiran Naomi, sudah tersiar kepada seluruh warga yang bermukim didesa yang berpenduduk tidak terlalu banyak itu sudah mengetahui peristiwa kelahiran Naomi, ada warga yang tidak memperdulikan tetapi sebagaian besar warga mengutuk kelahirannya dan menaruh kebencian terhadap Ester dan orang tuanya yang sudah rentah itu.Pembicaraan warga desa semakin menjadi-jadi setelah 3 hari kelahiran Naomi, disudut desa itu ada seorang anak yang sudah 6 tahun meninggal ditabrak motor penduduk desa seberang yang bersebelahan dengan desa Tomstone dan kebencian warga desa semakin bertambah setelah sebulan kelahirannya terjadi lagi peristiwa yang memilukan dengan meninggalnya anak mantu bapak Albert Tangel sebagai seorang tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh di desa itu.
Hari berganti minggu dan minggu menggulung waktu memasuki bulan, bahkan sudah tiga bulan bayi Naomi telah menikmati indahnya sinar matahari, belaian angin sepoi-sepoi yang selalu membawa kesegarannya dalam berintegrasinya dengan alam disekelilingnya, karena ketekunan ibunya bayi itu telah tumbuh dengan sehat dan sebagaimana anak2 di desa yang seumur dia sudah bisa dibawa mandi dipancuran, telaga atau danau yang ada disekitar desa itu.
Malam berselimutkan embun dengan gelap yang sangat kelam, bulan enggan memperlihatkan diri sehingga suasana sangat mencekam, mendung semakin menjadi-jadi dengan tiupan angin yang sangat kencang menandakan bahwa sebentar lagi akan terjadi hujan badai di desa itu, dugaan itu benar-benar terjadi hujan turun dengan derasnya diselingi halilintar yang mengglegar bagaikan langit akan runtuh, angin bertiup sangatkencang seperti ingin menghancurkan seluruh rumah warga desa, pelita yang ada di meja untuk menerangi kamar tamu rumah mama yang tidak seberapa luas sudah padam tertiup angin, sehingga kamar disekitar kami menjadi suasana gelap gulita, pada waktu seperti ini kata mam akan membuat kita kengerian sehingga mama mengajak kami agar tidur lebih cepat dari biasanya…
Setelah kejadian alam yang semalam sangat mengerikan itu, telah berganti dengan pagi yang sangat cerah, langit bersih dari awan hitam yang sering mengganggu sinar matahari untuk menyentuh bumi sudah tidak kelihatan lagi memberikan kesempatan kepada laki-laki di desa itu mulai membersihkan daun2an yang jatuh dari pohon disekitar rumah mereka, memotong pohon yang tumbangatau sampah yang terbawa aliran hujan yang tertimbun dihalaman rumah masing-masing sedangkan sebagian dari wanita memberikan teras rumah yang kotor karena terimbas dari cucuran air hujan yang tertiup angin dan yang lainnya termasuk Ester membawa anak2 nya mandi di danau bulilin yang letaknya tidak jauh dari desa Tombatu.
Tiba-tiba angin bertiup kencang dan awan gelap yang datang bergulung-gulung dengan cepat menutup sinar matahari yang cukup panas pagi itu , langsung berubah menjadi desa itu menjadi gelap dan hujan turun dengan derasnya yang tidak memberikan kesempatan bagi ibu –ibu yang sedang memandikan anaknya di danau untuk kembali kerumah masing-masing, karena suasana disekitar danau menjadi gelap karena tertutup kabut sehingga ibu –ibu yang ada pada saat itu tidak dapat melihat antara satu dengan lainnya apa lagi kalau tempat mereka mandi saling berjauhan.Setelah 30 menit desa itu dilanda badai angin dan hujan, cuaca kembali cerah dengan sinar matahari yang sangat menyengat, wanita yang tadi memandikan anak2nya sudah kembali kerumahnya masing-masing.
Sebenarnya tak satu pun penduduk desayang melihat kepergian Ester memandikan anaknya ke danau itu, yang paling mengetahui adalah isteri kepala desa karena menurut dia pagi itu Ester pamit kepada dia untuk memandikan anaknya di danau bersama ibu-ibu yang lain tanpa ada kecurigaan sedikitpun bahwa akan terjadi peristiwa yang menimpa diri Ester, tetapi ada ceritera lain dari seorang anak yang kebetulan melihat Ester dengan buntalan pakaian yang ikatkan dipunggungnya sambil menggendong bayinya berjalan disekitar jalan dipinggir danau Bulilin yang tidak diketahui entah kemana tujuannya, begitulah pembicaraan beberapa warga desa tentang hilangnya bayinya Naomi dan ibunya, dia pergi bagaikan angin bertiup, bekas tanpa bekas, tanpa meninggalkan sepenggal kata dan pesan baik kepada orang tuanya apalagi kepada kepala desa yang selama ini menjadi pelindungnya.
Ester dan bayinya pergi meninggalkan kesedihan, kepedihan, kedukaan dari orang tuanya yang sudah rentah yang mungkin tidak lama lagi menikmati kehidupan didalam ini dan warga desa lainnya selalu mengasihi sesamanya terutama kepala desa dan pendeta Max Lumintang yang selama ini memperhatikan kehidupan Ester dan bayinya, tetapi tidak dengan Ester yang terbuat dari daging dan darah yang dihiasi Tuhan dengan perasaan sedih dan duka. Kepedihan, kedukaan bagi Ester sudah sangat memuncak dalam dirinya, membebani orang lain adalah kedukaan bagi Ester, cacian, makian dan lemparan kotoran anjing sudah sangat melukai ibu muda itu.
Empat puluh tahun telah lewat, saat lembayung warna merah di ujung langit, sebagai pertanda sang penerang telah tergoda dengan sang dewi malam untuk berganti mengayun sinar penerang di desa itu, tetapi dewi malam tak sanggup mengadapi belaian awan hitam yang selalu mengusap mukanya membuatdesa itu senyap. Desa Tombatu sudah dalam keadaan hening dan warga yang menghuninya sudah bersulam pulas. Meski pelita-pelita mulai dinyalakan, tapi nyaris tak ada sinar yang keluar dari bilik rumah mereka. Suara desir angin yang berbisik di celah daun-daun hutan bambu yang tumbuh disepanjang jalan desa, membuat suasana semakin mencekam. Pasir-pasir yang ada di jalan desa beterbangan seperti tahu bahwa di desa itu akan ada ceritera sebagai suara penguasa saat senja mulai datang, menyapa duka dan kesedihan di antara dewi malam danawan yang berwarna jingga yang telah berubah menjadi hitam. Malam itu kesedihan yang telah melahirkan kesakitan disuatu gubuk bambu yang berdiri di luardesa pada empat puluh tahun yang lalutak ingin lagi mengalami kedukaan dan kesedihan , mereka sudah melupakan duka dan benci yang telah bersatu dengan dirinya mereka telah berupaya sekuat tenaga menyembunyikannya dengan rapat, bahkan dihati mereka pun sudah tidak tahu bagaimana menyimpan kesedihan karena kerongkongan sudah tidak mampu menelannya dan sudah tidak ada lagi air mata yang keluar dari kelopak mata mereka mengahadapi cacian, makian bahkan lemparan kotoran anjing dari penduduk yang membencinya. Malam itu mereka bersaudara ingin tidur dengan nyenyak maka sebelum mereka bersatu dengan bantal sikakak mengajak mereka berdoa semoga arwah orang tua mereka yang telah meninggal 30 tahun dan adiknya Ester yang hilang tanpa ada kabar diberkati Tuhan untuk mempertemukan mereka dalam mimpi.
Matahari telah merangkak mendaki hinggadiketinggian puncak gunung soputan dengan gagahnya sebagai sang penerang alam tempat manusia berpijak memancarkan Cahaya kuningnya untuk menguasi permukaan langit. Biasanya di waktu seperti itu Mientje momuat sudah berada di dapur. Memasak air panas untuk mandi atau mencuci tumpukan piring kotor yang semalam tidak sempat dicuci . Tapi pagi itu tidak dia lakukan . Saat itu dia merasakan tubuhnya capek dan kepala agak pening. Maka dia masih tiduran di dalam kamar.
Pada pagi itu juga dua buah kendaraan roda 4 yang berwarna hijau tua dengan plat nomor angkatan laut kelihatan berputar-putar di desa itu entah siapa yang dicari, sesekali berhenti berbicara dengan penduduk, sesampainya dirumah kepala desa mobit itu berhenti dan terlihat turun seorang ibu yang diperkirakan umurnya sekitar 40 tahun tapi kelihatan gagah dan cantik dengan pakai biru muda dibahunya melintang pangkat bintang satu, disusul dengan 2 orang laki2 yang masih mudah yang 1 berpakaian biasa sedangkan yang satu berpakaian seperti ibu muda tadi bedanya diatas bahu anak muda itu dihiasi pangkat 1 buah bunga melati,mereka berjalan memasuki rumah kepala desa Tombatu, tidak tahu apa yang dibicarakan, sejenak kemudian mereka kembali ke mobil ditemani kepala desa menuju ke luar desa dimana sebuah gubuk bambu dengan atap daun sagu, yang turun dari mobil bukan ibu muda yang bersama kepala desa tetapi seorang ibu yang umurnya sudah diperkirakan 60 an tahun berjalan bersama kepala desa memasuki gubuk bambu itu dengan memberi salam selamat pagi, dari dalam kamar terdengar suara menjawab salam itu dengan suara yang sangat lemah disusul munculnyaseorang ibu berumur sekitar 65 tahun berdiri dihadapan mereka, sejenak saling bertatapan tetapi tidak muncul suatu perkataan, tiba2 ibu muda yang turun dari mobil tadi meraung menangis sejadi-jadinya memeluk ibu tua, dengan sangat terkejut ibu itu membiarkan dirinya dipeluk dicium seperti anak kecil dicium oleh ibunya, sambil berkata kakak saya adalah Ester…..Ester momuat yang menghilang membawa duka dari desa ini….empat puluh tahun yang lalu…. Apakah kakak dan penduduk desa ini mau menerima kedatangan kami sekeluarga….Ataukah kami tidak mendapat pengampunan dari pelaku adat , karena saya telah dicap sebagai wanita yang melanggar adat?, Kepala desa yang berdiri disamping mereka sangat terkejut dan diam tidak bergerak karena orang yang pernah diceriterakan warga dan bapak ibunya sebelum meninggal setahun yang lalu bahwa empat puluh tahun yang lalu terjadi peristiwa yang sangat memilukan hatinya karena kehilangan seseorang dengan bayi yang berada dibawa perlindungannya, mendengar pengakuan ibu muda tadi kepala desa yang tadinya berdiri tidak bergerak tiba2 jatuh tersungkur dan ibu tua yang ada dirumah itu juga jatuh tersungkur mereka berdua pingsan dan ibu muda tadi tetap meraung-raung menangis seperti mengalami kedukaan yang mendalam, mendengar tangisan maka tanpa dikomando lagi semua yang ada diatas mobil turun dan penduduk berlarian ingin melihat apa sebenarnya yang terjadi,………. memasuki rumah kecil itu para penduduk terkejut melihat seorang ibu yang sudah berumur , kulitnyaputih halus sehingga parasnya kelihatan sangat cantik tidak sepadan dengan umurnya yang sudah 60 tahun,memangku kepala Ibu Mientje Momuat, sedangkan kepala desa masih tersungkur dilantai, ….tanpa sepenggal kata keluar dari mulut mereka langsung warga itu berusaha menyadarkan kepala desa dan Ibu Mientje Momuat dari pingsannya…..setelah siuman mereka bertiga menangis lagi sejadi-jadinya, meraung-raung diperhatikan pendudukyang semakin banyak berkerumun, tetapi tidak dengan ibu muda yang berpakai biru muda dan kedua anak muda itu dia juga ikutmenangis sambil menenangkan ibu Ester supaya berhenti menangis…. Sudahlah oma ….kita sudah sampai dan berjumpa dengan oma Min… katakanlah sebenarnya apa yang terjadi terhadap diri oma yang tidak mereka ketahui…tidak cucuku aku belum tenang untuk menceriterakan mengapa diriku menghilang dari desa tanpa jelas kemana kepergianku… nantilah bila semua warga telah berkumpul yang penting kita sudah bertemu saudara bersaudara.
Setelah agak tangis mereka mulai mereda Ibu Ester bangkit dari tempat duduknya memperkenalkan mereka… inilah Naomi bayi yang dulu pergi bersamaku, yang ini Benny Momuat , sedangkan yang berpakain dan punya pangkat seperti ibunya adalah George Momuat dan yang ini adalah Pieter Suryopranowo suami Naomi……dia seorang pengusaha yang sukses yang tinggal di Jakarta. Begitulah pertemuan yang sudah lama sangat didambakan oleh seluruh warga desa itu. Pertemuan itu dirayakan selama 3 malam, 3 hari dengan berbagai kegiatan seperti hiburan dansa, poco2 dan kebaktian dengan pesta yang sangat meriah. Pada saat itu ibu Naomi menceriterakan kepada semua warga desa itu tentang apa sesungguhnya yang terjadi pada dirinya.
*) Semua nama yang ada dalam ceritera ini hanya rekaan penulis bukan pelaku yang sebenarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H