Aku ingin bertelanjangkaki di atas sabana yang teduh oleh bayangan awan yang berjalan.
Suara angin melantun lagu yang aku pahami keindahan dengan entah bagaimana caranya.
Aku menyayangimu begitu saja tanpa kenapa.
Aku menginginkanmu dalam ikhlas yang siap ku lepas jika Tuhan tidak mengizinkan kita bersama.
Aku mendoakanmu dalam setia yang bersanding dengan pasrah yang melelahkan.
Aku berusah keras menaklukan rindu yang mengakar dalam harapan dan doa tempat namamu ku bisikan untuk merayu Tuhan.
Kau tak pernah tahu itu, bukan?Â
Di matamu, aku gadis pura-pura buta yang menari menikmati angkasa. Mengabaikanmu. Tak pernah memperhitungkan mu dan mengharapkan kau ada.Â
Yang kau tahu aku bersuka cita tanpa paham ada cemas yang semakin berat kau bawa atas aku yang selalu membingungkan hatimu.
Yang kau tahu aku pengabai yang sadis selalu berpura-pura.
Â