Oleh : Tanah Beta
Malam ini, di jalan Samratulangi, Ambon, tampak begitu ramai oleh orang-orang yang berlalu-lalang. Di sepanjang jalanan, lampu-lampu kota menerangi setiap emperan jalan---sering di gunakan pejalan kaki untuk di lalui. Bersamaan itu, hujan; yang sejak kemarin tak henti-henti, kni semakin deras di malam ini. Sembari itu, ada bebrapa anak yang terlihat menikmati derasnya hujan yang menghunjami kota, ku sebut mereka "anak-anak hujan". Mereka asyik bermain dan basah-basahan, apa pun yang di rasakan, entah dingin atau apa pun itu, mereka tak perduli. Kegirangan tampak di wajah mereka, dan begitu bahagianya anak-anak itu.
Air muka bahagia yang mewarnai hujan mala mini, seakan memberi kesan harmoni. Ada yang berbeda antara hujan kemarin dan hari gelap ini. Aku yang sedari tadi menatap mereka (anak-anak hujan), kini berjalan ke arah mereka, katika ku hampiri, aku melihat ada seorang anak kecil diantara anak-anak hujan itu, umurnya 3 tahun, Andi namanya---lelaki kecil berkulit hitma manis, di raganya tersarung pakaian yang tampak basah kuyup. Aku mendekatinya dan mencoba mengajaknya berbicara, namun saat itu dia tampak bengong.
"ade..."aku menyeru pada Andi.
(andi bengong saat ku sapa)
Mungkin dia sedang bertanya-tanya dalam benaknya, tentang siapa aku, Â datang menghampiri dan mengajaknya berbicara. Namun berpapasan dengan hal itu, aku tak peduli, lalu ku ajak andi berkenalan dan percakapannya kami lakukan dengan dialeg Ambon.
"hay ade..."
"kakak sapa1?" dengan dialeg ambon andi bertanya (suaranya terdengar agak samar)
"nama kakak, Anti ... Ade nama sapa?"
"Beta2 Andi, kakak"
"Andi kanapa3 mandi hujan malam-malam bagini4?"