Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau 1

6 Mei 2019   19:26 Diperbarui: 6 Mei 2019   19:37 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret senja di pantai batu layar, larike.

Kau bukan separuh hidup  lagi sebuah kematianTelah terdengar mendenting nyanyian totobuangMemanggil namamu dari punggung negeri paling timur
Seraya sekata-kata bermatra dalam puisi untukmu

Kau bukan separuh hidup lagi sebuah kematian
Telah bertalu tifa masjid berpapasan hembusan angin
Memanggilmu dalam lantunan nyanyian ayat suci
Seraya memadukan jemari dalam setangkup ingin

Kau bukan separuh hidup lagi sebuah kematian
Membiking gelisa tak henti-hantinya
Lalu rindu pun muntah pada gersangnya harapan
Ialah menginginkan jemari lentikmu membelai

Kau bukan separuh: ia keutuhanku
Dalam masa kebaktian pada Cinta yang satu,
Boleh jadi: diri seperti menjelma wisynu
Dalam tiap kedekatan brahma.

Aku penunggu bulan
Menari sembari menggerayangi ilusi tubuhmu
Seakan katup suara
Mata tiada berkedip, lalu terngiang lantunan puisimu

Kau yang menjadi  keutuhan  harapan
Telah datang bulan penuh kegembiraan
Menyatukan mata air berbeda pada satu aras samudra
Ketika datang: karang tersenyum, begitu pun ombak;
Bernyanyi riang tiada henti.

Sempat pun waktu menjatuhkan pandang
Pada yang satu, aku bersimpuh
Dalam kerinduan cinta tak hentinya
Padamu yang menutup diri dalam hijab
Di atas tanah sang sultan

Tak usah kau ragukan Cinta;
Elia punya cara untuk menyatukan kita
Maha suci yang tak berprasangka
Sampailah kau dan aku padanya

Kau yang menjadi kesempurnaan diri
Penyatuan akan Cinta
Yang datang tiada henti itu
Manjidakn kau dan aku, Berwali padaNya.

Senyumlah kasih, Tuhan telah memelukmu
Dalam sembahyang pun Ia mengecup
Setelahnya aku
Datang pada dewa-dewi menutup hari dalam restu.

Ambon, May 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun