Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andre, Hujan dan Sepenggal Kisah di Ambang Senja

28 November 2017   14:09 Diperbarui: 28 November 2017   17:44 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
membaca puisi. dokpri

Andre Terkejut dari mimpi itu, padahal dia sedang menikmati sisa senja bersama pujaan hatinya, namun mimpinya terganggu oleh bunyi ketukan pintu, sementara hujan belum lagi reda. Dengan kesal Andre berdiri dari tempat tidurnya, mendekati pintu lelu membukanya. "ganguin mimpi orang saja" ketusnya.

Di depan pintu kamar, Perempuan yang semalam membukakan pintu untuknya berdiri dengan menggenggam segelas teh hangat, menyodorkan kepada lelaki dewasa yang baru terjaga dari mimpi indahnya---Andre. Usai memberikan segelas teh, ia meninggalkan Andre dan menuju ruang kekuasaannya---dapur. Andre kembali dengan memegang segelas teh hangat, meletakannya di atas meja yang berdekatan dengan tempat tidurnya. Ia lantas membuka jendela, dan menyaksikan pertengkaran antara hujan dengan atap rumah tetangga sebelah yang begitu mengusik telinga. Lalu kembali mengambil teh dan menyeduhkannya.

Sesaat, usai menyeduhkan teh yang di antarkan perempuan itu, Andre lalu berjalan meningglakan kamarnya---menuju ruang tengah di rumahnya. Di sana ia mendapati seorang lelaki --- sering dipanggil ayah olehnya--- sedang duduk di atas kursi kecil yang terbuat dari rotan, di depannya terdapat tumpukan filter yang memenuhi asbak rokok di atas meja, dan menatap sederet huruf pada lembaran kertas yang ia genggam, sebuah surat. Andre menegur sebentar dan berlalu darinya.

Pergi menuju pintu utama dari rumah mereka, menikmati dinginnya pagi hari yang di penuhi bulir-bulir hujan yang sedari tadi menggiyuri bumi. Dari depan pintu rumah, ia tak melihat sesiapa pun yang melintasi jalan---begitu sunyi, akibat hujan yang tak pernah usai. Dan mengingat-ingat kembali mimpi yang sudah ia terjaga darinya.

Ambon, 26 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun