"Tanpa dimulai dengan bismillah segala amal baik akan sia-sia. Abah dan ummi saya mengajari itu sejak kecil. Ini doa yang paling ampuh yang bisa kita amalkan untuk semua aktivitas positif. Dan ketika memutuskan mendaftar pertukaran pelajar ke Amerika, lafaz inilah yang saya ucapkan," terangnya. (Shirazy, 2018:43)
Dari tokoh Rifa, kita banyak belajar mengenai kehidupan. Sebesar apapun ujian yang dialami oleh Rifa, ia tetap ikhlas, ridho, dan sabar. Ikhlas ketika ia selalu membantu teman-temannya dan orang di sekitarnya, ridho ketika menerima takdir bahwa ia seorang yatim piatu dan ditemukan di dekat tempat sampah serta tidak mengeluh terhadap keluarga bukan kandungnya yang mengajarkan Rifa hal-hal yang bersifat sederhana. Terakhir, adalah sabar ketika ia selalu ditimpa musibah, dari ayahnya yang meninggal di tanah suci, kecelakaan yang merenggut kakinya menjadi lumpuh, serta fitnah yang selalu tersebar akibat ulah Arum dan Tiwik. Namun, Rifa tetap sabar, berusaha, dan tidak berhenti untuk menggapai mimpinya. Novel ini ditutup dengan kabar gembira bahwa Rifa akan melanjutkan studinya di luar negeri berkat orang-orang di sekitarnya yang selalu mendukung Rifa.Â
"Rifa kembali sujud syukur mendengar kabar yang membahagiakan itu. Usai sujud, bibirnya basah oleh shalawat dan salam kepada Baginda Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam."Â (Shirazy, 2018:176).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H