Mohon tunggu...
TAMRIN
TAMRIN Mohon Tunggu... I am a passionate teacher with a high dedication to educating my students. As a teacher, I naturally have the experience to inspire and motivate my students. Additionally, I have a deep love for the world of writing, which is my main hobby.

I am a passionate teacher with a high dedication to educating my students. As a teacher, I naturally have the experience to inspire and motivate my students. Additionally, I have a deep love for the world of writing, which is my main hobby.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paper Based Interviuw (Pbi) Calon Fasilitator Daerah Khusus (Dasus)

3 Desember 2023   04:02 Diperbarui: 3 Desember 2023   05:38 24622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PAPER BASED INTERVIUW (PBI)
CALON FASILITATOR DAERAH KHUSUS (DASUS)
Oleh : TAMRIN  ( tamrin231@guru.sma.belajar.id )
Sekolah : SMA NEGERI 1 BONE

1)REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL -- KIHADJAR DEWANTARA


Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan pembelajaran yang kontekstual bagi anak dan lingkungan sesuai dengan alam dan zaman?
Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan alam dan zaman karena alasan
1)Relevansi
Pembelajaran yang kontekstual memastikan bahwa materi pelajaran dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan, budaya, dan lingkungan siswa. Ini membuat pembelajaran lebih relevan dan berarti bagi siswa, karena mereka dapat mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman sehari-hari mereka.
2)Menghormati Keanekaragaman
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, geografis, dan sosial. Pendekatan kontekstual memungkinkan siswa untuk menjelajahi dan memahami keragaman ini, menghargai berbagai perspektif, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masyarakat dan lingkungan mereka.
3)Mendorong Kemampuan Berpikir Kritis
Pembelajaran yang kontekstual dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang bijak dalam konteks nyata. Mereka belajar bagaimana menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi yang mereka temui sehari-hari.
4)Kesiapan untuk Masa Depan
Mengingat perubahan cepat dalam teknologi, ekonomi, dan budaya, pendidikan perlu mempersiapkan siswa untuk masa depan yang belum tentu dapat diprediksi. Pembelajaran yang kontekstual membantu siswa mengembangkan keterampilan adaptasi, pemecahan masalah, dan inovasi.
5)Pentingnya Lingkungan
Pembelajaran yang kontekstual juga mempertimbangkan isu-isu lingkungan, keberlanjutan, dan pelestarian alam. Ini penting karena anak-anak perlu memahami hubungan mereka dengan alam dan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
6)Menghormati Kearifan Lokal
Pendekatan kontekstual memungkinkan pengakuan dan penghormatan terhadap kearifan lokal, tradisi, dan pengetahuan yang ada dalam masyarakat setempat. Ini memperkaya pendidikan dengan berbagai perspektif dan pengetahuan yang beragam.
7)Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa cenderung lebih termotivasi dalam pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan kehidupan mereka sendiri. Ini dapat membantu meningkatkan partisipasi dan hasil belajar mereka.
Dengan demikian, pembelajaran yang kontekstual memungkinkan pendidikan untuk lebih efektif, bermakna, dan relevan bagi siswa, sambil mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia yang terus berubah dengan lebih baik.

Apa relevansi pemikiran KHD "Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak" dalam peran saya sebagai pendidik?
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) tentang "Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak" memiliki relevansi yang besar dalam peran saya sebagai pendidik. Pemikiran ini menekankan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak, di mana anak menjadi subjek utama dari proses pendidikan. Berikut adalah relevansi pemikiran KHD dalam peran saya sebagai pendidik di SMA Negeri 1 Bone.
1)Menghormati Keunikan Setiap Anak, Pemikiran KHD menegaskan pentingnya menghormati dan mengakui keunikan setiap anak. Sebagai pendidik, saya harus mengambil pendekatan yang memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan, minat, dan potensi yang berbeda. Saya harus berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak berkembang sesuai dengan potensinya.
2)Pengajaran yang Disesuaikan, Konsep "berhamba pada anak" mengharuskan pendidik untuk mengkustomisasi pengajaran mereka sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Saya harus mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, dan merancang pengalaman belajar yang sesuai untuk membantu mereka mencapai potensi terbaik mereka.
3)Keterlibatan Siswa, Pemikiran KHD mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Ini berarti memberi mereka kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran, mengemukakan pertanyaan, berpartisipasi dalam diskusi, dan terlibat dalam kegiatan yang relevan.
4)Pemberdayaan Siswa, Konsep "berhamba pada anak" juga mengandung elemen pemberdayaan. Saya harus membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan otonomi, sehingga mereka dapat mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran dan mengelola pembelajaran mereka sendiri.
5)Pendekatan Sosial dan Emosional, KHD juga menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup aspek sosial dan emosional. Sebagai pendidik, s aya harus membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosional, keterampilan sosial, dan empati, sehingga mereka dapat berkembang sebagai individu yang berbudaya, bijaksana, dan peduli terhadap orang lain.
6)Pemahaman Budaya Lokal, KHD menghargai kearifan lokal dan budaya Indonesia. Saya sebagai pendidik, harus memahami dan menghormati budaya lokal siswa saya. Ini memungkinkan Saya untuk mengintegrasikan nilai-nilai dan tradisi lokal dalam pembelajaran, yang menciptakan hubungan yang lebih kuat antara siswa dan materi pelajaran.
Mohon tuliskan satu pengalaman konkrit Anda dalam menerapkan satu pemikiran filosofis pendidikan KHD dalam lingkungan sekolah maupun keluarga
Pengalaman konkrit saya dalam Lingkungan Sekolah, Sebagai seorang guru, saya telah menerapkan pemikiran KHD dalam mengembangkan pendekatan pendidikan yang berfokus pada keberpihakan pada siswa. Salah satu pengalaman konkret adalah ketika saya merancang dan mengimplementasikan program tutor sebaya di sekolah saya. Program ini bertujuan untuk membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran tertentu.
Dalam pengembangan program ini, saya mempertimbangkan kebutuhan individual siswa. Saya bekerja sama dengan siswa-siswa yang memiliki pemahaman yang baik dalam mata pelajaran tersebut dan mengajak mereka untuk menjadi tutor bagi teman-teman sekelas yang membutuhkan bantuan tambahan.
Pendekatan ini mencerminkan pemikiran KHD dengan alasan :
1) Memfokuskan perhatian pada kebutuhan dan potensi siswa.
2)Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, baik sebagai tutor maupun sebagai siswa yang menerima bantuan.
3)Membangun hubungan positif antara sesama siswa, yang mendukung nilai-nilai sosial dan emosional.
Hasilnya, program tutor sebaya ini membantu siswa-siswa yang awalnya kesulitan dalam mata pelajaran tersebut untuk meningkatkan pemahaman mereka. Ini juga menguatkan ikatan sosial antara siswa-siswa, karena mereka belajar bersama dan mendukung satu sama lain.

Pengalaman dalam Lingkungan Keluarga dalam konteks keluarga, pemikiran KHD tentang pendidikan yang berhamba pada anak dapat diterapkan dengan cara memahami dan menghargai kebutuhan dan minat anak.
Misalnya, seorang anak menunjukkan minat dalam seni lukis. Orang tua dapat merespons dengan memberikan dukungan aktif, seperti memberikannya peralatan lukis dan menghadirkan buku-buku seni. Mereka juga dapat mengajak anak untuk mengikuti kelas seni atau mengunjungi galeri seni bersama-sama. Ini mencerminkan pemikiran KHD karena :
1) Memahami minat anak dan memberikan dukungan yang sesuai.
2) Memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi minat mereka.
3) Menciptakan pengalaman bersama yang berharga.
Dalam kedua pengalaman di atas, pemikiran KHD tentang pendidikan yang berhamba pada anak memandu tindakan untuk mendukung perkembangan siswa atau anak dengan cara yang relevan dan mendalam sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.


2)NILAI -- NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK


Ceritakan kaitan antara konsep kebebasan manusia dalam memilih (teori pilihan), kecerdasan emosional (teori pendidikan positif) dan penguatan nilai-nilai/peran guru dalam konteks sekolah/lingkungan pendidikan lain yang sistemik dan berkesinambungan.
Kaitan antara konsep kebebasan manusia dalam memilih (teori pilihan), kecerdasan emosional (teori pendidikan positif), dan peran guru dalam konteks sekolah atau lingkungan pendidikan yang sistemik dan berkesinambungan adalah sangat penting dalam membentuk pendidikan yang efektif dan berkelanjutan.
1. Teori Pilihan (Kebebasan Manusia dalam Memilih)
Teori pilihan menekankan pada pentingnya memberikan siswa kebebasan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran mereka. Bahwa setiap individu memiliki preferensi, minat, dan gaya belajar yang unik. Guru harus memberikan pilihan dalam metode pembelajaran, konten, atau penugasan sehingga siswa merasa memiliki kontrol atas proses belajar mereka.
Kecerdasan Emosional (Teori Pendidikan Positif)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengungkapkan emosi dengan sehat. Ini juga termasuk empati, hubungan sosial, dan kesadaran diri. Dalam konteks pendidikan positif, guru mendukung perkembangan kecerdasan emosional siswa, membantu mereka belajar bagaimana mengatasi stres, mengekspresikan emosi dengan benar, dan menjalin hubungan yang sehat.
Peran Guru dan Lingkungan Pendidikan Sistemik
Guru berperan kunci dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kebebasan dalam memilih. Mereka tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mendukung siswa dalam mengenali minat dan preferensi mereka sendiri. Guru yang mendukung kecerdasan emosional juga membantu siswa memahami emosi mereka, menciptakan lingkungan aman, dan mengajarkan keterampilan sosial.
Kaitan antara ketiga konsep ini adalah bahwa ketika siswa diberi kebebasan untuk memilih, mereka memiliki kontrol lebih besar atas pembelajaran mereka, yang dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Guru yang mendukung kecerdasan emosional dapat membantu siswa mengatasi stres, frustrasi, atau kecemasan yang mungkin muncul saat membuat pilihan atau menghadapi kesulitan dalam pembelajaran.
Lingkungan pendidikan yang sistemik dan berkesinambungan mencakup strategi dan kebijakan yang mendukung penerapan teori pilihan dan pengembangan kecerdasan emosional dalam kurikulum dan praktiknya disekolah. Hal ini mencakup pelatihan guru, perencanaan kurikulum yang inklusif, dan memastikan bahwa siswa merasa diberdayakan untuk mengambil peran aktif dalam pendidikan mereka.
Tuliskan satu peran nyata Anda di sekolah (atau lingkungan pendidikan yang lain) ketika terlibat dalam sebuah upaya kolaboratif yang secara konsisten menumbuhkan manusia agar berkarakter (memiliki nilai-nilai) positif dan mengembangkan kebijaksanaannya dalam memilih. Gambarkan situasinya, peran/tugas/tindakan Anda, dan apa refleksi Anda atas hasil yang dicapai.
Saya adalah seorang pendidik yang terlibat dalam sebuah tugas kolaboratif di SMA Negeri 1 Bone yang diberikan oleh kepala sekolah dengan tujuan utama untuk membantu siswa mengembangkan karakter positif dan kemampuan mereka dalam membuat pilihan yang bijak dalam kehidupan mereka. Saya akan menggambarkan situasi, peran/tugas/tindakan saya, dan refleksi atas hasil yang dicapai.
Situasi Sekolah SMA Negeri 1 Bone menghadapi tantangan dalam mengembangkan karakter positif siswa dan membantu mereka dalam membuat keputusan yang bijak dalam berbagai aspek kehidupan. Situasi ini mencakup masalah seperti bullying, tekanan teman sebaya, dan konflik interpersonal. Untuk mengatasi ini, kami memutuskan untuk memulai program kolaboratif yang fokus pada pendidikan karakter dan pengembangan kecerdasan emosional siswa.
Peran/Tugas/Tindakan Saya :
1.Mengajar Materi Karakter, saya bekelaborasi dengan guru Pendidikan Pancasila bertanggung jawab untuk merancang dan memberikan materi pelajaran khusus yang terkait dengan pengembangan karakter dan kecerdasan emosional kepada siswa dalam berbagai kelas. Materi ini mencakup topik seperti empati, penyelesaian konflik, manajemen emosi, dan etika.
2.Mengadakan Diskusi Kelas, dimana saya mengadakan diskusi kelas yang interaktif untuk membahas isu-isu sosial dan emosional yang relevan bagi siswa. Ini mencakup topik-topik seperti bullying, tekanan teman sebaya.
3.Mentoring Siswa, saya menjadi mentor bagi beberapa siswa yang menghadapi kesulitan dalam mengelola emosi mereka atau mengatasi konflik. Saya memberikan dukungan individual dan berbicara dengan mereka tentang strategi untuk membuat keputusan yang bijak.
4.Keterlibatan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler, saya sangat mendukung dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada pengembangan karakter siswa
5.Kolaborasi Tim, saya aktif berpartisipasi dalam tim kolaboratif yang terdiri dari staf pengajar, konselor sekolah, dan orangtua siswa untuk merancang strategi yang komprehensif untuk pengembangan karakter.
Refleksi atas Hasil yang Dicapai, dimana melalui upaya kolaboratif ini, kami melihat hasil yang positif. Siswa mulai menunjukkan peningkatan dalam pemahaman mereka tentang karakter, kecerdasan emosional, dan kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang bijak.


3)VISI GURU PENGGERAK


Menurut pemahaman Anda, bagaimana Anda mengaitkan proses inkuiri sebagai proses penggalian kekuatan/aset dan upaya mencapai tujuan dengan proses transformasi ekosistem pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks?
Proses inkuiri memiliki keterkaitan yang kuat dengan upaya mencapai tujuan dalam proses transformasi ekosistem pendidikan sebagai sistem yang kompleks. Inkuiri, terutama Inkuiri Apresiatif (BAGJA), memainkan peran penting dalam penggalian kekuatan, aset, dan potensi dalam ekosistem pendidikan serta dalam merancang perubahan yang positif. Berikut adalah bagaimana proses inkuiri terkait dengan transformasi ekosistem pendidikan yang kompleks
1) Penggalian Kekuatan dan Aset
Proses inkuiri, terutama inkuiri apresiatif, dimulai dengan mengidentifikasi dan menghargai kekuatan dan aset yang ada dalam ekosistem pendidikan. Ini mencakup pengenalan potensi positif, berbagai sumber daya, dan kualitas yang ada dalam sistem. Dalam konteks transformasi ekosistem pendidikan yang kompleks, pemahaman yang mendalam tentang kekuatan ini adalah langkah awal untuk merancang perubahan yang efektif.
2) Menginspirasi Pertanyaan Positif
Proses inkuiri melibatkan pembuatan pertanyaan yang menginspirasi. Pertanyaan ini mendorong pemikiran positif dan refleksi. Dalam upaya transformasi ekosistem pendidikan, pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu dalam merancang solusi kreatif dan perubahan yang positif.
3) Kolaborasi dan Keterlibatan Semua Pihak
Inkuiri sering melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan, seperti guru, siswa, orang tua, dan anggota staf sekolah. Ini menciptakan kolaborasi yang kuat dan keterlibatan semua pihak dalam merancang dan menerapkan perubahan.
4) Perencanaan Perubahan Berbasis Data
Proses inkuiri menghasilkan data dan bukti tentang kekuatan dan kelemahan dalam ekosistem pendidikan. Data ini menjadi dasar untuk perencanaan perubahan yang efektif. Dalam konteks transformasi, perubahan berbasis data adalah kunci untuk mengukur dan mengevaluasi dampak perubahan.
5) Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Proses inkuiri termasuk langkah-langkah evaluasi dan perbaikan berkelanjutan. Dalam transformasi ekosistem pendidikan, perubahan tidak terjadi sekali, tetapi memerlukan penyesuaian dan perbaikan terus-menerus. Proses inkuiri memungkinkan pemantauan yang berkelanjutan dan penyesuaian perencanaan sesuai dengan perubahan yang diperlukan.
Dengan demikian, proses inkuiri berfungsi sebagai alat yang kuat dalam transformasi ekosistem pendidikan yang kompleks. Ini membantu menggali potensi positif, merancang solusi berbasis bukti, dan mendorong kolaborasi antara semua pemangku kepentingan.

Tuliskan satu peran nyata Anda di sekolah (atau lingkungan pendidikan yang lain) ketika terlibat dalam sebuah upaya kolaboratif dalam merumuskan visi/tujuan/rencana berikut pencapaiannya yang memanfaatkan daya ungkit dalam ekosistem demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Gambarkan situasinya, peran/tugas/tindakan Anda, dan apa refleksi Anda atas hasil yang dicapai.
Situasinya saya sebagai guru di SMA Negeri 1 Bone dengan pengalaman yang cukup dalam berbagai bidang pembelajaran. Sekolah kami menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan menciptakan lingkungan yang lebih berfokus pada siswa. Para pemangku kepentingan di sekolah, termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa, merasa perlu untuk merumuskan visi dan rencana tindakan yang jelas untuk mencapai tujuan ini.
Peran,Tugas, dan Tindakan saya adalah
1) Fasilitator Kolaboratif
Peran saya adalah sebagai fasilitator kolaboratif. Saya memulai dengan mengadakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan, termasuk guru-guru yang berpengalaman dan guru-guru yang lebih baru, serta orang tua dan siswa. Kami berkumpul untuk mendiskusikan visi ideal kami tentang pembelajaran yang lebih baik.
2) Menggali Masukan
Saya mendengarkan dengan seksama masukan dari semua peserta. Kami mendiskusikan apa yang bekerja dengan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Saya mendukung para peserta untuk berbagi pengalaman mereka dan berpendapat tentang perubahan yang perlu dilakukan.
3) Merumuskan Visi dan Tujuan
Bersama-sama, kami merumuskan visi yang kuat tentang pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa dan tujuan-tujuan konkret untuk mencapainya. Visi ini berfokus pada kualitas pembelajaran, pengembangan keterampilan siswa, dan keterlibatan orang tua.
4) Mengembangkan Rencana Tindakan
Kami mengembangkan rencana tindakan yang mencakup langkah-langkah konkret yang harus diambil untuk mencapai tujuan. Rencana ini mencakup pelatihan guru, penggunaan teknologi dalam pembelajaran, meningkatkan komunikasi dengan orang tua, dan mengukur kemajuan.
Refleksi atas Hasil yang Dicapai
Melalui kolaborasi yang kuat antara semua pemangku kepentingan di sekolah, kami berhasil merumuskan visi yang kuat dan rencana tindakan yang konkret. Kami mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan fokus pada siswa dan mengintegrasikan teknologi dengan lebih baik. Keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran juga meningkat.
Yang lebih penting, kami mencapai pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kolaborasi dan mendengarkan semua suara di sekolah. Saya belajar bahwa inisiatif ini berhasil karena kami semua merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilannya.


4)BUDAYA POSITIF

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun