mungkin aku terlalu banyak menyuguhkan rasa.
terjerat rindu, tenggelam di laut pilu.
mungkin karaktermu terlalu kuindahkan dalam aksara, bagai lukisan hitam putih dikertas yang bernuansa klasik.
mungkin aku terburu-buru menuai senyum yang belum sempurna.
membuat kesimpulan pada tatapan mata yang kau istiqomahkan padaku.
mungkin aku terlalu berandai dengan tekadku.
nyatanya aku masih diam seribu bahasa tentang rasaku.
kepadamu.
tuanku yang masih aku tunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!