Musim Nugal merupakan musing bercocok taman yang di selenggarakan tiap tahun oleh suku daya, mereka melakukan aktifitas tersebut sudah jaman nenek muyang ada. Dengan bercocok tanamlah mereka mencukupi hidupnya sehari-hari dan memanfaatkan hutan sebagai pusat penghidupannya dengan cara berkebun dan maafatkan hasil hutannya. Tiap tahun tradisi tersebut selalu di lakukan untuk mempertahankan adat istiadat setempat dan menjadi acara adat yang sangat meriah. setiap tahun mereka membuka lahan untuk bercocok tanam seperti menanam padi, singkong dan lain sebagainnya. dengan cara membakar lahannya untuk melakukan bercocok tanam dengan membakar sesuai porsi lahan yang akan di gunakan.Â
jaman mulai berubah ketika perusahaan masuk di ke jantung ku dan merubah paru-paru ku dengan sangat parah. mereka mefaatkan tahunan tersebut sebagai ajang pembukaan lahan secara besar-besaran yang dapat merugikan masyarakat lain dan dapat menimbulkan masalah yang berakibatkan sangat fatal. pihak-pihak tak bertanggungjawab tersebut hannya bungkam dan menyalahkan tradisi masyarakat setempat dan menjadikan kambing hitam. hutan yang di bakar secara besar-besaran menimbulkan masalah yang sangat besar dan merugikan masyarakan setempat.Â
apakah kalimantan masih menjadi jantung ku? apakah hutan ku masih bisa menjadi paru-paru ku?Â
kemanakah pihak-pihak tak bertanggung jawab tersebut?
kini masyarakan tidak berani melakukan aktifitas yang telah lama dilakukan dikarenakan ada undang-undang yang mengawasi mereka.Â
PUISI
Oleh: HE. BenyamineÂ
 belantara mengasihiku, bebas  kau temukan aku  bagai pepohonan telah terbakar langsung debarkan jantung mengiringi ketiadaan hadirmu tak ada tempat sembunyi kau berdetak dalam sunyi juga hiruk sungguh dekat, begitu lekat Â
 selalu saja, kau hadir impian tiada jarak sisakan sekat lintasan waktu hapus kenangan sungguh lekat, begitu hati pekat Â
 matamu pencarianku pada pelangi lorong mistis pacu gemuruh jiwa  daya angkuhku serupa perupa hilang visi jantungmu, adakah gelisah? badai mana mampu ganggu jantungku tak beraturan berdegup Â
 kau memasuki jantungku belantara mengasihiku, kau bebas sungguh damai, begitu dekat tanganmu menggenggam yakin tumbuh wangi harapan  mengalir menyusuri rindu mendekap tak berhentiÂ