Mohon tunggu...
tammi prastowo
tammi prastowo Mohon Tunggu... profesional -

belajar menulis dengan jujur. email: tammi.prastowo@yahoo.com. tulisan lain ada di http://rumahdzaky.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Jibril untuk Muhammad

3 September 2010   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

‘Cintailah apa yang kau cintai dengan sewajarnya, sebab sesungguhnya suatu ketika yang kamu cintai itu akan meninggalkanmu.’

Begitulah salah satu pesan yang Jibril sampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Walaupun pesan tersebut disampaikan kepada rasulullah, namun esensi pesan tadi juga berlaku bagi semua umat Islam. Artinya, hikmah pesan itu melampaui masa dan tetap kontekstual hingga akhir zaman nanti. Sekarang, bagaimana kita dapat menerapkan hal tersebut sebagai panduan hidup?

Barangkali kita perlu mengenali hal-hal yang kita cintai terlebih dahulu. Allah swt pernah berfirman dalam al Qur’an tentang hal ini. Dalam pandangan manusia, harta benda, kekuasaan, wanita, dan keturunan nampak sangat indah. Karena pemikiran tersebut, manusia berusaha untuk memilikinya sebanyak mungkin. Sayangnya, hal-hal tadi tidak tersedia seimbang dengan jumlah manusia di dunia. Perhiasan dunia itu harus diperebutkan untuk dapat memilikinya. Nah, di sinilah mulai muncul masalah. Adanya nafsu sebagai piranti dasar dalam tubuh manusia mendorong kita mengerahkan segala daya untuk memiliki perhiasan dunia sebanyak-banyaknya. Tindakan yang dilakukan pun sering melanggar aturan hidup. Akibatnya, hak-hak orang lain terampas dengan sengaja maupun tidak. Gara-gara ingin memiliki handphone, seorang pemulung mencurinya dari teras rumah. Cinta yang ditolak membuat seorang laki-laki nekat menggagahi wanita yang dia kejar. Sikap terlalu sayang kepada anak mendorong seorang ibu bertindak overprotective. Itu hanya sebagian contoh yang bisa kita jumpai.

Perilaku ‘cinta buta’ tidak hanya membawa kerugian dalam hubungan antarpribadi. Pada tataran kehidupan bermasyarakat, perilaku ini juga akan membawa kerugian bagi orang-orang di sekitarnya. Contohnya, sikap destruktif para pendukung calon pimpinan daerah. Karena jagonya kalah dalam pilkada, massa pendukung merusak fasilitas umum. Mereka juga menyerang pihak lain yang dianggap merugikan. Tindakan tersebut tentu saja melanggar hak-hak orang lain.

Di sinilah kita perlu bertindak cerdas guna mengontekstualkan hikmah di balik pesan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Bahwa kita harus memiliki kendali atas nafsu yang sudah terinstall dalam jiwa kita. Kita harus sadar batas-batas perilaku yang diizinkan guna meraih semua yang kita inginkan. Kesadaran ini menjadi rem agar perilaku kita tidak melampaui batas. Hak-hak orang lain pun tidak kita langgar.

Lantas, apa yang diperlukan untuk memiliki pengendalian diri yang kuat? Dalam pemikiran saya, kita tidak boleh mengabaikan kata hati. Hati akan mengingatkan kita tentang aturan hidup yang telah ditetapkan Allah swt. Berdialog dengan hati perlu kita lakukan supaya usaha meraih perhiasan dunia tetap sesuai dengan panduan Allah. Jika sering berdialog dengan hati, kita menjadi lebih peka terhadap kondisi orang lain. Dengan menghiraukan suara hati, kita akan bisa bertindak adil, tepat, dan tidak merusak keseimbangan tata kehidupan di alam semesta.

Mendengarkan suara hati akan mengingatlan kita bahwa dunia ini hanyalah permainan belaka. Segala perhiasan dunia yang susah payah kita perjuangkan lalu kita pertahankan mati-matian toh tidak akan menyertai perjalanan panjang kita menghadap sang khalik. Maka, sepatutnya kita berusaha memilikinya dengan cara yang benar agar barokahnya tidak hilang. Perhiasan dunia yang memiliki barokah besar akan mendorong kita untuk lebih tekun mendekat kepada Allah. Sebaliknya, perhiasan dunia yang tidak mengandung barokah, justru akan menjauhkan diri kita dari Allah swt. Naudzubillahi min dzalik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun