Lama tidak berkunjung ke kompasiana. Lama tidak bertukar pikiran dengan teman-teman kompasianer lain. Tahu-tahu sudah setahun. Buktinya tulisan saya tentang kenangan Ramadhan 1431 lalu menempati posisi 'tulisan terakhir' dalam daftar tulisan saya. Hehe ....
Ketika membaca tulisan-tulisan tersebut, saya termangu. Ternyata kerja 'mempertahankan prestasi' itu jauh lebih sulit daripada kerja 'mewujudkannya'. Ramadhan tahun kemarin kami begitu kompak. Berbekal tenda sisa bantuan korban gempa, kami menggelar sholat tarawih sendiri. Sholat terasa menjadi lebih khusyuk ketika dilaksanakan langsung di bawah bintang-bintang yang bertaburan. Tapi pernah juga kami ketar-ketir sewaktu tarawih di luar. Saat itu gerimis turun sementara imam tarawih membaca surat cukup panjang.
Sekarang setelah pintu tembusan menuju masjid kampung sebelah dibuat, hanya sebagian kecil teman yang bersemangat sholat tarawih di masjid. Â Semangat menggebu-gebu seperti dulu terasa menguap. Apakah karena tidak ada suasana baru yang teman-teman rasakan? Saya belum menemukan jawaban pastinya.
Dulu kami begitu bersemangat tadarus di mushola darurat itu. Walaupun kedinginan karena angin yang semribit (maklum lokasi perumahan tempat saya tinggal masih dikelilingi tanah-tanah lapang), Â kami betah bercengkerama di sana. Bahkan warga yang tidak bisa membaca al Quran pun ikut berkumpul. Namun sekarang yang tergerak untuk ikut tadarus di masjid tidak bertambah. Hanya itu-itu saja. Sementara yang lain entah sibuk dengan aktivitas apa.
Semula saya membayangkan suasana ramadhan tahun ini akan semakin marak dengan bertambahnya para penghuni perumahan. Â Akan tetapi harapan itu tidak terwujud. Yang menjadi ramai justru pos kamling. Setiap malam ada saja yang begadang sambil main kartu dengan alasan ronda.
Seandainya warga tahu bahwa ramadhan itu bulan panen ganjaran dari Allah swt, saya yakin mereka pasti berlomba-lomba untuk berbuat kebajikan. Seandainya mereka tahu bahwa ramadhan itu kesempatan emas untuk mengumpulkan bekal kehidupan akhirat, tentu mereka tidak akan menyia-nyiakan setiap detik yang dilewati.
Ah, mengapa harus mencela perilaku orang lain? Mendingan saya sendiri yang harus berbenah diri agar ramadhan ini bisa membuahkan ampunan Allah swt bagi saya.
Telkomsel Ramadhanku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H