Mohon tunggu...
tammi prastowo
tammi prastowo Mohon Tunggu... profesional -

belajar menulis dengan jujur. email: tammi.prastowo@yahoo.com. tulisan lain ada di http://rumahdzaky.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anda Tetap Perawan, Jika ...

19 Juni 2010   04:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:26 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berburu kisah tentang para buruh migran Indonesia. Itulah yang seminggu ini aku lakukan. Dalam catatanku, ada 32 kompasianer yang kini masih berkarya di negeri orang. Aku berusaha singgah ke lapak teman-teman tadi. Namun saat ini keinginan tersebut belum terlaksana. Beberapa yang sudah aku sambangi antara lain lapak kang Mukti Ali (Dubai), mas Delta Bvlgari Bvlgari (Jeddah), mbak Moona Muhammad (Saudi Arabia), pak Andika (Malaysia), mbak Uly Giznawati (Hong Kong), serta mbak Anaz Kia (Malaysia).

Dari tulisan teman-teman tadi, ada satu hal yang membuatku miris. Ini tentang pengalaman buruk sebagian TKW yang dipaksa melayani nafsu bejat majikannya. Pemerkosaan menurutku sangat menyakitkan. Bagaimana tidak? Peristiwa yang mengerikan itu berlangsung dalam lingkungan rumah yang tertutup. Kadang kala akses komunikasi ke luar rumah pun dibatasi. Bagaimana bisa mendapatkan pertolongan?

Pelakunya pun orang yang memiliki posisi lebih kuat daripada TKW. Tentu tidak mudah bagi korban untuk menyelamatkan diri. Korban perkosaan juga cenderung menutup diri. Mereka enggan menyampaikannya kepada orang lain. Apalagi mengabarkannya kepada keluarga di tanah air.

Tekanan batin yang berat itu lambat laun akan membinasakan sang korban. Seakan dunia telah runtuh. Seolah-olah dirinya telah menjadi wanita paling nista. Tentu trauma berkepanjangan semacam ini akan menurunkan kinerja para TKW yang menjadi korban. Padahal mereka masih harus menyelesaikan masa kontrak agar segala yang menjadi haknya dibayar lunas.

Tragedi pemerkosaan mengingatkanku pada konsep keperawanan yang pernah dilontarkan Rama mangunwijaya lewat novel Rara Mendut. Ketika mendut diboyong ke istana, dia menyampaikan nasihat ibunya kepada genduk duku, si emban. "Perawan dan tidak perawan terletak pada tekad batin, pada galih di dalammu. Banyak gadis di dalam peperangan diperkosa, kata ibuku, nduk, tetapi bila itu melawan kemauan, mereka masih perawan."

Mendut lalu mengemukakan dua contoh: dewi sinta dan ibu berputra tujuh. Seandainya dewi sinta pernah secara paksa ditiduri rahwana, dewi sinta yang pernah melawan perbuatan itu tetaplah perawan. Sementara seorang ibu yang suci dalam pengabdian selaku istri dan ibu, dia tetap perawan sejati walaupun sudah melahirkan tujuh anak.

Begitulah konsep keperawanan yang diyakini rara mendut. Bagiku, para TKW korban pemerkosaan tetaplah masih perawan jika dia sudah berusaha melawan tindak durjana itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun