Siang tadi suhu udara di Kawasan Pelabuhan Merak Kota Cilegon mencapai 33 derajat celcius. Saya lihat persis di gadget yang secara otomatis menampilkan suhu udara. Â Di luar sana terik matahari menyengat meski sebentar sore akan membuatnya temaram. Sesekali terdengar bunyi seperti klakson panjang kurang lebih demikian..Tooooooootttttttt...toooooooootttttt.
Bunyi itu sepintas menggema dan tidak seperti bunyi klakson kendaraan pada umumnya. Kaget dan bertanya itu suara apa? ternyata suara kapal yang hendak bersandar di pelabuhan merak. Pelabuhan Merak hanya berjarak sekitar 2 Km saja dari posisi kami berada sekarang. Tepatnya di Hotel Mangku Putra Merak yang menjadi lokasi Musyawarah Daerah (Musda) DPD II Partai Golkar Cilegon digelar.
Sedari semalam kami berempat yakni Kang TS, Bang Isson, Mbak Arum Sato dan Saya lagi-lagi mendapat kesempatan untuk mengabarkan hal ihwal terkait dengan pemangku hajat Kota Cilegon. Inilah buah dari relasi sinergis antara kompasianer Cilegon Kang Nasir, Kang Sutisna Abas beserta Mbak Laura Irawati yang sudah bolak balik mengundang kami.
Sungguh, tiada kata jemu bagi saya pribadi untuk mengenal dan menuliskan hal baru. Tak ubahnya menulis momentum pergantian kepemimpinan di tubuh partai Golkar Kota Cilegon  yang tentunya sudah bukan menjadi barang baru lagi bagi masyarakat Kota Cilegon pada khususnya dan Banten pada umumnya.
Sebenarnya agak sungkan saya berada di tengah kader Golkar yang seharian ini sibuk dengan rangkaian acara Musda. Namun dorongan untuk menjadi manusia pembelajar yang ada, membuat saya merasa nyaman bisa duduk bersama, ngobrol ringan dan menyimak acara yang diawali dengan Pra Musda kemarin malam. Dengan mengusung tema "Konsolidasi Organisasi yang Efektif Menuju Kejayaan Partai Golkar Di Ajang Pemilu 2019 dan Pilkada 2021", kader Golkar Kota Cilegon dibawah kepemimpinan Bapak. H. Tb Aat Syafaat benar-benar ingin menagaskan bahwa Golkar tetap akan mempertahankan Kejayaan hingga sekian tahun kedepan.
Minggu, 4 April 2016. Suhu dan cuaca di sekitar pelabuhan Merak memang terasa terik, sedikit panas menyengat. Namun tidak demikian halnya gelaran regenerasi kepemimpinan partai yang dihelat dalam kurun waktu 5 tahunan tersebut. Suasana tenang, tertib, hangat dalam ikatan kekeluargaan begitu kentara saat hampir seratusan orang mengenakan atribut partai berwarna kuning itu. Tidak ada hingar bingar politik yang cukup berarti. Konstelasi peralihan kepemimpinan level kota/kabupaten partai berlambang pohon beringin ini nyaris tak kentara.
Sejak dibuka pada pukul 10.00 pagi tadi, Suasana Musda berjalan lancar. Pembacaan ayat suci Al quran menambah kesan sejuk pada gelaran politik kali ini. Tidak lupa Lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan dengan khidmat oleh para peserta yang hadir.
Layaknya tata laksana sidang organisasi yang ada, Musda terdiri dari beberapa rapat/sidang paripurna dan ada pula rapat/sidang Komisi. Rapat/sidang komisi ini biasanya terbagi menjadi komisi Organisasi, Komisi Program kerja dan Komisi Politik.
Acara yang berjalan lancar lagi kondusif menjadikan Musda yang semula direncanakan berlangsung hingga malam nanti dapat dipersingkat hingga selesai sore ini. Tidak ada nuansa pertentangan. Perbedaan pendapat menjadi sebuah otokritik untuk membangun kondisi internal partai kedepan yang lebih baik. Laporan pertanggungjawaban DPD Partai Golkar Kota Cilegon masa bakti 2009-2015 dinyatakan diterima forum Musda yang dihadiri oleh pengurus inti Pimpinan Kecamatan dan juga Organisasi sayap partai di wilayah Kota Cilegon.
Demikian halnya dengan pandangan umum yang disampaikan oleh tiap Pimpinan Kecamatan. Salah satu hal yang sering disebut dalam pandangan umum tersebut antara lain meminta dengan hormat kesediaan Bapak. Tb. Iman Ariyadi selaku Walikota Cilegon untuk berkenan dicalonkan menjadi Ketua DPD II Partai Golkar Kota Cilegon. Sungguh ini menjadi sebuah aspirasi yang berkembang dan marak.
Hal ini semakin memperkuat upaya terwujudnya musyawarah mufakat dalam menentukan siapa generasi penerus pemimpin partai Golkar Kota Cilegon lima tahun kedepan. Tanpa harus melalui mekanisme vooting yang akhir-akhir ini menjadi model demokrasi kekinian dan sedikit mengikis budaya musyawarah mufakat yang harusnya bisa lebih dikedepankan
