Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Cerita Petualangan Nonton Bioskop Saya

21 Desember 2016   01:59 Diperbarui: 21 Desember 2016   02:20 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nobar dengan suami di Yogya (Dokumentasi Pribadi)

Kecil-Kecil Nonton Bioskop

Ketika berbicara tentang nonton film bioskop, ingatan saya melesat jauh ke waktu yang silam. Saya masih kecil, kisaran masih bersekolah dasar  jaman itu. Di kota Tegal era akhir tahun 80-an masih marak bioskop lokal yang secara fasilitas, teknologi dan tingkat kenyamanan sangat jauh berbeda dengan bioskop kekinian. Sebut saja Marina Plaza,  Riang Theater, Dana, Dewa, Dewi, Pelangi dan masih ada beberapa yang tidak lagi saya ingat. Ya, kala itu heboh film kolosal yang diangkat dari serial sandiwara radio. Dari cerita Brama Kumbara dalam Saur Sepuh hingga Tutur Tinular. Itu pengalaman saya pertama nonton bioskop. Jika saja waktu itu ada pemilihan penonton bioskop termuda, mungkin sayalah orangnya. Tidak ada larangan membawa anak kecil masuk ke bioskop, menjadikan orang tua saya kerap kali mengajak serta saya ke bioskop dengan leluasa. Sayangnya, bioskop-bioskop indie yang saya sebut diatas sudah tidak lagi beroperasi. Sejak lesunya dunia perfilman di tanah air dari tahun 90-an hingga awal tahun 20-an. 

Kesan yang melekat dalam benak saya sebagai anak-anak yang masuk ke bioskop dengan film dewasa waktu itu adalah suasana yang gelap, berdesak-desakan ketika antri tiket dan berebut masuk, bisa beli berondong jagung yang rasanya asin dan manis serta minum sprite di toko kaca. Ya, belum familiar bagi kami istilah popcorn waktu itu. Kami menyebutnya dengan berondong. Toko Kaca yang dimaksud adalah semacam etalase disamping loket tiket yang menjual aneka makanan dan minuman yang bisa dibawa masuk saat waktu menonton tiba.

Agaknya pengalaman menonton bioskop bersama orang tua sejak kecil sedikit banyak membawa dampak yang cukup signifikan di kelak  kemudian hari. Saat saya menginjak remaja, jelang peralihan SMP ke SMA, kebiasaan menonton bioskop berlanjut. Hanya saja tidak lagi bersama dengan orang tua. Melainkan dengan teman-teman dekat. SMP 10 Tegal yang letaknya sangat strategis di Jalan Kartini no 10 Tegal itu memang bertetangga dengan salah satu pusat belanja ternama kala itu. Marina Toserba yang lengkap dengan bioskop dan Cafetaria. Bersama 4-5 orang teman, masih dengan sebagian atribut sekolah kami menikmati beberapa film yang tayang. 

Menjadi Saksi Bangkitnya Film Indonesia

Ah, kadang satpam bioskop sedikit rewel ketika kami masih mengenakan seragam putih biru, bersepatu dan menenteng tas sekolah memasuki area bioskop meski sudah diluar jam sekolah. Pernah suatu ketika kami tidak diperbolehkan membeli tiket bioskop karena alasan masih belum cukup umur. Maklum, rata-rata film yang diputar adalah film barat. Tak hilang akal, akhirnya saya dan teman-temanpun sedikit bersiasat. Membawa kaos ganti dan celana pendek. Beberapa judul film barat yang saya ingat antara lain George of the Jungle.  Genre film misteri dengan judul I Know What You did Last Summer pun sempat kami tonton di era tahun 97-an.

Sempat merasakan hidup di kota Mendoan Purwokerto, sempat pula menonton bioskop lokal yang letaknya tidak jauh dari terminal lama. Belakangan bioskop tersebut masuk jaringan bioskop 21. Ya, Rajawali Theater menjadi tempat hiburan film bagi warga Purwokerto dan sekitarnya. Bioskop ini juga yang menjadi saksi gebrakan film nasional melalui tayangnya AADC era tahun 2002. Tidak cukup sekali saya menonton AADC di Rajawali theater. Kali pertama ditraktir senior organisasi bersama beberapa teman. Dan mengulanginya lagi justru saya yang mentraktir beberapa teman pasca berakhirnya kepanitiaan seminar. Selain AADC film lain yang sempat saya tonton di Purwokerto adalah film karya John de Rantau yang mengisahkan perjuangan anak Papua. Judul film tersebut adalah Denias, Senandung Di atas Awan.

Dari Yogya - Surabaya  Hingga  Jakarta

Kisah menonton bioskop saya tidak berhenti di dua kota yakni Tegal dan Purwokerto saja. Pernah tinggal di Yogya, membuat saya menemukan sisi lain kenyamanan ketika nonton bioskop. Berawal dari bioskop lokal hingga ke jejaring bioskop global. Apalagi kalo bukan Empire  XXI yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo. Harga tiketnya jelas lebih mahal sih dibandingkan nonton di Bioskop Lokal. Beruntung , sewaktu di Yogya tiket nonton bioskop saya selalu di traktir oleh mereka yang mengajak serta saya nobar.

Meski tekhnologi canggih sudah menghasilkan ratusan ribu keping VCD atau malah DVD yang bisa menyajikan tayangan film di rumah, namun tetap saja nonton bioskop memiliki dimensi tersendiri sebagai sebuah aktifitas hiburan atau sekedar hang out. Padatnya rutinitas hidup di kota metropolitan Jakarta membuat saya tetap menyempatkan nontin bareng di bioskop bersama teman-teman dekat. Bahkan ketika berumah tangga pun, kebiasaan menonton film bioskop bersama suami sesekali mengajak serta anak tetap berlanjut. 

Sewaktu anak masih kuliah di Surabaya, kesempatan untuk mengunjungi sesekali kami sempatkan menonton bioskop di galaxy Mall. Rata-rata genre film yang menjadi pilihan suami dan anak adalah action Hollywood. Namun, kami tidak melewatkan film-film Indonesia yang terkait dengan tokoh nasional dan roman kisah sejarah seperti Soekarno, Sudirman, Sang Pencerah, Sang Penari dan sebagainya. Bahkan tak jarang kami sengaja pergi ke Yogya untuk sekedar nonton bioskop di sela-sela agenda liburan. Maklum di Madiun sendiri bisokop yang ada masih level regional yakni jaringan New Star Cineplex.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun