Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gunakan Air Seperlunya! Air PALYJA, Air Kita, Air Indonesia #Bersama Demi Air

27 Maret 2016   23:54 Diperbarui: 28 Maret 2016   02:29 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Himbauan Gunakan Air Seperlunya, terpasang di Wastafel Toilet Balitbang KemenkesRI"][/caption]Pernahkah kita berfikir dari mana asal muasal air bersih yang kita gunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari?. Kurun waktu  10 tahun, saya menjadi anak kos di Jakarta. Jujur saja saya pernah merasa kesal ketika pemilik rumah kos yang berada daerah Kebayoran Lama,begitu disiplin membatasi jam ketersediaan air bersih bagi para penghuni kos. Bukankah ketersediaan air bersih harusnya bisa diakses kapan saja dan oleh siapa saja! Kenapa di Jakarta, air bersih menjadi sedemikian ketat dibatasi penggunaannya?. Hampir setiap hari pertanyaan diatas terlintas manakala saya dan penghuni kos lain harus rela bergantian dan berhemat air sekedar untuk keperluan MCK.

Hingga sehari sebelum peringatan hari air sedunia 22 Maret lalu, 30 kompasianer termasuk diantaranya saya mengikuti Nangkring bersama PALYJA yang bertajuk #Bersama Demi Air. Ada yang sedikit berbeda pada Nangkring kali ini, karena peserta tidak saja membicarakan masalah air. Namun juga melihat secara langsung Instalasi Pengolahan Air (IPA) I PALYJA yang terletak di kawasan pejompongan Jakarta Pusat. Disinilah saya melihat dengan mata kepala sendiri, betapa setetes air bersih di Jakarta demikian berharga keberadaannya. Bukan saja ditilik dari nilai ekonomis, tapi juga sisi historis, proses yang sedemikian dinamis termasuk di dalamnya upaya menggagas ketahanan air bersih yang saat ini hanya berkisar 3 % saja (berdasarkan studi PAM Jaya).

[caption caption="dok.Pri : mencicipi air PALYJA yang langsung dari Pipa Pengolahan, aman untuk dikonsumsi, segarnya terasa lebih"]

[/caption]

Sesaat sebelum dimulainya acara, saya menyempatkan diri untuk meminum air yang tersedia pada dispenser yang terletak di beberapa sudut ruangan. Semenjak hidup diperantauan, lidah saya terbiasa mencecap air mineral kemasan dari beberapa merek. Terkadang saya jadi bisa sedikit membedakan rasa yang tertinggal sesaat setelah meminumnya. Berbeda ketika berada dirumah, Ibu selalu merebus air PDAM terlebih dahulu untuk kemudian menjadi air yang dikonsumsi dirumah. Ahhh, rasa segar seketika saya rasakan begitu air PALYJA membasahi rongga mulut dan masuk dalam kerongkongan. Ada sensasi kesegaran lebih yang saya rasakan dibanding ketika minum air lain. Sesaat kemudian lidah saya beberapa kali mencecap langit-langit atas mulut. Rasa air ini mirip sekali dengan air mineral kemasan yang mengandung kadar oksigen tinggi di dalamnya. Air sejenis ini biasanya dijual agak mahal dari air mineral kemasan biasa. Bahkan ada beberapa diantaranya yang menambahkan air sejenis ini memiliki manfaat lebih. Ini sih luar biasa, Air PALYJA lebih segar, sehat dan aman untuk dikonsumsi. Belakangan baru saya ketahui, bahwa air yang disediakan di kantor PALYJA merupakan air yang benar-benar langsung berasal dari pipa pengolahan. Wajar saja kalau rasanya beda, Fresh from the 0ven gitu loh.

Selama kurang lebih 6 jam,Nangkring berlangsung dalam 2 sessi yang kesemuanya membuka wawasan peserta, tak terkecuali saya. Sessi pertama, kami diajak menyelami permasalahan ketersediaan air bersih secara teknis. Didampingi oleh petugas pelaksana teknis IPA I PALYJA yang bernama Pak Kamid, kami disuguhi pemandangan yang membuat tercengang. Sejauh mata memandang terlihat bak permanen yang berisi air berwarna coklat. Sebagian dialirkan dalam sekat-sekat yang mengalirkan air dari satu penampungan ke penampungan lain. Mau tahu dari mana sumber air baku yang selanjutnya diolah menjadi air bersih di Jakarta?. Ya, salah satu sumber air baku PALYJA berasal dari waduk Jatiluhur. Sebanyak 94,3 % air baku ini dipasok dari luar Jakarta. Ada hal yang membuat saya terperangah, ternyata air keruh sebagai bahan baku itu tidak begitu saja diperoleh dengan gratis.

                               [caption caption="dok.pri Sebagian Instalasi Pengelolaan Air (IPA) I PALYJA"]

[/caption]Satu persatu bagian teknis pengolahan air kami lihat dan cermati. Air yang disalurkan dari sumber awal tersebut kemudian masuk ke penampungan. Terdapat  endapan pasir yang ternyata berfungsi sebagai penyaring dalam proses pra sedimentasi Beberapa Drum berkapasitas besar diberi keterangan dengan nama sejenis bahan kimia  yang berfungsi sebagai desinfensi. Bentang pipa-pipa yang tersambung ke beberapa bak pengolahan menandakan adanya proses yang terangkai. Hal lain yang menarik perhatian saya adalah keberadaan mesin accelator yang dibuat tahun 1953 yang hingga saat ini masih terus difungsikan.

Meski hujan turun waktu itu, melihat lebih dekat proses pengolahan air bersih PALYJA membawa kami ke setiap bagian yang menjadi satu kesatuan siklus suplai air bersih yang akhirnya dapat dimanfaatkan oleh para pelanggan yang tersebar di wilayah bagian barat Jakarta. Tak satupun ruang pengolahan air di IPA 1 Pejompongan ini kami lewatkan. Dari areal penampungan terbuka tempat Air baku yang kemudian dicampur dengan bahan kimia (koagulasi) hingga masuk ke ruang filtrasi dimana terdapat istilah percucian air (wash water) kemudian masuk ke penampungan (reservoir). Hingga akhirnya terdistribusikan kerumah pelanggan melalui sambungan pipa yang usianya hampir 100 tahun.

Berlanjut ke sessi berikutnya, adalah presentasi management PALYJA yang kompak menghadirkan 5 Orang jajaran terkait. Hadir ditengah para Kompasianer, Bapak Budi Susilo (Direktur Customer Service), Ibu Meyritha Maryanie (Kepala Corporate Communication & Social Responsibility), Ibu Nancy Elvina (Kepala Divisi Manajemen Aset dan Non Revenue Water /NRW), Ibu Irma Gusyani (Deputi Operasional) dan menyusul kemudian Bapak Toto Wirananto selaku kepala Departemen Primary Construction.

[caption caption="dok.pri Sampul depan map PALYJA"]

[/caption]Air PALYJA Air Kita, Sepatutnya Kita Jaga Bersama

PAM Lyonnaise Jaya atau yang dikenal dengan PALYJA, merupakan satu dari dua penyedia air bersih di Jakarta. Keberadannya sekarang menjadi objek vital yang melayani kebutuhan air bersih sebagian warga Jakarta. Tak terkecuali warga Indonesia yang dalam tempo tertentu berada di wilayah bagian barat Jakarta. Kenapa bisa demikian?. Jakarta merupakan ibu kota negara yang setiap harinya menjadi tempat terbuka bagi siapa saja yang hendak beraktifitas di dalamnya. Berapa banyak penyedia jasa hotel, restoran, dan tempat umum lainya di kawasan Jakarta bagian Barat?! Lantas, air yang mereka gunakan, sebagian diantaranya pastinya air dari PALYJA. Itulah kenapa air PALYJA tidak hanya dibutuhkan oleh warga Jakarta saja, melainkan juga seluruh warga Indonesia yang secara kebetulan sedang  berada di kawasan barat Jakarta.

PALYJA sejak Juni 1997 tumbuh menjadi perusahaan terbuka yang telah melaksanakan persetujuan kerjasama antara PAM JAYA dengan Suez (Perusahaan dari Eropa). Bentuk kerjasama inilah yang terkadang menjadi sisi yang oleh sebagian orang masih sering dipertanyakan. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Meyritha, bahwa bentuk kerjasama PAM JAYA dengan pihak swasta ini berbentuk kerjasama KONSESI. Dalam kerjasama Konsesi inilah, segala aset dan perlengkapan yang dibangun selama  kurun waktu 25 tahun akan dikembalikan sepenuhnya  kepada PAM JAYA ketika masa kontrak berakhir. Itulah kenapa sedari sekarang, perlu dibangun kesamaan pandangan bahwa air PALYJA masih air kita juga yang sepatutnya kita jaga bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun