Siapa tak kenal dengan Bali, surga wisata yang banyak digandrungi pelancong baik dalam dan luar negeri. Namun sudahkah pula kita mengenal nasi Jinggo, Kopi Arabika Kintamani, kain Endek, kain tenun Pegingsringan, arak Karangasem, Â aneka dupa dan produk wellnes berbahan alam, hingga aneka produk kerajinan berbahan ramah lingkungan?. Â Ribuan produk UMKM Bali kini kembali bertumbuh dengan ragam sentuhan inovasi dan semangat berkelanjutan. Pandemi ibarat sebuah ujian sesaat, mereka terbukti tangguh melewatinya.Â
Kolaborasi dari pelbagai kalangan menjadikan pelaku UMKM di Bali senantiasa  bertumbuh tak terkecuali melalui saluran digital.  Sebut saja saat gelaran bergengsi G-20 hingga aneka festival dan pameran produk UMKM yang kerap diselenggaraan di tempat-tempat strategis di wilayah Bali. Ya, produk UMKM  telah menjadi bagian dari geliat wisata kreatif pulau Dewata. Tak lengkap rasanya berkunjung ke Bali tanpa membawa serta produk UMKM lokal sebagai cendera mata.
Sebanyak  15332 UMKM tercatat dalam balisatudata.baliprov.go.id.  Dilihat dari jumlah UMKM aktif,Kota Denpasar  menempati urutan keempat setelah Karangasem, Gianyar dan Jembrana. Sebagai Ibukota Propinsi, Denpasar harus mampu menjadi etalase bagi produk UMKM dari pelbagai daerah di Bali melalui aneka program dan kegiatan yang membuka ruang sinergi antar pelbagai pihak. Salah satunya melalui acara tahunan Denpasar Festival 2022 yang digelar di kawasan Heritage Jalan Gajahmada Denpasar.
Tulisan berbahasa Bali "Mai Jinggo Mai Ngopi" yang dipasang di salah satu titik kuliner di pelataran pasar Badung ini tak ubahnya mantra yang membuat saya mendekat. Menu lokal aneka jenis nasi jinggo , lengkap dengan sate lilit, Jaje/Jajan Tradisional dan olahan camilan kekinian dijual oleh sekelompok anak muda yang terampil dan cekatan melayani. Ada suasana berbeda dari  Festival atau pameran UMKM kebanyakan.Â
Jika biasanya dunia UMKM dimeriahkan oleh generasi "oldiest" khususnya kalangan emak-emak, berbeda halnya dengan gelaran satu ini.  Tema "Tejarasmi: Cahaya Keindahan"seakan menjadi  ruang kolaborasi dan transformasi apik yang  melibatkan 161 pelaku UMKM, 622 Musisi dan 1049 seniman. Bahkan sebagian besar pelaku UMKMnya berasal dari generasi Muda khususnya kalangan mahasiswa dari beberapa universitas ternama.
BRI dan Transformasi UMKM Lintas Generasi
Dulu orang boleh saja melihat BRI sebagai bank kalangan menengah ke bawah. Namun selepas Pandemi banyak kalangan mengakui peran BRI di tengah turbulensi ekonomi, khususnya dalam memberi dukungan bagi UMKM yang menjadi ujung tombak ekonomi mikro, BRIPahlawanFinansial. Hal itu selaras dengan tagline Mai Jinggo Mai Ngopi, Sederhana-Merakyat namun sarat nilai dan makna yang mampu memecut semangat. Mai yang dalam bahasa Bali artinya Mari/Ayo, seolah mengajak agar kita menikmati Jinggo/nasi rames khas Bali sekaligus menikmati kopi.
Nasi Jinggo dan Kopi Bali, kolaborasi potensi kuliner lokal yang kian dilirik pasar global. Nasi Jinggo selama ini menjadi simbol citarasa lokal dengan harga terjangkau. Namun jangan salah, sekarang ini Nasi Jinggo mulai mengisi etalase beberapa resto hingga gerai kuliner di Bandara. Begitu pula dengan produk Kopi Bali yang memiliki kualitas eksport. Keberadaannya kini banyak mengisi etalase digital yang menjangkau pasar Global. Salah satunya melalui mall Indonesia,sebuah platform digital yang membantu pemasaran produk UMKM secara onlene bagi UMKM binaan BRI.