Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan-perempuan Ini yang Memantik Bangkitnya Semangat Berwirausaha

9 September 2020   23:38 Diperbarui: 9 September 2020   23:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Martha Simanjuntak Owner Chata Ulos

Beberapa bulan lalu melalui sebuah pesan singkat disusul percakapan melalui telepon sejatinya saya merasa sedikit ragu. Bagaimana tidak, lha wong saya ditawari bergabung sekaligus mengajak teman-teman yang bergerak dibidang UMKM untuk bergabung di sebuah platfotm e-commerce baru bernama Beon.co.id. Suara perempuan yang terdengar tegas sekaligus yakin itu tak lan tak bukan adalah Ibu Martha Simanjuntak. Saya kerap memanggilnya dengan sebutan Kakak agar terkesan lebih akrab. Saya mengenal sosok perempuan tangguh ini sebagai founder Iwita ( Indonesian Woman IT Awareness)

Tawaran sekaligus sebuah kepercayaan itu sedemikian dasyat. Seolah memberi aliran listrik sehingga saya yang semula memilih defensif selama pembeli dengan hanya berupaya menjadi konsumen cerdas yang membeli produk UMKM dari kawan-kawan yang memiliki produk, perlahan memutar haluan. Satu bulan saya sedikit tertatih dengan langkah menghubungi teman-teman yang memang konsen sebagai pelaku usaha. Terkumpul sekian nama yang konon punya usaha kecil dan bersedia bergabung. Saya sendiri sungguh masih merasa separuh nafas menyiapkan langkah usaha apa kiranya yang bisa kembali saya rintis.

Kak Martha atau sebagian rekan-rekannya memanggil dengan sebutan nama Atha adalah perempuan yang selama ini memang memiliki sekian banyak usaha. Dari Property hingga fashion yang memiliki nilai tradisi budaya masyarakat Batak. Ya, brand Chata Ulos merupakan satu dari sekian usaha yang ditekuni Kak Martha. Bahkan di musim pendemi, Chata Ulos juga memproduksi masker berbahan kain ulos. Tampil modis dan elegan begitulah tampilan Kak Martha yang memang harus menjaga nama brand usahanya. Nyata, dalam perjalanan menuju kolaborasi beon.co, Iwita dan beberapa kawan belum  berjalan maksimal. 

Seleksi alam terjadi pada mereka yang justru sudah memiliki usaha yang lebih dahulu establish dari saya. Disaat saya merasakan semangat untuk kembali menjadi pelaku usaha entah kenapa mereka yang sudah memiliki usaha malah terkesan angin-anginan. Tak banyak yang bisa saya lakukan. Terlebih menjadi pelaku usaha haruslah egaliter dengan sesama. Jangan ada paksaan terlebih tekanan sehingga prosesnya nanti diharapkan memikul nature, selaras dan bertumbuh dengan alami.

produk bumbu Rujak Honje Ceu Tantri
produk bumbu Rujak Honje Ceu Tantri
Belum selesai pergumulan saya untuk mewujudkan sebuah tawaran marketing digital di platform e-commerce baru tersebut, lagi-lagi secara alami saya kembali terpecut.  Bermula dari hal yang sederhana. Postingan produk sambal lebih tepatnya bumbu rujak di time line Kag Pepih NUgraha yang nota bene pernah menjadi COO sekaligus Pendiri kompasiana.  sensor mata saya mengatakan bahwa produk ini pasti enak. BUmbu Rujak Honje, demikian produk rumahan yang dibrandring dengan nama Ceu Tan3 (baca Tantri)  yang tak lain tak bukan adalah istri dari kang Pepih. Tanpa basa basi yang langsung menanyakan perihal pemesana bumbu rujak dan berkomunikasi langsung dengan teh Tantri yang ramah lagi baik hati.

Beberapa waktu lalu lebih dari sekali saya bertemu dengan Perempuan yang kemudian saya panggil dengan sapaan Teteh itu. Namun tidak mengira bahwa beliau seorang pelaku usaha dengan aneka produk retro. Tak hanya bumbu rujak honje saja, aneka camilan kekunoan juga tersedia dan bisa dipesan secara daring. Honje atau bumbu kecombrang menjadi bahan yang memiliki cita rasa authentik. Alhasil saya pun akhirnya memesan produk Bumbu rujak honje Ceu Tantri. Hati kecil saya bersuara, Aduh Teteh rajin banget bisa punya usaha aneka produk rumahan. Dan diam-diam saya pun bertekad, yakin saya akan menemukan produk yang bisa saya jadikan sebagai komoditas awal usaha kecil rintisan di tengah pendemi ini.

pesanan Tahu Aci Slawi , usaha kuliner rumahan teman SD
pesanan Tahu Aci Slawi , usaha kuliner rumahan teman SD
Dua perempuan hadir begitu saja membangkitkan semangat berdikari di bidang ekonomi. Ditambah lagi, sosok teman masa kecil yang rupanya juga membuka usaha kecil-kecilan dengan membuka Open Pre-Order Tahu Khas Slawi. Di rumahnya di kawasan Bintaro, Enno Aidan yang sehari-hari menemani tumbuh kembang 3 anak kesayangannya dan kerap kerepotan selama sekolah dari rumah itu justru masih bisa memenuhi pesanan tahu aci slawi dalam jumlah yang cukup fantastis. 

Kurang lebih 400 biji tahu Slawi mampu dia produksi untuk memenuhi pesanan. Saya nyaris tidak percaya ketika akhirnya saya berkunjung ke rumahnya sekaligus mengambil pesanan. Dengan dibantu oleh seorang asisten rumah tangga Eno yang sebelum pendemi kerap mengunggah barang-barang branded  yang diperjualbelikan secara online itu benar-benar banting setir. Bukan lagi tas, sepatu atau souvenir luar negeri yang dia jual di lapak online media sosial milikya, melainkan justru kuliner Tegal ala rumahan yang cukup banyak peminatnya.

Begitulah, 3 perempuan itu membuat saya bangkit berdiri. Masa pendemi bukan saja milik kaum rebahan. Saya pun menginsyafi bahwa UMKM itu bukanlah usaha musiman ketika mood. Melainkan satu dari sekian ujung tombak ekonomi yang tetap bergeliat di tengah pendemi. Saatnya menyingsingkan baju, saling suport sesama pelaku usaha kecil dan berharap usaha yang tengah saya rintis mampu bertahan sekian wajtu ke depan sesuai harapan dan apa yang dicita-citakan

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun