Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

(Fiksi) Riyadi di Tepi Kali Pemali

23 Mei 2020   23:52 Diperbarui: 23 Mei 2020   23:47 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Islandia.com

Mbok Mijah melipat kain batik berwarna kusam dan meletakkannya di dipan kayu. Rambutnya yang memutih di sanggul cempol. Guratan wajahnya menandakan usia yang tak lagi muda.

Sejenak dia bangkit menuju "Luweng". Menambah beberapa batang kayu hingga kobaran api kian membesar. Di atas tungku yang terbuat dari tanah liat itu,terlihat periuk berisi anyaman janur berbentuk kubus persegi empat yang sudah diisi beras oleh tangan sepuh Mbok Mijah.

Rumah Mbok Mijah terbilang sederhana. Dindingnya terbuat dari batu bata tanpa finishing semen. Jelas tidak tersentuh warna cat. Lantainya masih "plester" semen, bukan keramik seperti kebanyakan rumah lain disekitarnya.

Di rumah itu pula, perempuan berusia lebih dari 70 tahun itu tinggal seorang diri. Anak semata wayangnya merantau di negeri sebrang. Menjadi pelaut mengabadikan kegemarannya mencari ikan.

Ya, anak laki-laki yang begitu Mbok Mijan cintai. Tak sedikitpun Mbah Mijan lupa setiap malam hari raya tiba, anak laki-laki yang hampir setiap hari berenang di kali Pemali itu dandan rapi. Mengenakan sarung dan peci.

Sengatan panas dari bara api yang Mbah Mijan tunggui membuyarkan kenangan akan anaknya yang dia rindukan. Sudah tiga kali lebaran dia tak pulang. Sesekali ia berkirim kabar dan mengirimi uang melalui teman perempuannya, Sulastri.

Ada harap dari lubuk hati Mbah Mijan, Sulastri akan menjadi menantunya. Menikah dengan anak laki-lakinya.

"Mbok....sampeyan wonten pundi?" suara perempuan memanggil dari pintu depan. Pendengaran mbok Mijah memang sedikit terganggu akibat umurnya yang tidak lagi muda.

Sulastri pun masuk ke rumah yang sudah tidak asing lagi baginya. Tengah dia dapati mbok Mijah tengah merebus ketupat janur. 

"Mbok...mbokkk.." suara Lastri mendekat sembari menepuk pundak mbok Mijah

"Heeehh...sopo" reflek mbok Mijah menengok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun