Guratan wajah sendu begitu tampak di wajah pak Bambang. Gelayut kesedihan bak mendung berarak sebelum basah hujan. Ruangan itu telah sepi kini. Empat bulan lebih lelaki yang pernah dielu-elukan namanya di seantero negeri itu setia mendampingi perempuan pujaan hatinya. Tegar jiwanya menerima tempa cobaan yang harus dihadapi sang Permaisuri. Hingga rencana dan cita-cita mulia konon telah disusun sedemikian rupa ketika saatnya nanti Sang Istri tercinta pulang.
Paripurna sudah Hera, perempuan keibuan itu mendampingi hidupnya. Bambang dan Hera, elegi  cinta yang kan dikenang dunia sepanjang masa. Dua sejoli yang telah melalui biduk kebersamaan dan suka maupun duka. Tangis bahagia, hingga curahan air mata seorang perwira di usia senja. Itulah saat dimana Hera dinyatakan "pulang" dalam diam.
Tiada hal yang paling mewakili rasa sedih mendalam dari sang belahan Jiwa. Muka sembab tetap haruskan sebuah ikhlas dan tabah melepas takdir perpisahan. Padahal, dalam hitungan hari kedepan, Hari raya sudah di depan mata. Hera yang biasa ceria bersama keluarga, anak-anak, menantu dan cucu-cucunya, kini memilih pulang diam-diam.
Hera, seribu kenangan tentang kamera dan foto-fotonya ditengah kegiatan formal kenegaraan semasa ia belum berpulang. senyum Hera menyapa dalam tiap unggahan instagram yang dijadikannya jembatan pertemanan. Tak hanya pak Bambang, kini semua menyambut perempuan itu pulang dalam diam.
Seiring warga menanti datangnya kumandang takbir beberapa hari kedepan, seiring itu pula cerita tentang Hera yang telah "pulang" akan menjadi pembicaraan oleh setiap warga. Doa-doa terpanjatkan untuk menyambut kepulanganya.Â
tribute : Ibu Negara Ani Yudhoyono, sugeng tindak Bu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H