Tak terkecuali para perempuan yang tak kesemuanya berasal dari kalangan emak-emak. Sosok Neno Warisman pun tak segan untuk mengeluarkan ajakan bermalam bagi kalangan emak-emak tanpa sebuah landasan moral yang cukup bisa dipertanggungjawabkan.
Sontak, menjelang tengah malam kabar kerusuhan itu santer tersiar. Foto-foto hingga rekaman video beredar dari lapis media sosial yang satu ke media soisial yang lain. Belum lagi live streaming media Televisi yang menanyangkan secara langsung detail peristiwa disekitaran Tanah Abang.
Kita tidak tahu persis bagaimana kronologi tiap menit yang terjadi disana. Rekaman audia visual yang dapat kita saksikan, betapa sebagian massa tetap ingin bertahan di depan kantor Bawaslu, sementara peraturan yang menyangkut ketertiban umum hanya memberi izin aksi massa hingga sore menjelang.
Ada daya, ketegasan aparat untuk meminta para demonstran buar sempat mendapatkan aksi perlawanan. Lembaran petasan terlihat dilakuka oleh massa yang didesak mundur oleh aparat ke arah tanah Abang. Untuk menghalaunya, petugas mengeluarkan tembakan gas air mata. Dan perusuh itu seolah mendapatkan momentum untuk menunjukkan jatidirinya. Pos polisi petamburan sempat dibakar, beserta beberapa sepeda motor yang tak jelas siapa pemiliknya.
Hingga pagi tadi perusuh itu kambuh untuk yang kedua kalinya. Stasiun tanah abang menjadi sasaran. Anarkisme, kebrutalan massa merajalela tak ubahnya virus yang sengaja disebarkan agar kerusuhan kian meluas. Doa dan dukungan kepada segenap aparat yang bertugas menjadi aksi berantasi di media sosial.
Mereka bertugas menghadapi perusuh yang tidak saja merusak ketertiban umum, melainkan pula merusak nilai-nilai ibadah ramadan. Inikah sebentuk iman yang diatasnakan kelompok Islam? Dimana letak Islam menjadi Rahmat bagi seluruh alam beserta isinya?
Miris bagi kami, kehilangan nalar logika bagi mereka. Kerusuhan kok dianggap Jihad? Melampiaskan syahwat kekerasan , kerusakan tempat-tempat umum disaat puasa? Siapa yang lantas menjamin tiket masuk surga?
Nyata, sejumlah informasi menyebut telah jatuh korban jiwa. Â Mati konyol tak ubahnya menjadi mati syahid ala mereka. Â Hanya doa dan upaya memeluk orang -orang sekitar agar hati dan jiwanya tidak dirasuki roh jahat perusuh saja yang saat ini bisa saya lakukan.
Yakin saya berkata, jika Indonesia bisa selamat di rencana aksi terorisme , para perusuh itu hanya tinggal menunggu waktu untuk ditumpas habis, atau dijinakkan sesuai takaran dosis perusuh yang diberikan. Berharap pihak-pihak yang menjadi pemantik aksi kerusuhan, turut merasa bertanggung jawab. Jangan "Munggah Ngglanggang Colong Playu" atau dalam istilah yang mirip disebut juga lempar batu sembunyi tangan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H