Teringat saya akan kata-kata yang kerap diucapkan oleh senior sewaktu aktif di organisasi kemahasiwaan. Konon dalam politik haruslah bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Dua sifat dari dua binatang yang cukup kontradiktif. Waktu itu saya hanya bisa menyimak, manggut-manggut dan berimajinasi kira-kira cerdas seperti ular itu bagaimana dan tulus seperti merpati itu bagaimana.
Beberapa hari belakangan, saat santer terdengar teriakan curang, diskualifikasi hingga istilah-istilah yang bertujuan membentu stigma negatif terhadap pemilu 2019 yang tengah dalam proses penghitungan suara, entah kenapa saya teringat kalimat bijak itu.
Baca Juga:Â Prabowo Deklarasi Kemenangan, Jokowi yang Terima Ucapan
Ada sedikit pergulatan pemikiran yang saya lakukan dengan istilah kata cerdik. Benarkah ular cerdik? cerdik atau licik? Jika saja ular dianggap cerdik, maka masuklah ia kedalam kelompok cerdik pandai. Kalangan ini pastinya memiliki ciri ucapan yang tertata, tidak mendesis dan berupaya membunuh lawan dengan bisa yang dia keluarkan.Â
Alhasil saya pun melakukan sebuah kontradiksi pemikiran dan mendobrak stigma istilah bahwa ular itu cerdik! Kali ini, khusunya dalam kasus gonjang ganjing hasil pilpres yang masih ditunggu semua kalanganm saya kana menyebut ular itu licik.Â
Dia selalu bersembunyi di lubang-lubang yang tak terlihat. Acapkali dilokasi yang tak terjangkau oleh lingkup manusia pada umumnya. Ular begitu cepat bersembunyi melarikan diri saat ada langkah kaki manusia.
Kecilikan ular jelas terlihat saat ia tak segan menyemburkan bisa dalam mulutnya dalam upaya membunuh lawan. Â Sejatinya lawan tangguh ular adal;ah seorang Elang rajawali. Cengkeraman kaki kuat sang elang rajawami yang senantiasa bekerja menjaga keseimbangan semesta melalui kepak sayapnya akan membuat ular tak berdaya.
Itulah mungkin kenapa ada ular yang lari bersembunyi hingga ke tempat nun jauh sekali. Berharap ular yang licik tak kehilangan bisa untuk terus disemburkan sebagai racun yang menggerogoti aliran darah hingga ke otak.
Begitulah kali ini saya menyebut Licik seperti ular, Jangan!!! Kita tentu tidak menghendaki proses demokrasi tercederai oleh desis ular yang berisik dan menyembur bisa kemana-mana. Akibatnya bisa dirasakan, racun itu menjalar dalam bentuk teriakan-teriakan curang justru datang dari kalangan pecundang.
Saya yakin, diantara capres baik 01 maupun 02 tidaklah ada yang punya bakat menjadi ular yang licik. Hanya saja dalam perjalanan perebutan tampuk kepemimpinan laykanya sebuah sistem pemilihan raja hutan, tak jarang ular-ular itu menyeruak masuk ikut terlibat dalam suksesi.
Apa mau dikata, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Pemilu 2019 telah berlangsung jujur dan adil seperti apa yang dikatakan Sandiaga Uno selaku Cawapres dari Pasangan 02. Nyata Sandiaga bukanlah Ular berkepala dua. Sandi dengan segala kesadarannya memiliki pemikiran jangka panjang, visi kepemimpinan ke depan yang masih menjadi harapan.