Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sukses Pemilu 2019 Haruskah Didelegitimasi oleh Kekalahan Politik?

16 April 2019   18:08 Diperbarui: 16 April 2019   20:34 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : OkezoneNews.com

Sebab menyoal Pemilu, bukan sekedar menjadi ranah bagi para pendukung dua pasang calon saja. Melainkan ranah hukum, pemerintahan yang melibatkan segenap jajaran aparat keamanan.

Alangkah lucu, jika pemilu belum terlaksana, terlebih hasil pemungutan suara yang dihitung kemudian, kenapa ada saja pihak-pihak yang suddah ingin mendahului sistem dengan cara yang tidak elegan?. Sukses pemilu 2019 bukan menjadi prestasi atas kinerja KPU semata, melainkan pula indikator sejauh mana kematangan  politik warga negara Indonesia. Dengan sistem serentak dan relatif mengalami pembaharuan tiap periodenya 5 tahunan, diharapkan pemilu di Indonesia mengalami perbaikan sistem dan peningkatan partisipasi dan keterlibatan politik dari masyarakat.

Bukan sekedar mengatisipasi adanya gerakan atau upaya untuk merusak berlangsungnya pemilu 2019, sigap TNI -Polri bersinergi. Jadi people power atau gerakan ekstra parlementer seperti apapun akan berhadapan dengan pihak keamanan. 

Di sinilah dibutuhkan adanya kedewasaan politik. Bahwa mereka yang ikut serta dalam kontestasi politik, bukan lagi anak kecil dengan karakter bandel, yang ketika meminta kemenangan dalama pemilu layaknya meminta permen. JIka tidak dikasih maka anak bandel itu anak mengamuk, mengancam semua pihak dengan tindakan yang tidak elok. 

Sangat disayangkan lagi, jika memudian yang dimobilisir atas nama kekuatan ekstra parlementer adalah kelompok-kelompok dengan mengusung panji keagamaan. Duh, sudah seperti jaman jahiliah saja rasanya dimana agama dimaknai sebatas kuantitas massa, bukan malah mempertebal keimanan dengan tawakkal, pasrah.

Bahkan jika nanti  ketetapan Tuhan atas kemenangan pemilu  bagi salah satu kandidat disangkal dan ditolak melalui cara-cara radikal, entah  harus menyebut mereka dengan sebutan apa? Lha wong ternyata, mereka masih saja melawan takdir. Jangankan Pemilu,  KPU, Demokrasi hingga Negara. Diam-diam takdir Tuhan pun akan mereka delegitimasi.

Dan sebagai warga negara yang baik, besok saya akan mengunakan hak pilih saya untuk mencoblos kandidat yang terbaik . Mari kita kesampingkan kepentingan sesaat para tim sukses yang beradu kekuatan. Gunakan hak pilih kita esok di TPS masing-masing dengan tertib tanpa memancing kegaduhan. Urusan menang-kalah itu soal biasa, namun jangan sampai apapun nanti hasilnya didelegitimasi dengan tindakan-tindakan yang tidak bermoral. Bukankah ada kuasa Tuhan yang menentukan siapa yang akan menjadi pemenang sejati? Sekuat apapun upaya mendelegitimasi pemilu 2019, masihkah ada yang sanggup mendelegitimasi kuasa Tuhan dalam  memberi kemenangan?

Merasa berakal waras boleh, kebablasan jangan

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun