Merawat Takdir Pertemuan, begitu kalimat ini saya pinjam dari Kompasianer yang kerap mengajak madyang-madyang. Dialah bozz madyang alias Rahab Ganendra, nama yang terlintas muncul saat mbah ukik alias mas Ukik mengajak saya beberapa bulan lalu untuk berkunjung ke kawasan Bromo.Â
Entah kenapa, tawaran itu datang begitu tanpa ba bi bu, ini itu. Rencana semula perjalanan ke kawasan Bromo ini akan pula diikuti oleh beberapa Kompasianer dari Malang. Namun dalam perjalananya, Tuhan menghendaki hanya kami berlima saja yang kemudian melanjutkan rencana menjadi nyata.
Rencana mengunjungi Bromo dan kawasan sekitarnya bukanlah sebuah proses Instan. Dua bulan perencanaan yang sedemikian matang rupanya tengah disiapkan oleh mbah ukik selaku tuan rumah. Termasuk penyesuaian jadwal dengan personil yang berkenan hadir. Â Informasi seputar cuaca dan suasana kawasan Bromo disampaikan dengan sedemikian detail. Maklum Januari-Februari, intensitas curah hujan relatif tinggi.Â
Cenderung beresiko jika memaksakan diri mengunjungi Bromo. Jelang Akhir Maret lalu, Â barulah menjadi "hari baik" bagi kami untuk menjejak tapak kaki di kawasan Bromo- Tengger- Semeru via jalur Tumpang, Kabupaten Malang.
Seminggu sudah , takdir pertemuan itu berlalu.Biasanya kami sebagian yang aktif berkegiatan off line baik Nangkring ataupun On location Kompasiana bertemu di sebuah "panggung" bersama.Â
Maka, takdir pertemuan yang dipantik oleh sebuah undangan khusus ala mbah ukik sekeluargapun kami sambut dengan penuh suka cita. Terlebih ada mbak Aridha yang bagi saya merupakan  nama baru. Padahal sejatinya  merupakan kompasianer lawas yang hadir dari Surabaya untuk turut serta bersama kami selama kurang lebih 3 hari dua malam
Singkat cerita, koordinasi via grup WA sementara yang sekarang sudah bubar dengan sendirinya menjadi cara kami untuk berkirim informasi seputar persiapan kedatangan ke Malang dan seterusnya menuju Kawasan Bromo. Itenary layaknya trip ala traveller pun mbah ukik siapkan Beserta informasi tempat kami menginap yang membuat kami kian penasaran.
Rabu Legi, 27 Maret 2019 menjadi hari yang sangat dinanti. Bukan Takdir pertemuan biasa. Begitu gumam saya. Dengan semangat 45, dini hari saya menempuh perjalanan Madiun-Malang via Surabaya dengan bus. Masing-masing hanya selisih 30 menit. Mbak Aridha, personil yang datang pertama di titik kumpul penjemputan. Disusul saya baru kemudian bozz madyang.Â