Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mall Ramai Saat Ngabuburit, Berbeda Halnya Dengan Suasana Desa

24 Mei 2018   23:55 Diperbarui: 25 Mei 2018   00:05 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan tahun ini saya merasakan berbuka di Ibukota. Bertempat di sebuah Mall di Kawasan Tangerang sana. Suasana menjelang buka puasa ramai pengunjung mencuci mata. Mall sebagai pilihan untuk ngabuburit, itu sah saja.

Jelang waktu Maghrib sebagian orang menyebut sandikala. Jika kita hidup di desa, orangtua menyuruh anaknya tidak keluar rumah. Nanti digondol Kalong wewe katanya. Berbeda halnya dengan mereka yang hidup di kota besar. Tidak ada pantangan manakala sandikala datang.

Justru saat jelang Maghrib orang ramai menyerbu beberapa tempat yang menurut mereka bisa mengesampingkan bunyi perut yang kian keroncongan. Mall, salah satu tempat yang selalu menjadi magnet yang menarik tiap orang untuk berkunjung.

Berkeliling melihat-lihat suasana Mall memang sungguh menghanyutkan. Hasrat untuk belanja belanji kerap singgah menghampiri kala nge mall sendiri, bersama keluarga ataupun rame-rame bersama teman sepermainan.

Wajar, mall dibangun dengan konsep one stop shopping.Hampir semua jenis komoditas yang menjadi kebutuhan dapat dibeli. Rekreasi belanja begitu slogannya.

Akhirnya saat bedug tiba, berbuka puasanya pun masih di kawasan mall. Aneka makanan ditawarkan dengan harga yang lumayan dalam sekali makan. Alih-alih berbonus takjil gratis, tiap gerai promosikan menu makanan berbuka bagi pengunjung mall.

Waktu ngabuburit berlalu. Bahkan hingga adzan Maghrib berkumandang. Berlanjut saat isya dan tarawih tiba. bersyukur sebagian mall menyediakan mushola hingga masjid yang luar biasa representatif. Sebut saja di Gandaria city, Blok M Square, dan beberapa lainnya. Sehingga ngabuburit di Mall tidak berujung lupa kala waktu ibadah tiba.

Coba kita bayangkan suasana desa. Jelang Maghrib semua berkumpul di rumah. Menonton TV dengan acara ceramah. Saat doa bersama terlantun melalui radio  atau toa masjid, semua bersiap mengelilingi meja makan.

Saat ngabuburit di desa waktunya lebih singkat. Bisanya ngabuburit berlangsung dari sehabis ashar hingga pukul 17.00 saja. Selebihnya saat sudah membeli takjil orang akan kembali ke rumah. Berbuka pun dirumah.

Begitulah antara Kota dan Desa , tempat ngabuburitnya pun berbeda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun