Mohon tunggu...
Hutami Pudya
Hutami Pudya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Semoga bermanfaat" ^_^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hati-hati, Penipuan Berkedok Lomba Menulis

14 Juni 2012   14:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bisa eksis menerbitkan buku adalah hasrat setiap penulis, termasuk penulis amatiran. Beragam upaya pun dilakukan agar mimpi menjadi penulis buku terwujud. Misalnya rajin posting tulisan ke blog, mengirim naskah ke berbagai penerbit, dan mengikuti lomba menulis yang menjanjikan akan menerbitkan buku bagi tulisan terbaik (lomba menulis antologi).

Penyelenggara lomba akan menyeleksi naskah yang sudah masuk. Hanya beberapa naskah terpilih saja yang akan diterbitkan menjadi buku.

Bagi mereka yang sama sekali belum pernah menerbitkan buku, dan sangat ingin menerbitkan buku, pasti antusias mengikuti ajang seperti ini. Meski mereka harus membayar sejumlah uang sebagai biaya cetak, mereka akan melakukannya.

Lho kok, bayar?

Lomba menulis antologi yang mewajibkan pemenangnya membayar sejumlah uang sebagai biaya cetak biasanya dilakukan oleh penerbit indie yang memang memiliki keterbatasan modal.

Setelah membayar biaya cetak, buku diterbitkan, penulis pun mendapat royalti dari hasil penjualan buku. Biasanya penerbit juga memberikan beberapa buku kepada penulis.

Namanya juga usaha menjadi penulis buku. Mulai dari yang sederhana, yakni ikut lomba menulis antologi dari penerbit indie.

Itu penerbit indie yang jujur. Antusias yang tinggi dari para penulis terhadap lomba menulis antologi, membuat penerbit indie yang curang bermunculan. Mereka memanfaatkan antusias penulis demi meraup keuntungan. Mereka menipu masyarakat dengan kedok “lomba menulis buku antologi”.

Pemenang diwajibkan membayar sejumlah uang dengan alasan sebagai biaya cetak. Setelah penemang membayar sejumlah uang, tidak ada kejelasan buku tersebut akan cetak, atau tidak transparannya royalti yang diperoleh penulis. Kalau sudah begini, buku tak kunjung terbit, kalau pun terbit royalti tak jelas, penulis gigit jari.

Sebenarnya lomba menulis antologi lebih cocok disebut sebagai audisi naskah. Sebab tujuannya adalah mengumpulkan naskah, memilih naskah terbaik, dan menerbitkannya menjadi buku antologi, sedangkan lomba bertujuan untuk mencari pemenang dan diberi hadiah. Biasanya hadiah lomba berupa materi dan penghargaan. Penyelenggara mengubah audisi naskah menjadi lomba menulis buku antologi supaya banyak peminatnya.

Sebelum mengikuti audisi naskah, ada baiknya kita mengenali dulu apa itu audisi naskah. Audisi naskah tidak mengenal istilah hadiah. Apalagi hadiahnya berupa penerbitan buku. Itu bukan hadiah. Setelah buku terbit, penulis akan memperoleh royalti.

Penulis yang naskahnya terpilih tidak dipungut biaya apapun. Kalau pun ada, hanya dikenakan kepada penulis yang naskahnya lolos seleksi saja.

Hanya penerbit indie yang memiliki modal terbatas saja yang mewajibkan membayar sejumlah uang untuk biaya cetak. Penerbit ternama yang memiliki modal kuat tentu tidak akan melakukan hal ini.

Sebelum membayar biaya cetak, sebaiknya cari tahu terlebih dahulu profil penerbit. Apakah benar-benar profesional atau tidak.

Menjadi penulis buku melalui audisi naskah sah-sah saja asalkan jelas penyelenggara dan penerbitnya. Selain itu, mintalah kejelasan terhadap bagi hasil penjualan buku atau royalti. Jadi, tetap berhati-hati ya dalam mengikuti lomba menulis atau audisi naska. @TamiPudya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun