[caption id="attachment_196338" align="aligncenter" width="525" caption="Ilustrasi (Sumber: antarabengkulu.com)"][/caption]
Malam ini, Jumat (31/8/2012), saya menonton Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menerima penghargaan Lifetime Achievement Award dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di TVONE. Alasan HIPMI memberikan penghargaan tersebut, pemerintah dinilai berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2004 hingga 2011. Bahkan dunia internasional mengakui ketangguhan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi global.
Indonesia mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya sebesar enam persen dengan peningkatan PDB serta peningkatan pendapatan perkapita secara konsisten sejak 2004 hingga 2011.
Ketangguhan ekonomi Indonesia tersebut sangat dirasakan oleh para pengusaha, makanya SBY diberi penghargaan. Kalau penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan, merasakan ketangguhan ekonomi Indonesia tidak ya?
Kebetulan saya menonton acara tersebut dengan ayah. Lalu saya bertanya pada ayah, “Ayah merasakan ketangguhan ekonomi Indonesia selama 7 tahun ini?”
“Tangguh apanya, apa-apa serba mahal sekarang. BBM naik, Tarif Dasar Listrik naik, cuma gaji aja yang susah naik. Mau Ramadhan kemarin aja harga barang kebutuhan pokok, selangit,” itu jawaban Ayah saya seorang pensiunan, awam, dan bukan pengusaha.
Mendengar jawaban Ayah, saya jadi berpikir. Kalau pengusaha merasakan ketangguhan ekonomi Indonesia, wajar. Mereka pelaku bisnis, bisa merasakan langsung. Kalau penduduk miskin, bagaimana cara merasakannya ya? (Saya beneran bingung. Hehehe)
Khayalan pun muncul. Seandainya ada penduduk miskin di Indonesia tergabung dalam Himpunan Penduduk Miskin Indonesia (HIPMI), memberikan penghargaan Lifetime Achievement Award kepada SBY, karena di bawah kepemimpinannya, rakyat Indonesia sejahtera. Tak ada lagi anak putus sekolah karena tak punya biaya, tak ada lagi sekolah roboh karena tak ada biaya memperbaiki sekolah, tak ada lagi penduduk miskin yang harus menahan sakit karena mahalnya biaya berobat. Itu baru keren. @TamiPudya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H