Mohon tunggu...
Tami Haerunisa
Tami Haerunisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kampung Hijauku, Dambaan Hatiku

18 September 2017   09:27 Diperbarui: 18 September 2017   12:47 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung dambaanku adalah kampung yang hijau nan asri yang jauh dari hiruk pikukunya keramaian kota, kampung yang bisa memberikan kenyamanan, ketenangan dan kesejukkan hati. Tapi aku bersyukur, kampung halamanku adalah kampung dambaanku yang menjadikanku ingin berada disana dalam waktu yang cukup lama.

Kampung halamanku berada di salah satu desa di daerah Pandeglang. Siapa yang tidak tahu akan kata Pandeglang. Pandeglang adalah salah satu kabupaten di provisni Banten, Indonesia. Selain memiliki luas daerah yang cukup besar, kabupaten pemilik motto "BERKAH" ini pun memiliki potensi wisata yang cukup banyak yang selalu dimanfaatkan para keluarga untuk berlibur, potensi wisata tersebut antara lain: sumber air panas cisolong, situ cikedal, kolam renang cikoromoy, wisata pantai tanjung lesung, sampai taman nasional ujung kulon.

Kampung halamanku tepatnya di desa Palanyar. Desa ini terletak di kecamatan Cipeucang kabupaten Pandeglang. Banten. Dengan berjarak 13 km dari alun - alun kabupaten Pandeglang kita bisa sampai di kampungku ini. Di kampung inilah biasanya aku habiskan masa - masa liburanku. Kampung yang jauh dari keramaian kota, kebisingan - kebisingan dan polusi udara. Banyak hamparan kehijauan yang ingin aku lihat serta aku rasakan yang tidak pernah dapat aku rasakan di kota besar tempatku beraktivitas sehari - harinya. Terdapat hamparan sawah yang begitu indah, hamparan pepohanan hijau nan menyejukan hati sampai bukit - bukit serta gunung - gunung yang dengan eloknya menjadi pemandangan yang tidak akan bosan - bosannya aku lihat.

Setiap pagi ku buka mataku dengan melihat keindahan alam yang begitu indah, keindahan yang tidak akan ku temui di kota Jakartaku, serta udara yang begitu sejuk membuat hatiku menjadi tenang dan damai. Pepohonan hijau yang begitu asri yang selalu aku jadikan sebagai pandangan pertamaku yang tersusun rapi layaknya pasukan paskibraka yang sedang latihan baris berbaris. Pepohonan disana memiliki ketinggian beraneka ragam dari yang sedang sampai yang tinggi serta jenis - jenis pohon yang bermacam - macam dari pohon pisang, pohon kelapa, pohon jeruk, serta pohon jati sekalipun.

Beranjak siang hari aku berjalan mengelilingi kampungku, memang udara siang hari disana cukup panas tetapi masih banyak pepohonan yang membuatnya menjadi sedikit sejuk. Saat ku berkeliling kampung panorama yang ku lihat adalah hamparan kuning hijaunya pesawahan yang begitu indah. Disebelah kiri ada pak tani dengan memakai topi khas nya sedang menaman padi dan disebelah kanan ada pak tani dan si kerbau hitam yang siap untuk membajak sawahnya. Di tengah - tengah hamparan sawah terdapat boneka sawah atau kadang disebut dengan orang - orangan sawah ada juga beberapa kincir - kincir yang memutar saat terkena angin. Riuh burung - burung berkicauan dan berterbangan kesana - kemari menjadikan keramaian di pesawahan itu. Hamparan biru di langit yang begitu cerahnya serta kilauan cahaya mentari yang menjadikan pemandagan semakin cantik yang tidak bosan aku lihat.

Saat aku tengok kebelakangku terdapat tumpukan gunung, gunung itu bernama gunung "Pulosari". Gunung hijau nan asri yang memang terlihat nampak jauh dari tempatku melihatnya tidak sedikitpun membuatnya menjadi tidak indah bahkan dengan tampak jauh bisa terlihat tumpukan yang cantik dengan dikelilingi pepohonan dan dengan ditemani pancaran - pancaran mentari yang seakan tenggelam dan kembali keperaduannya membuat pemandangan sore hari yang sangat amat cantik. Dengan sedikit gemercik air irigasi yang menjadi pelengkap di sore itu.

Hari pun berganti malam, riuh burung berkicauan menutup keindahan hari ini. Dan udara malam yang dingin membuat ku ingin merasakan hangatnya teh yang dibuat oleh nenek ku serta uli panggang yang tidak ketinggalan disajikan bersama teh hangatnya.

Mungkin hanya sedikit yang dapat saya ceritakan dan berbagi pengalaman tentang kampung hijauku yang jauh berbeda dari kota tempatku beraktivitas yang begitu banyak polusi udara, kebisingan serta begitu sesak dengan kendaraan - kendaraan. Semoga keasrian kampungku ini akan tetap terjaga sampai kapanpun dan tidak akan berubah menjadi rusak keindahannya seperti di kota - kota besar lainnya.

Lestari alamku, lestari bumiku.

Salam penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun