Tidak kaget lagi bagi kita saat mendengar banyak orang yang mulai mencampur adukan bahasa asli negara ini dengan bahasa asing. Sedikit tersentil ketika sore hari sedang menyaksikan serial kartun anak-anak dari negara tetangga. Muncul kata-kata “Bahasa Jiwa Bangsa” dimana notabenenya negara tersebut banyak memakai campuran bahasa dan budayanya dalam serial kartunnya.
Di sini, di negara yang saya cintai dan yang amat saya hormati sudah terjadi kontaminasi bahasa yang mulai tidak jelas dan sok “kelondo-londoan”. Mulai mencampur adukan bahasa negara ini dengan bahasa bahasa asing yang sangat merusak nilai-nilai kesusastaraan negara ini. Sangat ironis ketika nanti anak cucu kita tidak tahu mana bahasa asli negara kita dan mana yang bukan. Sudah jelas kalimat itu ditulis di bagian kalimat Sumpah Pemuda, yaitu “Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia”.
Dimanakah perasaan dan nilai-nilai kecintaan kita terhadap bangsa sendiri kalau semua itu sudah menjadi keseharian bahkan menjadi kebiasaan kita saat berbicara dengan lawan bicara kita. Betapa sedihnya bila para penggiat atau pendahulu sastra kita yang selalu mengagungkan bahasa nasional negara ini. Mendengar anak-anak atau pemuda berbicara dicampur-campur seperti gado-gado. Apakah rasa itu hanya tebangun pada saat upacara bendera dan upacara-upacara tertentu? Atau menunggu adanya perebutan kebudayaan dan keaslian dari negara ini? Sungguh teramat miris dan menyayat hati. Kenapa? Kenapa? Dan kenapa? Begitu teganya oknum yang melakuan hal yang dapat merusak bahkan melukai bangsa sendiri. Itu yang selalu terbesit di pikiran saya dan mungkin segelintir orang.
Dalam era globalisasi, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh penagruh budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan bahkan tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
Tulisan ini dibuat guna menunjang serial kartun Indonesia agar tidak kalah dengan negara lain yang sangat menjunjung tinggi nilai bahasa dan budayanya. Karena sejatinya serial kartun bisa dengan mudah mempengaruhi penguasaan bahasa nasional terhadap anak-anak jika dikemas dengan semenarik mungkin. Dan bahasa yang digunakan merupakan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI).
Penulis: Ravi Verdian Ry dan Tami Dita Ariani, Warga Lingkar Studi Tangerang Selatan/LiNTAS – Mahasiswi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H