Mohon tunggu...
Tami Black
Tami Black Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Love Will Never Lie

Selanjutnya

Tutup

Drama Artikel Utama

Tolong Salibkan Aku Sekali Lagi

31 Maret 2015   23:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Description: C:Documents and SettingsDeMy DocumentsReligijesus-on-trial.jpg

Entah mengapa jagad Yerusalem heboh…Saat batalyon dalmas Romawi dengan perlengkapan anti huru hara memagari seantero kota itu, bunyi antara teriakan pemberontak, demonstran dan tangisan perempuan-perempuan Yerusalem hingga samaria hampir pasti membentuk suara gaduh yang tidak bisa bedahkan untuk diterjemakan.

Ujung Yudea sampai ke Samaria gentar….Antara istana Herodes, istana Pilatus dan bukit Tengkorak telah terhubung dengan barisan jutaan penduduk kota yang mewakili diri mereka masing-masing, ingin menyaksikan sebuah drama hitam konspirasi antara imam-imam kepala, filsuf kitab taurat dan orang yang mengkalaim diri mereka suci. Hari itu aku mencatatnya sebagai jumat kelabu yang abadi.

Matahari dari arah timur membuang cahayanya tepat diatas istana Pilatus….panas seperti pukul setegah sembilan, tak satupun orang memakai arloji disitu, tetapi aku tahu, itu hampir jam 9 pagi. Konsentrasi penduduk kota tanpa diduga begitu cepat memenuhi halaman rumah mewah Pilatus, Sementara Pilatus yang baru saja menyelesaikan sarapan bersama keluargannya, masih terlihat memegang koran lokal yang memuat desas-desus tentang lelaki Nasareth yang sakti. Iyapun terbangun dari duduknya dan  masih terlihat bingung memegang ujung jubahnya, dan tangan yang lain memegang dagunya.  Sepertinya ada rasa iba yang dalam di dalam dirinya serta ketakutan yang dalam, bukan karena dia seorang wali negeri…tetapi seorang manusia biasa yang punya rasa simpatik. Pilatus tetap bingung sesaat.

Dalam beberapa saat rumah Pilatus hampir menyerupai kampaye partai politik besar yang mampu mendatangankan ribuan masa pendukungnya.

Dengan yel..yel..dan semangat yang berapi-api…sekejap mungkin sama persis kampanye partai politik, namun pada titik kenyataan, yang pasti kerumunan masa itu hanya ingin membunuh seseorang yang mereka anggap telah menghujat allah mereka….mungkin bagian ini aneh menurut saya...tetapi itulah yang terjadi di hari Jumat kelam itu.

Tampak seorang lelaki diseret dengan tangan terikat ketengah kerumunan masa itu, IA kelihatan kesakitan dan buruk.  Tanpa kata, tanpa jubah-Nya yang putih, tanpa senyum khas-Nya, kepala-Nya mengeluarkan darah merah segar yang hampir mengering antara rambut di kepala dan kulit di pelipis wajah-Nya, badan-Nya penuh luka segar mengangah seperti sayatan silet, tetapi lebih mekar dari pada mawar..seluruh tubuhnya yang ramping terbungkus darah kering karena sejak dini hari hingga subuh bahkan pagi hari, cemeti berlapis logam tajam menancap berulang kali di kulit badan-Nya. Langkah-Nya masih pasti, namun getaran kelemahan dan nafas yang tertahan antara luka batin yang dalam dan air mata-Nya yang tidak bisa IA keluarkan…IA tetap bertahan untuk melewati setiap adegan drama hitam itu dengan syafaat yang tulus untuk setiap mulut yang memaki dan menghujat, untuk setiap tangan dan kaki yang menderah diriNya dengan kasar dan kejam….tak lupa juga IA doakan gelisah dan tangisan perempuan yang menghamburkan tangis mereka karena diri-Nya, orang bugkam dengan hati yang hancur. DiriNya paham bagian ini tidak ditulis dengan harapan, hanya ingatan yang kuat untuk setiap tetes air mata yang tercurah

Terdiam tunduk dan mendoakan setiap orang, mengikuti setiap hentakan dan bentakan serdadu yang bertugas sebagi algojo yang lapar…karena hampir 3 bulan tidak menyiksa orang hukuman, itu yang menjadi bagian adegan yang IA perankan.

(Sumber foto: ThePassion of The Christ)

Yesus pemuda dari Nazareth demikian “pemberani”  itu dipanggil…

YESUS beridiri tepat dihadapan Pilatus tanpa bantahan, IA menahan luka yang mengangah disekujur tubuhnNya mendengar nasehat Pilatus yang mengajaknya untuk mengakui kesalahan-Nya. Berulang kali Pilatus memberikan jaminan secara hukum maupun politik sebagai wali negeri untuk menyelamatkan Yesus, namun dialog itu mengalami jalan buntu. Sesaaat Pilatus terhentak karena menyadari bahwa dirinya tengah mangadili anak Sang Penguasa Alam semesta, Pilatus tertunduk sesaat, mengingat kembali kesedihan istrinya yang mengasihi Yesus lebih dari pada hidupnya. Pilatus yang mahir berdebat akhirnya putus asa dan terlihat kehabisan akal dan pengetahuannya. Dan di saat yang bersamaam teriakan demonstran semakin histeris meneriakan kematian kepada Yesus…..dalam beberapa saat.. suasana hampir berantakan, jika saja Pilatus masih melanjut dialognya dengan Yesus.

Pilatus akhirnya sadar bahwa dirinya beserta segala kapasitasnya tidak sanggup memberikan sedikit waktu pada jalan hidup Yesus. Pilatus kemudian memperlihatkan air dan kain untuk memberi batasan antara hidupnya dan Hidup Yesus yang tidak sanggup ia bela. Pilatus juga sedih…tetapi alasan politiknya bahkan tangisan istrinya juga tidak mujarap, rakyat Yerusalem adalah taruhan yang terlalu besar untuk keselamtan dan kelangsungan masa jabatan Pilatus. Bahkan kekutan rakyat Yerusalem saat itu mampu memberikan grasi total atau pembebasan tanpa syarat kepada seorang preman yang bermana Barabas, yang sudah divonis mati oleh pengadilan tinggi negeri Yerusalem.

Imam-imam kepala, fulsuf kitab taurat dan orang2 yang mengklaim diri mereka suci terlihat puas bercampur bahagia saat keputusan itu ditandatangi dengan meterai kematian oleh wali negeri Yerusalem. Aku tersentak dalam sadarku dan bingung karena hal itu juga terjadi hingga saat ini, yang salah bisa menjadi benar, dan yang benar bisa menjadi salah. kalau saat itu Yesus yang tidak bersalah bisa diperlakukan buruk seperti itu, apalagi cuma aku yang tidak punya banyak pilihan.

Teriakan masa membela langit kota Yerusalem, derap langkah pasukan romawi membersihkan jalur menuju bukit tengkorak, teriakan orang-orang gila mengiring, meludah, memekik, memaki seperti kacang goreng, suasana kematian menari disetiap wajah pengecut yang berbaris. Aku seperti ingin menyatakan perang atau berjihad dengan mereka, tetapi aku sadar bahwa perang ini bukan milikku, karena Seseorang sedang berperang atau berjihad buat aku dan hidupku saat ini. Yesus telah menunjukan makna JIHAD yang sebenarnya, JIHAD bukan kita membunuh atas nama Tuhan atau membelah Tuhan dan agama kita, karena Tuhan tidak butuh pembelaan dari kita, bahkan Tuhan tidak disembahpun DIA tetap suci. Yesus telah menunjukan cara terbaik membelah kebenaran, menyelamatkan  jutaan nyawa dengan mengorbankan diriNya, mengikuti perintah Sang Khalik dengan tidak ada bantahan, dan yang terpenting adalah kebebasan untuk mengampuni setiap orang yang telah menyakitinNya adalah sandungan abadi manusia. Dalam hatiku begitu bangga karena Yesus tidak berjihad untuk membela diriNya atau meminta pengikutNya untuk berjihad bagi DIA. Dan aku tahu bahwa peristiwa itulah yang membawa pengertianku pada makna JIHAD sebenanya.

(Sumber foto: ThePassion of The Christ)

Adegan drama babak baru dipentaskan di sepanjang Viadolorosa, ada ejekan ada tangisan, ada tetesan darah dan peluh, ada kayu salib dan cambuk, ada pasukan dan tombak, semua membentuk pusaran pusaran kekejian yang tak terpri.

Seorang ibu siapa yang tega membendung duka dan tangis melihat anak yang dikasihinya disiksa di depan mata, darah yang menetes disepanjang jalan adalah darah anaknya, yang ingin dibunuh para pengecut itu adalah anaknya kandungnya…..Tuhanku di Surga aku sendiri tidak sanggup membayangkan sedihnya seorang Maria, perempuan yang aku kenal setelah dua ribu tahun berlalu yang hadir saat ini sebagai Bunda Suci yang telah mengadirkan keselamatan kedalam kelamnya dunia ini. Tangisannya tak habis, matanya bengkak, bahkan air matanya menjadi cerita duka ribuan perempuan Yerusalem yang berdiri disimpang dan sudut Viadolorosa.

“Anakku sayang….ibu ada disini nak, mari ibu peluk…., kamu haus….kamu sedih atau kesakitan? Berikan sebagian itu buat ibu…..mari ibu peluk anakku…! Maria menahan beban duka itu dibawah hentakan serdadu Romawi yang tidak memberi sedikit kesempatanpun kepada Ibu Yesus dan perempuan-perempuan itu

Bagian ini bukan soal gender atau kasih sayang ibu terhadap anak, atau perempuan dengan tangan yang ingin memeluk anaknya….ini pertentangan yang membuat dunia ini menangis.

Viadolorosa demikian perjalan panjang kesengsaraan Yesus disebut. Tapak kaki yang telah kakuh itu tak sanggup menahan berat badanNya sendiri, apalagi menahan berat palang salib…terjatuh, haus, terluka hebat, air matanya habis, kata-kataNya tidak bisa mengucapkan kata tolong!!…dalam beberapa saat seseorang dari suatu sudut Viadolorosa berbadan tegap menghampiri-Nya dan mengambil alih beban-Nya…”Saya Simon, kampung saya adalah Kirene”. Aku melihat Simon orang kirene itu begitu tegang, dia membungkuk disamping Yesus dalam bahasa yang terbatas memberi semangat dan isyarat kepada Yesus…”Bertahanlah..kita hampir mengakhiri perjalanan ini….aku akan membantu-Mu” Yesus hanya menatap mata Simon, ucapan terima kasihNya tertahan di dalam rongga tenggorokan karena haus yang begitu menyiksa. Kita hampir sampai….!!!

Demikian perjalan itu berkhir di bukit bernama Golgota atau tempat tengkorak. Ribuan nyawa melayang tanpa perikemunusian, atas nama hukum dan kekuasaan dan tempat itu telah menjadi tempat pembantaian selama ratusan tahun bahkan abad,  bagi pelangar hukum di seluruh Yudea hingga Samaria, bahkan sejarah mencatat bahwa bagian dan tempat itu telah menjadi titik klimak drama gelap kematian Yesus.

Dalam sekejap, petugas palu menancapkan paku persegi ke dalam telapak kaki dan tangan Yesus…………teriakanNya kali ini tak bisa ditahan, suaraNya melengking menembus siang terik yang hampir menembus jam 12 siang itu….siapapun tak mampu melihat adegan itu, lalu bagaimana perasaan petugas palu itu?, apakah dia dibayar untuk pekerjaan itu? Atau karena perintah wali negeri yang ia kerjakan?

Dalam hitungan ketiga Salib itu berdiri tegak diatara dua perampok yang dihukum mati bersama Yesus. Aku bingung tentang semua ini apa benar adil itu mahal, atau kebenaran itu milik penguasa? Aku tahu memang benar, keadilan dan kebenaran itu bisa dibeli atau dijual dengan bebas, apalagi dijaman internet seperti saat ini. Dua ribu tahun yang silam itu tercatat dalam sejarah….bahkan kebenaran bisa dipolitisir hingga Yesus harus mati. Jangan kaget jika kita yang hidup saat ini terseret ke dalam kondisi yang sama karena Yesus.

Satu setengah jam pekejaan semua berakhir…siapapun tidak bisa merubah kejadian itu..apalagi menggantikannya dengan cerita yang lain. Sejarah itu menjadi fakta keras penyiksaan abadi. aku melihat Ibu-ibu itu masih menagis dibawah Salib Yesus… Aku juga tahu murid-murid Yesus tidak pernah meminta diriNya untuk berkorban bagi mereka, namun Yesus tahu apa yang harus IA lalui untuk mengakiri pertikaian ini. Yesus memberi konsep pelayanan sempurna yang tidak terbantahkan.

Jam 3 tepat semua berakhir, YESUS MATI! Langit Yerusalem gelap gulita, gentar melanda kota jajahan itu, penduduk mengalami takut yang dalam….bahkan kematian menjemput mereka di setiap rumah karena gempa yang dahsyat. Peristiwa kematian itu menjawab tekateki besar sejak Yesus mengerjakan proyek pelayananNya. “Sungguh….DIA ini orang benar” perwira menegah yang memimpin pasukan antihuruhara itu tersentak saat ia menyaksikan alam raya ikut berduka untuk menjawab betapa Yesus begitu tulus merencanakan masa depan dia dan keluarganya, masa depan dunia ini, masa depan Romawi, masa depan Yerusalem, juga masa depan aku dan saudara sekalian.

Dalam perjalanan pulang dari Golgota, Yerusalem menjadi seperti kota mati. Aku bertanya, apakah Tuhan marah? Mungkinkah Tuhan akan mengampuni kejadian ini?  Antara senyum dan kemtian Yesus yang disaksikan penduduk Yerusalem…Yesus berharap kejadian menjadi agenda penting umat manusia dalam mengampuni sesama.

Kematian Yesus menjawab semua yang tak terjawab dalam hidup aku dan saudara, kematian Yesus mengakhiri egoisme para pencari Tuhan, Kematian Yesus memberi tiket VIP buat setiap orang yang percaya untuk datang ke Pesta kudusNya.

Kita tidak pernah menghitung berapa Jumat Agung yang terlewati dalam hidup kita, berapa kali kita jatuh kedalam berbagai masalah yang membuat kita berdosa dan menghianati pengorbanan-Nya, hanya karena kita lupa bahwa kita telah ditebus lunas dengan darah yang mahal dan keselamatan itu tidak pernah diangsur oleh-Nya, kita lupa bahwa Yesus yang pernah disalib untuk aku dan saudara, DIA tidak berubah, bahkan tidak pernah tidur karena menjaga aku dan saudara, DIA mampu menjawab apapun masalah kita. Namun jika  aku dan saudara masih meragukan pengorbanan itu, mungkin seisi dunia hingga tempat aku dan saudara berpijak akan berduka lagi. Karena jika keraguan tentang kasih sayang Yesus masih diragukan bahkan pilihan dosa masih terus ada dalam hari- hari hidup kita, maka mungkin saja sejarah ini akan berulang YESUS akan kembali lagi ke Yerusalem dan berjalan kehadapan tentara Romawi, penduduk Yerusalem, kehadapan imam-imam kepala, fulsuf kitab taurat, Herodes dan juga Pilatus, bahkan YESUS berjalan ke hadapan saudara dan saya, dengan menggenggam 3 buah paku dan 1 palu yang baru ditangannya dan dengan tegar YESUS akan memohonkepada saudara dan saya dan semua yang ada disana...”Tolong salibkan Aku sekali lagi”

TUHAN MEMBERKATI DAN SELAMAT MERAYAKAN PASKAH TUHAN

Diangkat dari kumpulan, prosa, cerpen, puisi dan drama “cinta itu milik kita” Karya Generasi Tanpa Batas 2009. Ditulis oleh Decky Wamea

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun