anak berkebutuhan khusus adalah anak yang kurang mampu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Tetapi pada dasarnya mereka adalah anak yang istimewa, bahkan jika dalam urusan sosial mereka lebih peka daripada manusia normal. Dalam hal ini, anak berkebutuhan khusus juga layak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai jenjangnya. Dari jenjang SD, SMP, ataupun SMA.
Pada saat ini, kita berfikir bahwaLayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus harus dirancang berdasarkan jenis ketunaan dan kemampuan masing-masing anak. Pembelajaran untuk mereka tak hanya mencakup materi akademik, tetapi juga nilai-nilai karakter, sehingga mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, pendidikan keterampilan seperti memasak atau menanam tanaman sangat penting. Tujuannya, agar mereka mampu hidup mandiri dan menjadi bagian dari masyarakat.
Kategori anak berkebutuhan khusus sangat beragam, mulai dari tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, tuna laras, tuna wicara, disleksia, hambatan belajar, autis, down syndrome, ADHD, hingga anak-anak berbakat. Karena setiap anak memiliki kemampuan dan keistimewaan yang unik, maka pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis ketunaan yang mereka alami. Misalnya, anak dengan autis akan lebih responsif jika pembelajaran disampaikan melalui gambar, grafik, atau video. Jika anak tersebut memiliki bakat melukis, maka dukungan kita untuk mengembangkan bakatnya ini bisa menjadi motivasi yang besar. Sebaliknya, untuk anak tuna wicara, pembelajaran dapat dilakukan dengan berbicara perlahan dan jelas, serta menggunakan papan komunikasi untuk membantu mereka memahami dan merespons.
Bagaimana dengan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung? Tentu saja, keterampilan ini tetap diajarkan, tetapi metode pengajarannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Prosesnya bisa berbeda-beda sesuai kapasitas mereka agar pembelajaran tetap efektif dan tidak membebani. Menurut Ibu Sintia, seorang Guru Pendamping Khusus (GPK) di SMP Diponegoro Batu, ada materi tambahan penting bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu vokasi dan bina diri. Materi vokasi bertujuan untuk memberikan keterampilan khusus yang bermanfaat, seperti wirausaha. Di sini, anak-anak belajar mulai dari cara mengolah produk, mengemas, hingga memasarkan produk. Harapannya, keterampilan ini dapat diterapkan setelah mereka lulus sekolah. Selain itu, ada juga materi bina diri yang berfokus pada kemandirian, seperti cara mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, menyikat gigi, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan kemampuan ini, mereka diharapkan bisa hidup mandiri dan berinteraksi dengan masyarakat secara lebih baik. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan ramah, melibatkan orang tua dalam pendidikan anak, mengadakan pelatihan untuk guru dan staf sekolah, melakukan asesmen secara berkala dan kolaborasi dengan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H