Mohon tunggu...
Bakri Tambipessy
Bakri Tambipessy Mohon Tunggu... Penulis - Junior

Mari Budayakan Membaca Sampai Habis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Izinkan Aku Mengungkapkanya

8 November 2017   11:18 Diperbarui: 10 November 2017   04:13 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah ada seorang cewek rantau dari kampung halamanya ke kota untuk melanjutkan studinya setelah lulus SMA. Sebut saja namanya Simala Kama, tapi akrabnya di sapa Rini (sapaan halus dari keluarga, kerabat dan teman-teman dekatnya) tapi aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Mala, karena menurutku sebutan itu lebih enak ku ucapkan dan terdengar unik namanya apalagi nama seperti itu masih sangat langkah bagi perempuan. Pertama kali aku mengenalnya waktu itu ketika aku dan beberapa teman dari kampus ku melakukan sosialisasi Masuk Perguruan Tinggi dan juga ada beberapa beasiswa yang kami bagikan ke mereka agar bisa di akses oleh calon mahasiswa baru dengan semangat yang kami kibarkan sebagai sebuah motivasi besar bagi mereka waktu itu adalah "Gerakan kita Bisa"

Singkat cerita kami pun sampai di sebuah Desa kecil yang penuh dengan ketenangan karena di desa itu rata-rata semua penduduknya adalah Muslim dan Muslimah yang juga Sholeh dan Sholehah masyarakatnya. Nama desa itu adalah Kamal, kecamatan Kairatu Barat Kabupaten Seram Bagian Barat. Berbeda dari beberapa kampung atau desa yang saya kunjungi sebelumnya, desa ini dalam setiap waktu sholat 5 waktu sehari-semalam tak pernah kosong masjid-mesjidnya. Sadisnya lagi desa yang sekecil itu memiliki lebih dari 3 buah masjid dan musholah yang letaknya tidak terlalu berjauhan satu sama lain tapi tetap ada yang sholat di masjid-mesjid tersebut.

Desa yang letaknya cukup jauh dari pusat kota Ambon dengan perjalanan sekitar 5 Jam perjalanan dan untuk bisa sampai di situ kami juga harus merobek isi dompet kami masing-masing sebesar 150 ribu untuk biaya transportasi pulang pergi melewati laut dan darat.

Sesampainya di sana kami pun langsung beristirahat di rumah teman ku yang juga ikut dalam agenda tersebut. Keesokan harinya setelah sarapan dan lain-lain tak menunggu lama kami pun langsung mengunjungi sebuah sekolah menegah atas dengan fasilitas yang cukup baik layaknya sekolah-sekolah lainya di kota.

Setelah masuk dan bernegosiasi dengan Kepala sekolah dan juga wakasek kemahasiswaan dari sekolah tersebut kami pun langsung di izinkan untuk menyampaikan sosialisai kepada mereka yang sudah kelas 3 SMA atau kelas persiapan ke jenjang pendidikan tinggi. Ketika itu aku menjadi narasumber pertama dengan topik yang aku sampaikan waktu itu adalah sebuah training atau motivasi tentang bagaimana caranya kita bisa kuliah dengan semangata 45 dan juga bebas biaya. Semua mata dengan tatapan serius dari para peserta membuatku lebih semangat untuk berbagi pengalaman ku dan juga ilmu yang telah aku dapatkan sebelumnya.

Menjadi Narasumber
Menjadi Narasumber
Ada sesuatu yang berbeda kala itu, mataku melirik kiri dan kanan ke depan dan belakang dan akhirnya aku bisa melihat sosok cewek berkacamata, berjilbab, manis dan dengan sifat malunya itu sontak membuatku kagum dan penuh ambisius untuk bisa akrab denganya. Tak lama kemudian materiku selesai dan beberapa jam kemudian narasumber yang lainya pun juga selesai. Setelah itu kami balik ke rumah dengan sebuah cerita unik di perjalanan, karena sulitnya menemukan angkot akhirnya kami pun terpaksa numpang didalam kendaraan Mobil PIC Up terbuka dengan barang bawaan berupa alat-alat dapur yang takaruan kesana kemari berantakan.

Sesampainya di rumah kami pun beristirahat. Hari mulai gelap dan salah satu temanku di minta untuk memberikan les Mata Pelajaran Kimia kepada adik-adiknya yang dari sekolah tersebut,  karena dalam waktu dekat mereka akan melaksanakan ujian Nasional. Diapun langsung mengiyakan tawaran mereka dan langsung mengajaku untuk ikut bersamanya melihat adik-adiknya juga. Tanpa piker panjang aku langsung menyetujui tawarantya itu dengan harapan besar di dalam hatiku semoga cewek kacamata dan berjilbab itu juga ikut les.

Selesai makan malam kami berdua langsung ke tempat les dan dia langsung memulai pelajaran. Alhamdulillah doa ku terkabul, si cewek berkacamata dan berjilbab itu juga datang bersama beberapa temanya untuk mengikuti les itu dan sebagaian juga yang ingin berkenalan dengan ku. Singkat cerita setelah lesnya selesai kamipun bercanda gurau bersama, mereka memintaku untuk menceritakan bagaimana caranya agar bisa bertahan di negerinya orang dan berjuang untuk bisa menjadi orang sukses. Akhirnya akupun mulai bercerita dan berbagi sedikit kepada mereka sekalian berpamitan langsung dari mereka karena keesokan harinya aku harus balik ke kampung halaman ku dan melanjutkan sosialisasi yang sama.

Sangat berat rasanya ketika orang yang kita kagumi itu tidak merespon apa-apa dan tanpa sepatah kata pun dia ucapkan. Dengan berat hati akhirnya aku berfikir mungkin dia belum akrab dengan ku atau bisa saja dia malu menyampaikanya karena mungkin dipikiranya aku akan memarahinya karena merasa so dekat dan sebagainya. Karena itu akupun berusaha untu mencari nomor kontaknya ataupun nama FB nya. Ternyata keinginanku itu terjawab sendiri ketika waktu itu aku melihat ada pemberitahuan dari facebook bahwa orang yang aku kagumi itu meminta pertemanan. Dengan rasa senang dan bahagia yang tiada tara, aku langsung mengkonfirmasi pertemananya dan kami pun akrab satu sama lain setelah saling berkomunikasih lewat media yang bernama facebook tersebut. Setelah sekian lama aku pedekate denganya akhirnya nomor kontaknya aku dapat, akun instagramnya aku follow, nomor whatsApp nya juga aku dapat.

Ketika dia mulai masuk dunia kampus aku lebih bersemangat karena kampus yang dia tuju adalah kampus ku dan lagi-lagi doaku terkabul. Sayangnya kami berbeda Fakultas,  aku di S1 Ilmu Hukum sementara dia S1 Administrasi Publik, waktu pun berputar berdasarkan prosesyanya hari berganti minggu berganti dan bulan pun berlalu, rasanya aku tak bisa menahan rasa ini padanya. Suatu hari aku pernah mengunjuginya di depan kos-kosanya untuk suatu urusan namun karena kos-kosan itu punya peraturan yang ketat dia pun hanya mengijinkan ku untuk bisa bercerita dengannya di depan halaman kosnya saja.

Waktu yang sangat tepat bagiku rasanya bibirku sangat grogi untuk menyegerakan apa yang ingin ku ungkapkan padanya. Perasaan itu muncul lagi ketika senyumnya yang manis dan sedikit malu di hadapanku membuatku tersipu padanya. Lagi-lagi pikiran trauma itu datang lagi ketika saat itu aku hampir mengungkapkanya tetapi hanya sekedar menggombalinya saja, dan ternyata gombalan itu gugur tiada makna karena dia adalah tipe orang yang keras hatinya soal cinta. Dia hanya bisa menerima tawaran seorang lelaki jika dia berhasil membuat hatinya terpana. Tapi aku belum sampai di tahap itu, yang aku lakukan sekarang adalah terus berusaha agar aku bisa menaklukan hatinya dengan caraku sendiri tanpa aku harus mengungkapkan rasa itu kepadanya, tapi dialah yang akan mengungkapkan rasa itu padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun