Mohon tunggu...
tambara boyak
tambara boyak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas

Belum lulus dalam ujian hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Resiliensi, Kunci Mentalitas Monster

26 Juli 2022   17:36 Diperbarui: 26 Juli 2022   17:40 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan, Ao Ashi menjadi perbincangan di banyak forum semenjak versi anime tayang. Anime yang bergenre sport ini menampilkan perjuangan seorang anak yang berasal dari daerah untuk menempuh karir sepakbolanya di salah satu klub raksasa Tokyo. Selain menampilkan kemampuan individu tentang ruang dan gerak yang sangat visioner, drama yang tersaji juga bukan drama sembarangan. Anime tersebut menceritakan kisah Ashito Aoi, siswa sekolah menengah pertama tahun ketiga yang tinggal di Ehime. Meskipun dia kasar, dia memiliki bakat dalam permainan sepak bola yang kuat, tetapi kepribadiannya yang terus terang menyebabkan dia mengalami kemunduran besar. 

Ashito awalnya adalah anak naif yang kurang ajar dari kota Ehime yang memiliki impian menjadi penyerang terhebat di dunia. Namun, itu semua hancur dengan cepat ketika posisinya tidak hanya berubah, Ashito sadar betapa kurang ilmunya dalam teknik dan pengetahuan sepak bola dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain. 

Ashito sendiri berasal dari keluarga biasa-biasa saja, ibunya bekerja di Bar. Lalu kakaknya membantu ibunya. Untuk berangkat ke Tokyo sendiri kakaknya rela menguras tabungannya untuk dipakai selama di Tokyo. Selama di Tokyo pun perjalanan tidak pernah mulus, meskipun ia pemain yang memang sudah dipilih sejak awal oleh pelatih. Sering tersingkir dan terbuang, namun ia punya sesuatu yang lebih dari sekadar kemampuan bakatnya tentang penglihatan. Ya, resiliensi.

Resiliensi sendiri adalah daya tahan mental seseorang untuk bangkit dari kegagalan. Resiliensi erat kaitannya dengan daya juang, dengan daya juang yang tinggi tersebut orang akan bisa menghadapi segala aral. Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang penuh tekanan. Seperti bola basket, waktu jatuh ke bawah, resiliensi membantu bola tersebut bisa memantul naik dengan cepat. Bayangkan diri kita seperti bola basket tersebut, resiliensi lah yang membantu kita bisa bangun lagi setelah jatuh.

Contoh hebat lain berasal dari pemain anyar Liverpool FC, Darwin Nunez. Ia ditransfer dengan nilai  100juta. Nunez menjadi pemain termahal Liverpool FC, tapi dua laganya tidak begitu baik. Mungkin ada berbagai faktor, salah satunya ia yang baru saja bergabung beberapa hari. Satu dunia seakan-akan menjatuhkan vonis kepada dirinya, bahwa Nunez adalah pembelian yang gagal. Namun ia bangkit, 4 gol disarangkan ke RB Leipzig, tim papan atas liga Jerman dalam uji coba terakhir. Dan lalu, respon Nunez atas kebahagiaan tersebut ialah resiliensi. Yap, sejak kecil Darwin Nunez bermental petarung. Tangguh. Bapak tukang, ibu pemungut botol bekas dan menjualnya, kakak berhenti main bola demi bekerja menafkahi keluarga, dan dia cedera parah saat karir juniornya mulai mengkilap. Tapi bisa bangkit. Apalagi hanya tekanan pra-musim. 

Darwin terinspirasi main bola karena sang kakak, Junior. Kakaknya juga pernah direkrut klub elite Uruguay Penarol di level junior. Tapi kemudian memilih berhenti main bola dan bekerja demi mendukung keuangan keluarga. Itu dilakukan supaya sang adik bisa fokus berlatih sepak bola. 

Karena dari keluarga miskin, pendapatan harian tak menentu, membuat makanan tidak selalu tersedia di rumah. Dlm situasi itu, bapak, ibu, dan kakak, kerap mendahulukan Darwin untuk makan. Sebab, dia butuh nutrisi yg bagus untuk jadi pemain bola. Pengorbanan yg tak sia-sia. 

Karir juniornya pun gak mulus seperti kisah Ashito diatas. Sudah bergabung dengan Penarol, dia kesulitan beradaptasi dan nyaris menyerah. Klub pun meminjamkannya ke klub lokal dekat rumah. Dia homesick ternyata. Maklum anak bungsu dan masih 14 tahun. Tapi, setahun kemudian, kembali ke Penarol dg berapi-api.

Bersinar di Penarol akhirnya bikin klub Spanyol Almeria merekrutnya. Lalu pindah dan mengkilap bersama Benfica. Kini di Liverpool. Ada pengorbanan dan perjuangan menuju apa yg dia capai kini. Dg pondasi seperti itu, membuat mentalnya teruji. 

Dan sikap seperti itulah yang diperlukan seseorang hingga jika bisa dilakukan secara kontinyu akan menciptakan mentalitas monster. Sebuah mentalitas dominan yang membuat seseorang menjadi terus kuat dan berkembang.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun