Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kebersamaan yang Purna

12 November 2024   06:31 Diperbarui: 12 November 2024   06:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEBERSAMAAN YANG PURNA

Karya: Zahirah Zahra

Genre: Puisi Prosais 

Di penghujung waktu yang membisu, langit malam menampakkan rona kelabu berselimut cakrawala sedu. Rintik gerimis menghantar laju kepulangan, langkah-langkah kecil yang beriringan. Selepas menapaki alur perjalanan dalam mengemban amanah cinta dan cita. 

Api semangat yang pernah begitu bara di sebidang dada ketulusan. Sanggup menjelajahi kembara asa di kedalaman  belantara. Kadang langkah terseok, menepi dalam ruang kerterasingan kata. Kadang hingar-bingar canda tawa mengobati setiap amuk lara dan jemu. 

Kini, kita telah sampai pada puncak purna pertunjukkan pesta pora kata. Dalam ruang literasi bertajuk prosa berhias manisnya diksi. Tiada kata seindah untaian sapa dan mutiara ilmu bermakna. Memantik daya intuisi di taman-taman hampa tanpa siraman pengetahuan. 

Perpisahan ini, seumpama malam yang meninggalkan kesunyian. Menerjang lelap dan gelap pada sekotak jendela senyap . Demi mentari yang bersinar terang menghadirkan senyum paling gemilang. Pantang untuk mundur ke belakang, mengulang cerita yang telah usang dihempas kegagalan nan jalang. 

Kita pernah saling berkisah tentang hari di mana kebersamaan, kelak hanyalah tinggal jejak-jejak rasa yang membeku. Adakah muara temu menisbatkan rindu kala candu hanyalah percikan rasa yang rancu? Sementara kenangan kian mengabu tersapu putaran waktu. 

Euporia di panggung diskusi melukis kesahajaan rupa dan etikamu, wahai guru-guru terhebat penuntun arah pijak kami melangkah. Demi sebuah makna perjuangan dan kesuksesan rela menyingkirkan segala ego dan ragu. Betapa mulia titah yang kau emban, tak peduli segala beban yang menghinggapi pikiran. 

Tiga tahun bukanlah hitungan waktu yang terlampau singkat. Nyatanya, detik begitu cepat berlalu mengiringi laju purnama pada kalender masa yang telah purna. Angka-angka itu telah genap melengkapi kebersamaan kita di ruang kelas tercinta.

Ada doa-doa paling pusaka, menasbihkan pinta yang terpuja. Sukses bersama merenda masa depan bahagia. Menjadi insan yang berkelas dan berwawasan cerdas. Kita sang pemenang, bukan pecundang yang pulang dicurangi oleh kebodohan! Mari kita rekatkan tali persaudaraan meski langkah tak lagi beriringan. Namun tetaplah saling menyapa dan mendoakan dari kejauhan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun