Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Februari Bertandang

2 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 2 Februari 2024   11:29 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By. Tamariah Zahirah 

Februari kembali datang membawa sebingkai harapan yang bertandang. Ia datang tanpa diundang. Pun bukan pecundang yang datang dan pergi tanpa berjuang, sebab hadirnya keniscayaan berulang di setiap perhelatan musim rindang. Melintasi ruang waktu yang penuh aral dan rintang. 

Februari menjelma rupa, menembus batas kekakuan masa dalam bingkai kelaziman takdir, ikhlas melepas gugur menyambut warna baru pagelaran keindahan musim semi. Kali ini aku ingin bercerita tentang rindu yang menggenapkan rasa ketika Januari mengakhirinya dengan air mata, kupuisikan asma dalam keindahan metafora nan gelora. 

Entah apa lagi yang ia janjikan, setelah sekian purnama hilang ditelan kegersangan hanya kerontang menghiasi bumi. Aku menghitung setiap deret angka yang usang, bersiap menata rasa meratapi hari-hari yang berlalu tanpa permisi ketika semesta berada di titik paling pasrah menghadapi uji yang resah, sedang diri tertinggal pada keterasingan ruang sunyi. 

Kini hanya gigil yang tersisa dalam seraut wajah legam Februari, selepas dihujani sedu yang berselimut angan di tepi peraduan gulita tanpa harapan. Dalam redup cahaya purnama yang menampakkan putih pasi menanti asa merangkul optimis menyambut pertemuan di awal kalender yang manis. Bunga-bunga masih hingar menguarkan harum kerinduan yang rekah.

Februari merias ingin, menawarkan semai dedaunan hijau dan rindang pepohonan beringin, mencurahkan rintik hujan di setiap jengkal malam yang fasih memuisikan sajak-sajak mimpi. Namun perlahan ia mulai lelah menyuarakan gemerisik daun-daun yang disapa angin. Ranting bercerai berai, lalu patah diremuk redam ketamakan ego. Biarlah Februari menikmati segala titah, sebelum berganti Maret yang entah. 

Bekasi, 01 Februari 2024 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun