Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aksara yang Bebal

4 September 2023   22:33 Diperbarui: 4 September 2023   22:36 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aksara yang Bebal 

Karya: Zahirah Zahra/Tamariah 

Sepenggal narasi sepi terbuang di ruang usang dan gersang, hadirkan ragu pada hentakan pijak langkah yang lugu. Mampukah menamatkan separuh mimpi yang tinggal lembaran kebisuan berhiaskan diksi-diksi mati. Lengang, terpenjara lelap di tepi waktu yang hampir lenyap ditelan purnama. Pun sebelum mentari merajai pamitnya di persimpangan senja yang gulita.  

Ujung mata pena ini teramat tumpul, berkarat di pertautan simpul yang mulai menyisakan tinta-tinta keburaman warna yang kumal. Ketajaman aksara perlahan mengaburkan jejak lantak semarak karsa. Tangan ini tidaklah selincah jemari penyair ternama yang dengan lihai dan gemulai menggerakkan intuisi ke mana alur menelisik nalar lalu tercipta rangkaian istimewa dalam tatanan sastra.

Aku hanya pemantik kata yang menjelma dari perdebatan atma, atau proses alami sekitar yang mengundang kepekaan hati. Pun kadang rekayasa diksi merajai kata, terbiar mengendap dalam bingkai pergolakan rasa. Kenyataan, khayalan, dan bualan kadang menghimpun jadi satu presepsi yang rancu. Pun dalam sudut pandang yang sama, menerka hanya sebatas tatap mata dan kata. 

Ingin kuletakkan pena di ujung pergantian masa. Aku tak kuasa menguraikan segenap tanya yang singgah sebab terlalu payah daya imaji mencerna. Entah apa lagi yang harus kutulis, segala kata telah habis dilalap kerapuhan. Akalku telah bengis menepis logika, tentang seberapa kuat keinginan menerbangkan cita, namun aku takut hanya membawa jauh ke belantara ketersesatan fana. 

Terlalu gemuruh bujuk rayu memenuhi ruang kepala, walau sakadar menyapa ke mana lagi pijak berkelana? Katanya, mari memulai kisah melupakan resah yang menjamah, sebab pena adalah senjata ampuh mendulang karya, gapai kepuasan batin tak ternilai. Bukan soal sukses dan gagal, namun ada hal yang paling kekal. Jejak kebaikan yang tertinggal sekalipun dalam aksara yang bebal. 

Bekasi, 28 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun