Karya: Zahirah Zahra
Kamu tahu? apa yang lebih indah dari sekadar mata ketika pagi ia mampu membuka kelopaknya, melihat deretan mekar bunga yang menampakkan bungur hijau sahaja di antara padang basah selepas gerimis menyegarkan ilalang yang rebah. Datang kupu-kupu cantik hinggap beriringan, lalu gagah mensesapi manisnya.Â
Kamu tahu? Apa yang lebih merdu terdengar oleh telinga, ketika terlena dalam buaian syahdu, menyimak suara alunan melodi gitar yang memetik dawai-dawai romansa bertabur lirik mahapuji, lirih mengalun mesra hingga menyentuh jiwa serupa nyanyian rindu yang begitu menggetarkan kalbu.Â
Kamu tahu? Apa yang lebih dekat dari sekadar jarak nadi dan detaknya, saling bergemuruh melengkapi di setiap napas kehidupan. Saling mengisi dan menguatkan ketika dijajah uji dan kelemahan. Berpadu erat dalam satu hentakan dada kala memeluk raga, tenggelamkan diri dalam samudera kepasrahan.Â
Kamu tahu? Apa yang lebih dalam menguasai debar perasaan, dari sekadar mencintai tanpa berharap lebih nyatanya mendapat balasan melebihi besarnya cinta yang kau beri. Tentunya menjadi satu-satunya insan yang paling bahagia di dunia. Sesimpel itukah rasa, datang memberi kebahagiaan, walau kadang pergi menyiksa perasaan.Â
Kamu tahu ? Apa yang lebih harum dari sekadar aroma tubuh bidadari bermata jeli ketika tersenyum lebar terlihat barisan gigi putihnya yang rapi, bagaikan kilau mutiara dalam cangkang kerang. Perlahan melambaikan tangan ketika bertandang dalam sepi. Pelangi menyambut hadirnya di ujung cakrawala senja yang memancarkan kemilau pada garis lintang terang. Lalu menaburkan bunga-bunga kesturi ke bumi.Â
Segala hal yang melibatkan penglihatan, pendengaran, sentuhan, perasaan, dan penciuman adalah sebuah anugerah dan kenikmatan yang patut disyukuri, terlepas bagaimanapun cara mengekspresikan dan mengapresiasi. Semua terlihat indah dalam sudut pandang fana, hingga mampu membawa kita pada satu pemikiran yang terkandang dangkal. Semua mengalir bukan dengan apa adanya? Atau hadir begitu saja tanpa sebab.
Bukan sekadar mencicipi, merasakan, menikmati bahkan memiliki. Lalu hilang tak berbekas tanpa memberi kesan yang menuntut haq ruhiyah untuk menyelami kedalaman maknawi. Bagaimana kita mampu mentadabburi setiap yang terjadi. Hanya dengan "kun payakun-Nya" tercipta. Di situlah kita akan mampu menangkap dan menakar makna tertinggi ketika mampu melihat kebesaran-Nya dari satu sisi yang berbeda. Maka sebenar-benarnya keindahan dari sekadar hiasan fana adalah cara mensyukuri dan mentadabburi. Â
MasyaAllah Tabarakallahu ... terima kasih ya Rabb, hingga detik ini aku masih bisa menikmati anugerah terindah tiadatara, namun angkuhnya diri masih tak tahu diri bagaimana cara mensyukuriÂ
#self_reminder. Tulisan ini hanya sebagai renungan untuk penulisnya.Â