Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hikmah di Balik Ujian

22 Desember 2022   06:29 Diperbarui: 22 Desember 2022   06:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tema : Banjir 

HIKMAH DI BALIK UJIAN

Karya : Zahirah Zahra

Genre : Prosais

Hujan deras menghunjami separuh belahan bumi yang gersang. Digerogoti gigil pada tulang-tulang rapuh yang mengering, selimuti sementara tubuh dari kecamuk rasa yang menumpahi beban di raut kegelisahan. Hari kian mencekam bertabur gulita yang menghitam. Semesta berduka menyuarakan senandung luka. Mencaci segala yang entah hingga melupa tentang hikmah.

Hijau perdu terhampar menyuburkan lahan-lahan yang basah. Semerbak aroma tanah kerinduan memanggil pulang, sekedar meminta ketenangan. Namun, kaki-kaki semakin lemah, tersandung kebekuan di jalan-jalan kebuntuan. Banjir kian melalap rumah-rumah teduh tempat berlindung jiwa. Namun kini hanya seonggok sepi ditinggalkan empunya yang tak lagi ramah. 

Coba renungkan segala yang terjadi. Mungkin semesta hendak bercerita, ketika jiwa-jiwa kelu tanpa empati. Seenaknya melenggang bebas, meraup emas yang kini hanya tinggal ampas. Berjalan di atas punggung tanpa beban, tanpa tahu setiap jejak kelak akan terhitung. Terlalu pongah diri, menganggap digdaya hingga lupa bagaimana awal tercipta. Dari tanah lalu kembali ke tanah. Kini tanah-tanah itu pun hanyut digerus bencana.

Bumi semakin renta, ia berkata "aku lelah" tanpa punya kuasa, ketika ego dan laku tak lagi beretika. Langit pun menangis, menumpahkan air bah yang menyisakan nestapa tiada lagi tempat nyaman, porak porandakan ketenangan jiwa. Keluarga kehilangan permata hati, meratapi setiap detik yang berganti. Harta raib, hanya tersisa sehelai kain di badan. Lalu kita siapa? Pulang pun hanya membawa kain kafan. 

Bekasi, 22 Desember 2022

#self_reminder

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun