Mohon tunggu...
Tamara AvreliaDamayanti
Tamara AvreliaDamayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengurangi Kenakalan Remaja Dengan Pendekatan Bimingan dan Konseling Perkembangan

15 Juni 2022   11:03 Diperbarui: 15 Juni 2022   11:12 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendekatan perkembangan adalah suatu usaha untuk menemukan keahlian khusus dan pengalaman yang siswa butuhkan sebagai pendukung kesuksesan sekolah. Pada pendekatan perkembangan, siswa memiliki kesempatan lebih mengerti kenali dirimnya dan orang lain dari semua jenis peningkatan momen masalah kehidupan mereka. Mereka belajar keterampilan interpersonal sebelumnya mereka memiliki kirisis komunikasi interpersonal. saat penggunaan pendekatan perkembangan, ini mengkombinasikan pendekatan pencegahan, perbaikan dan krisis. Pendekatan perkembangan meliputi pengajaran, pelatihan, tutorial, instruksional, informatif dan konseling sebagai bagian dari proses bantuan. Pendekatan ini adalah yang menyenangkan dan fleksibel yang layak dilakukan kebutuhan dan minat peserta mendidik.

Rencana pengembangan butuh bantuan semua orang staf sekolah untuk mencapai tujuan, terorganisir melalui kurikulum  bimbingan, para konselor dan guru, scara khusus, harus bekerja sama satu sama lain memberikan bimbingan yang baik dan layanan konseling yang tepat untuk siswa. Diperlukan, oleh karena itu, untuk tentukan peran setiap individu tersebut di sekolah yang direncanakan bimbingan dan konseling akan pemahaman secara menyeluruh bagaimana mereka menyelesaikannya satu sama lain. Ada juga kebutuhan khusus yang menetapkan fungsi tugas dan intervensi penting untuk konselor sekolah ialah sebagai pengawas program.

Kenakalan remaja dalam istilah psikologi disebut "Juvenile Deliquency". Juvenile berarti anak sedangkan "delimgquency: berarti kejahatan. Maksudnya "Juvenile Deliquency" adalah penjahat anak atau anak jahat. Menurut Bimo Walgito, Juvenile Deliquency mencakup setiap perbuatan jika perbuatan terbut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu disebut kejahatan, suatu hal yang melawan hukum. Juvenile Deliquency sebagai kenakalan remaja telah mengalami pergesaran etimologi akan tetapi hanya menyangkut aktivitasnya saja. Yakni istilah kejahatan Eri juenile menjadi kenakalan. Meskipun kenakalan remaja senantiasa diasosiasikan dengan perbuatan atau tindak kejahatan. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa yang dipegang tata nilai yang dianut masyarakat, dan penilaian masyarakat atas kenakalan anak-anak tersebut.

Bentuk kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:

  1. Kenakalan yang tidak dapat digolongkan pada pelanggaran hukum. Kenakalan tersebut termasuk amoral, asosial maupun norma, yaitu pelanggaran terhadap moral, dan melanggar terhadap aturan dan norma yang berlaku di masyarakat, serta pelanggaran terhadap aturan agama. Sebagai contoh pergaulan buruk, menonton video porno dan masih banyak lagi.
  2. Kenakalan yang dapat digolongkan terhadap hukum mengarah kepada tindakan kriminal, seperti percobaan pembunuhan, penyekapan, penganiayaan, mencuri, merampok, memperkosa, pelecehan seksual lainnya, dan masih banyak lagi.

Strategi mengurangi kenakalan remaja dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan :

Layanan Dasar

Layanan dasar adalah membantu kegiatan pengaturan engalaman terstruktur secara klasikal atau dalam kelompok secara sistematis implementasi untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan. Strategi layanan Dasarnya adalah 1) bimbingan klasikal, 2) bimbingan kelompok, 3) Media bimbingan kelompok, 4) asesmen membutuhkan. kontribusi strategis Layanan Penting dalam penciptaan berupa sekolah ramah anak berupa bimbingan klasikal.

Layanan Responsif

Layanan responsif, sebagai sebuah layanan bantuan untuk  masalah yang butuh bantuan segera, agar peserta didik tidak mengalami hambatan dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya. strategi layanan responsif bisa dalam bentuk konsultasi individu, pembinaan kelompok dan lainnya

Layanan Perencanaan Individual

Layanan perencanaan individual sebagai bantuan untuk merumuskan dan melakukan aktivitas sistemik terkait dengan jadwal waktu masa depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan kekurangannya diri, peluang dan kesempatan ada di lingkungan. Strategi layanan perencanaan individual dan peminatan dalam bentuk layanan khusus secara pribadi dan kelompok membantu siswa merencanaan pendidikan berkelanjutan dan perencanaan karir.

Dukungan Sistem

dukungan sistem seperti: untuk membantu atau memfasilitasi proses, atau dukungan tidak langsung pada kelancaran, keefektifan dan pengiriman layanan yang efisien pada bimbingan dan konseling. Strategi layanan dukungan system dalam menciptakan sekolah ramah bisa dengan melakukan kegiatan kerja sama dengan orang tua untuk pengembangan potensi siswa dan membantuan layanan advokasi konselor untuk membela hak konseli yang mengalami perlakuan diskriminatif.

Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan dianggap bahwa perkembangan individu yang sehat terjadi dalam interaksi individu dengan lingkungannya. dengan kata lain, lingkungan pribadi menjadi lingkungan belajar. pengembangan lingkungan yang positif mengurangi kenakalan remaja dengan berbagai strategi layanan.

Sumber :

Bhakti, C. P. (2015). Bimbingan Dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma Menuju Aksi. Jurnal Fokus Konseling, 1(2), 93-106.

Caraka, P. B., & Nindiya, E. S. (2015). Implementasi Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 Dalam Pengembangan Layanan BK di Sekolah Menengah. In Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling (pp. 55-61).

Hidayat, Dede Rahmat. (2013). Bimbingan Konseling : Kesehatan Mental Di sekolah. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sriyanto, dkk. (2014). Perilaku Asertif dan Kecenderungan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media Masa. Jurnal Psikologi. 41(01): 74-88.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun