Mohon tunggu...
Tamara Larasati
Tamara Larasati Mohon Tunggu... -

Hanya seseorang yang jatuh cinta dengan dunia tulis-menulis. Masih amatir. Masih harus banyak belajar. Blog pribadi saya: http://ceritamaraaa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rokok Gak Bikin Lo Keren, Dude

30 Agustus 2012   10:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="sumber foto: ziviso.wordpress.com"][/caption]

Siapa sih yang gak kenal rokok? Rasanya di zaman sekarang, rokok bisa dengan mudah ditemukan. Pergi saja ke depan rumah, pasti ketemu sama benda satu ini. Entah itu sedang dihisap oleh bapak-bapak, pemuda, bahkan pelajar yang seharusnya belum boleh mengonsumsi itu. Saya sendiri tinggal mencari Ayah saja di ruang tamu, pasti di sana beliau sedang duduk, merokok dengan nikmatnya.

Sudah berkali-kali saya mengingatkan beliau tentang bahaya rokok -yang sudah jelas tertulis di bungkusnya tapi tidak dihiraukan- namun beliau tetap saja menghisapnya, makin banyak saja malah. Biasanya dia merengut, cemberut. atau menjawab dengan judes "Gak usah berisik" setiap ditegur, lalu terus merokok. Lagi dan lagi.

Saya lebih miris lagi ketika melihat pelajar seumuran saya, bahkan yang lebih muda dari saya, sudah menjalani kebiasaan buruk ini. Kesal rasanya melihat sekelompok anak cowok yang berkumpul di warung untuk merokok bersama-sama. Saya pikir, "Apa jadinya anak-anak ini kalau sudah besar nanti?" Dari kecil saja udah terbiasa makan racun, saya tidak bisa membayangkan kalau nanti mereka sakit jantung di usia 20-an.

Bagi saya, kerugian yang ditimbulkan dari merokok tidak hanya berdampak pada fisik (sepertinya sudah sangat jelas sehingga tidak perlu dijelaskan lagi), tapi juga kerugian ekonomi. Bayangkan, harga rokok Ayah saya sudah mencapai 13 ribu / bungkus. Cukup untuk membeli seporsi nasi beserta lauknya. Saya jadi kesal kalau melihat "orang-orang kecil" yang selalu mengeluh penghasilannya tidak cukup untuk beli beras, tapi untuk beli rokok selalu cukup.

Dari pengalaman saya, remaja yang merokok selalu dikaitkan dengan sifat berandalan, preman, dll. Walaupun tidak selalu benar, tapi saya setuju kalau kesan yang tertangkap memang seperti itu. Saya bingung ketika banyak pelajar yang merokok dengan alasan "biar keren". Maksudku, ya ampun, keren dari mana coba. Udah bahaya, buang-buang duit, imej yang dibangun juga jelek.

Saya sendiri sebagai cewek gak suka sama cowok perokok. Mungkin "tidak merokok" adalah salah satu syarat penting dalam memilih pasangan. Saya yakin banyak cewek yang sependapat dengan saya, karena biasanya pesan antirokok lebih banyak didukung oleh cewek.

Jadi wahai cowok di luar sana, kalau mau dipuja cewek, tidak merokok atau berhenti merokok adalah langkah awal yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun