Mohon tunggu...
Tamara Aulia
Tamara Aulia Mohon Tunggu... News Reporter at Tempo.co

Deeply committed to advocating for women's issues, engaging in political discourse, and exploring opportunities in financial investment.

Selanjutnya

Tutup

Love

Ghosting: Menghilang Tanpa Jejak, Tren Toxic yang Bikin Patah Hati

8 Maret 2025   12:00 Diperbarui: 22 Juni 2025   02:44 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompas.com/Health, Health Line, Very Well Mind

Pernahkah Anda merasakan kehadiran seseorang yang begitu hangat tiba-tiba berubah menjadi keheningan yang menyakitkan? Itulah ghosting, sebuah istilah yang kini sering terdengar dalam percakapan sehari-hari. Ghosting menggambarkan situasi ketika seseorang yang awalnya dekat tiba-tiba menghilang tanpa jejak, tanpa alasan yang jelas, dan memutus semua bentuk komunikasi.

Fenomena ini tidak terbatas pada satu jenis hubungan saja. Ia bisa terjadi di mana saja, dari momen manis saat PDKT hingga hubungan yang sudah resmi seperti pacaran atau bahkan pernikahan. Meski tampaknya sederhana, ghosting menyisakan luka yang dalam dan pertanyaan yang menggantung, seolah-olah kita sedang membaca novel misteri dengan halaman akhir yang hilang.

Ghosting bukan sekadar "menghilang." Ia adalah cerminan dari banyak hal: ketidakdewasaan emosional, ketakutan menghadapi konflik, atau mungkin ketidaksiapan untuk melanjutkan hubungan. Namun, yang pasti, bagi mereka yang ditinggalkan, efeknya bisa menghantui bukan hanya karena rasa sakit yang dirasakan, tetapi juga karena ketidakpastian yang tersisa.

Ghosting Terjadi pada Hubungan Resmi
Dalam situasi ini, orang yang melakukan tindakan ghosting menunjukkan karakter yang tidak bertanggung jawab hingga tuntas. Hal ini merupakan indikasi bahwa ia belum matang secara emosional, melarikan diri dari masalah yang ada, dan tidak memiliki keberanian untuk mendiskusikan permasalahan dengan pasangannya. Tindakan ghosting ini, menurut saya, adalah perilaku yang kejam dan pahit, namun kenyataan ini tidak dapat dihindari. Faktanya, mungkin selama ini ada kekeliruan dalam menilai pasangan. Pada akhirnya, waktu menunjukkan bahwa sosok yang selama ini Anda cintai dan sayangi ternyata tidak bertanggung jawab dan memilih pergi begitu saja, meninggalkan Anda. 

Lantas, apa langkah berikutnya? Adalah hal yang sangat wajar jika Anda mengambil waktu untuk meratapi situasi ini. Namun, Anda selalu memiliki pilihan: berapa lama Anda ingin meratapi keadaan yang menyakitkan ini? Apakah Anda ingin terus terpuruk atau mulai melangkah maju dalam kehidupan, sambil mencoba mempercayai hari esok? Yang perlu diingat, rasa sedih dan bahagia itu bersifat sementara. Berlarut-larut dalam kesedihan atau terlalu terbuai dalam kebahagiaan pun tidak ada gunanya. Jadi, kuatkanlah diri Anda. Temukan hal-hal yang membuat Anda bahagia dalam hidup ini. Cobalah untuk memberikan waktu kepada diri sendiri, melakukan introspeksi dari hubungan sebelumnya, dan mencari tahu seperti apa pasangan yang Anda butuhkan di masa depan. Ketahui juga apa saja perlakuan yang membuat Anda merasa tidak nyaman. Semakin Anda mengenal diri sendiri dan kebutuhan Anda, semakin jelas standar Anda saat bertemu dengan orang baru di kemudian hari.

Ghosting Terjadi pada Hubungan yang Belum Jelas
Sebetulnya, dalam situasi seperti ini, jika saya bantu tegaskan kembali, hubungan Anda sejak awal memang belum memiliki kejelasan. Meskipun saya meyakini bahwa pertemuan yang baik seharusnya diakhiri dengan cara yang baik pula, tidak semua orang memiliki keyakinan yang sama. Namun, etika tetaplah etika. Hal inilah yang membedakan individu yang berkarakter dengan yang tidak. Jika kita bertanya pada hati, menghadapi situasi dghosting dalam hubungan yang belum jelas, tentu saja tetap terasa menyakitkan. Tetapi, hal ini menunjukkan bahwa mungkin memang Anda berdua tidak ditakdirkan untuk bersama. Bisa jadi, pria yang melakukan ghosting ini tidak menemukan standar yang ia dambakan dalam diri Anda, atau mungkin ia menemukannya pada orang lain. Dan itu tidak apa-apa. 

Dari situ, Anda juga dapat menyadari bahwa pria tersebut bukanlah sosok yang mampu menghormati Anda dalam sebuah hubungan di masa depan. Karena ia tidak memiliki etika dan memilih pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Kabar baiknya, ketika Anda mengalami ghosting oleh seorang pria sebelum hubungan memiliki status yang jelas, bersyukurlah karena Anda telah dipisahkan lebih cepat dari seseorang yang tidak mampu menghormati Anda. Anda tidak perlu menunggu tiga bulan, satu tahun, atau bahkan tiga tahun dalam hubungan yang tidak memiliki kejelasan. Ketika pria tersebut menghilang, satu hal yang perlu Anda ingat: Anda tidak perlu mempertanyakan mengapa ia melakukan ini atau itu. Telan saja rasa sakitnya, blokir dia, dan ucapkan selamat tinggal. Jalani kembali hidup Anda. Anda pantas mendapatkan pria yang lebih baik, seseorang yang mampu memberikan penghormatan yang lebih besar kepada Anda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun