Menurut saya karena pilihan kategori yang disediakan kurang fleksibel, sehingga banyak tulisan yang belum "berbau" green. ~ikitamara
Apa sih definisi istilah green itu sebenarnya? Mencakup apa sajakah? Apakah memang hanya sebatas iklim, peng"hijau"an dan polusi? (tiga term yang tercakup dalam kategori green di kompasiana) Bagaimana dengan penghematan energi? Apakah bisa dikategorikan masuk dalam pembahasan green juga?
Sebelumnya mari ikuti saya menilik hal yang kebetulan dekat dengan profesi saya sebagai lighting designer. Hal paling sering terdengung di telinga saya adalah green lighting. Term ini mewakili penggunaan tata cahaya (termasuk jenis lampu, tata letak, dll) secara teliti dengan memaksimalkan output tapi dengan meminimalkan energi yang terpakai dan dampak-dampak yang kurang baik untuk lingkungan (misalnya timbulnya panas, zat-zat kimia yang tidak kasat mata terbuang ke lingkungan, dll) Kali ini kita akan membahas tentang hidup "green" dengan pencahayaan, khususnya yang berada lebih dekat dengan keseharian kita yaitu di rumah ataupun di kantor (untuk cakupan yang lebih besar seperti halnya pencahayaan eksterior atau urban, akan dibahas lain kali)
Tinjauan pertama kira mulai dengan sejarah bola lampu yang digunakan umat manusia. Awal mulanya-seperti yang kita tahu dan pelajari bersama bahwa bola lampu pertama adalah bola lampu pijar temuan Thomas Alfa Edison. Bola lampu ini berisi filamen-filamen pijar yang warnanya kekuningan. Konsumsi energi bola lampu jenis ini cukup tinggi dengan pelepasan panas ke lingkungan yang cukup tinggi juga. Namun tidak dapat kita hindari fakta bahwa penemuan ini adalah salah satu hal penting yang membantu peradaban manusia untuk lebih maju.
Setelah mengenal lampu pijar, mulai dikenallah lampu jenis baru untuk penggunaan di lingkungan rumah yaitu CFL (Compact Fluorescent Lamp) Lampu ini memiliki output cahaya yang berbeda dengan jenis lampu pijar, CFL berwarna lebih putih (walaupun ada juga yang berwarna kekuningan) Lampu ini sekarang sering sekali kita temui hampir di setiap sudut ruangan yang kita tinggali. Di banyak negara, CFL adalah lampu dengan penjualan paling laris, walaupun harganya lebih mahal dibanding lampu pijar, tapi efisiensi "umur lampu" dan wattage yang terpakai, bisa membuat kita lebih hemat sampai 5 kali lipat. Dan walaupun di beberapa negara terdapat issue permasalahan pembuangan CFL (dikarenakan kandungan zat tertentu yang kurang ramah lingkungan) produk ini masih memegang pasaran tertinggi.
Selanjutnya adalah tentang LED (Light Emitting Diode). Jenis lampu yang dulunya masih sangat mahal untuk ukuran pemakaian dalam sebuah kediaman, sekarang telah mulai berevolusi. Akhir-akhir ini makin banyak kita temukan produk-produk lampu LED yang siap dipakai untuk menerangi dan mempercantik rumah ataupun kantor Anda. Tentu saja harganya masih di atas lampu pijar ataupun CFL, dan kuatnya cahaya yang dihasilkan masih kalah jika dibandingkan dengan lampu T5 misalnya. Tapi untuk Anda yang concern sekali dengan gaya hidup green, tidak ada salahnya untuk lebih memfamiliarkan diri dengan produk-produk yang kini available di pasaran. Dengan wattage yang jauh lebih rendah, Anda akan mendapatkan efek pencahayaan yang tetap memuaskan (tentu saja tergantung pemilihan penataan cahayanya juga ya) Untuk ilustrasi, salah satu produk yang pernah saya temukan hanya membutuhkan energi 10 watt dan cahaya yang dihasilkan setara dengan lampu 50 watt. Dan umur lampu ini mencapai 25.000 jam. Coba bayangkan investasi yang dapat Anda simpan jika dibanding dengan pemakaian lampu pijar atau CFL yang usianya rata-rata ratusan sampai seribuan jam saja. Menarik bukan?
Nah, kita sekarang sudah lebih tau tentang jenis-jenis lampu mana saja yang baik dan tepat dengan kebutuhan. Hal selanjutnya yang paling penting adalah habit atau kebiasaan kita. Untuk menerapkan gaya hidup "green" kita juga harus mematuhi beberapa hal berikut. Pertama, adalah se-sederhana mematikan lampu jika kita sedang tidak menghuni suatu ruangan. Coba bayangkan jika lupa mematikan satu lampu 20 watt di sebuah ruangan selama 12 jam, dengan hitungan 0,02 x Rp 780 (misal biaya per kwh listrik sedemikian) x 12 = Rp 187,2. Itu baru kalau satu lampu dan satu hari lho ya, kalau misalkan ada 10 lampu seperti itu setiap harinya, selama satu bulan, satu tahun? Dikalikan 100 (kediaman) orang, 1000 orang, 1 juta orang? Wow, kita bisa menghemat sampai 674 juta rupiah tiap tahunnya!
Nah, poin yang berikut ini mungkin akan lebih "tough" lagi untuk dikerjakan, tapi saya pernah mendengar dari sebuah radio ternama di ibukota bahwa kebiasaan mencabut alat elektronik saat tidak terpakai, akan dapat menghemat sampai dengan 14% total tagihan listrik Anda. Coba deh mulai sekarang, kalau misal tv atau komputer Anda sedang tidak dipakai cabutlah colokannya dari sumber listrik terdekat. Males? Eh, sekarang sudah ada lho jenis yang tinggal di-"ctek"-tanpa cabut, yang efeknya akan sama saja seperti jika kita mencabut colokan pada port listrik terdekat.