Mohon tunggu...
Dewi Sulistiawaty
Dewi Sulistiawaty Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Make it simple!

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hasil Studi Kaukus Keswa: Prevalensi Kecemasan dan Depresi Meningkat Selama Pemilu 2024

28 Februari 2024   18:26 Diperbarui: 28 Februari 2024   18:30 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri-kanan: Prof. Romo FX Mudji, Prof. Nila, Kristin, Dr. Ray. (Sumber gambar: pribadi)

Pemilu 2024 baru saja usai dilaksanakan. Pesta demokrasi tersebut diwarnai dengan berbagai macam peristiwa, dan juga konflik di kalangan masyarakat Indonesia. Kegaduhan yang terjadi selama penyelenggaraan pemilu ini tentu saja berpotensi menimbulkan kekacauan, hingga mengganggu kesehatan jiwa. Dari studi yang dilakukan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Kaukus Keswa) ditemukan hasil bahwa prevalensi kecemasan dan depresi di masyarakat mengalami peningkatan selama pelaksanaan Pemilu 2024.

Informasi ini disampaikan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH pada hari Rabu, 28 Februari 2024 di Restoran Beautika, Jakarta. Selain itu, hadir juga Tim Peneliti dan Inisiator Kaukus Keswa lainnya, yaitu Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, Prof. Dr. Tjhin Wiguna, Prof. Romo FX Mudji Sutrisno, dan Kristin Samah. Dalam paparannya, Ketua Tim Peneliti, sekaligus Inisiator Kaukus Keswa, Dr. Ray menyebutkan bahwa temuan prevalensi kecemasan dan depresi ini lebih tinggi dibandingkan data hasil Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022.   

Kiri-kanan: Prof. Romo FX Mudji, Prof. Nila, Kristin, Dr. Ray. (Sumber gambar: pribadi)
Kiri-kanan: Prof. Romo FX Mudji, Prof. Nila, Kristin, Dr. Ray. (Sumber gambar: pribadi)

Studi dilakukan menggunakan metode penelitian cross-sectional melalui survei online. Survei tersebut melibatkan 1077 responden yang berasal dari 29 provinsi dan luar negeri. 32,5% dari total responden merupakan warga Jabodetabek, sedangkan sisanya 67,5% dari luar Jabodetabek. Dari survei tersebut kemudian diketahui juga bahwa 5% responden ternyata merupakan Calon Legislatif (Caleg), dan 7,4% responden memiliki anggota keluarga Caleg peserta Pemilu 2024. Dr. Ray pun mengatakan bahwa hasil survei tersebut memiliki tingkat kepercayaan (CI) 95% dengan margin of error di bawah 5,0.

Berdasarkan tingkat partisipasinya, ditemukan sebanyak 71% responden yang berpartisipasi aktif dan sangat aktif selama penyelenggaraan Pemilu 2024. Selain itu, 76% responden mengaku merasa nyaman dan sangat nyaman mengikuti proses pemilu. Namun begitu, terdapat juga responden yang memiliki persepsi konflik yang dianggap cukup mengganggu. Di antaranya, 12% responden mengalami konflik diri, terutama dalam membuat keputusan (memilih), 11% mengalami konflik luar seperti perbedaan pilihan politik, serta 2% responden merasa mengalami tekanan atau paksaan dari pihak luar, seperti tekanan dari keluarga, rekan kerja, serta desakan dari tim kampanye.

Dari hasil survei tersebut ditemukan bahwa pasca Pemilu 2024, prevalensi tingkat kecemasan masyarakat Indonesia berada di angka 16%, dan depresi di angka 17,1%. Persentase tingkat kecemasan dan depresi ini lebih tinggi dibandingkan data Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022, dimana prevalensi kecemasan berada di 9,8% dan depresi di 6%.

"Data Riskesdas dan Direktorat Keswa Kemenkes ini sebelum pemilu. Setelah pemilu, penelitian kami membuktikan bahwa ternyata kecemasan itu jadi 16% dan depresi 17,1%. Spesifik pada Caleg, prevalensi kecemasannya 13%, dan Caleg yang alami depresi 11% pasca Pemilu 2024. Kita tidak bisa membuat kesimpulan bahwa angka ini naik. Tapi kita bisa membuat analisis hubungan, bahwa ternyata terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dan depresi dengan Pemilu 2024," papar Dr. Ray.

Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa 3 dari 10 responden yang mengalami konflik selama proses pemilu, secara signifikan mengalami kecemasan tingkat sedang hingga berat. Bahkan mengakibatkan 2,6 hingga 3 kali lebih berisiko mengalami kecemasan sedang hingga berat. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat erat dan bermakna antara proses Pemilu 2024 dengan kecemasan dan depresi masyarakat Indonesia. Pemilu 2024 meningkatkan risiko mengalami kecemasan antara 1,6 hingga 2,7 kali, serta 3 kali lebih besar berisiko mengalami risiko tingkat sedang hingga berat.

Sementara Prof. Nila F Moeloek mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan perlu adanya intervensi dan mitigasi khusus di masyarakat. Orientasinya adalah dengan cara mencegah supaya kecemasan dan depresi itu tidak memberat. Menurutnya kecemasan dan depresi merupakan pintu masuk untuk gangguan jiwa serius, bahkan bisa fatal. Jadi sebaiknya segera dilakukan tindakan pencegahan.

Berdasarkan hasil studi tersebut, Tim Peneliti Kaukus Keswa merekomendasikan agar pemerintah dan segenap komponen masyarakat untuk menjadikan suasana komunitas tidak berlarut-larut membahas aspek konflik dan perbedaan politik pasca pemilu. Sebaliknya perlu ada sudut pandang positif agar situasi pasca pemilu menjadi nyaman. Kaukus Keswa juga merekomendasikan penting adanya penguatan akses pelayanan kesehatan jiwa di tingkat komunitas dan layanan primer, termasuk membuka potensi konseling di puskesmas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun