Kemarin, saya mendengar sirine ambulan menderu-deru di sepanjang jalan Bangka membelah Kemang dari Pondok Labu Jakarta Selatan. Ambulan itu membawa jenazah salah seorang rekan yang sebelumnya menjadi tetangga. Abdul Nasyit namanya. Sirine itu serta merta mengingatkan saya sebuah gerakan sosial yang sudah menjadi trademark Relawan Dibo Piss selama ini. Aneh memang, sirine itu selalu saja melintas dan mampir di telinga saya sperti menari-nari ke mana saja saya pergi. Saat saya berada di seluruh penjuru Jakarta (Pusat,Tmur, Utara) bahkan Kepulauan Seribu - sirine itu bak suara ajaib yang selalu hinggap di telinga. Saat sirine itu bergema di telinga, saat itu pula saya ingat bahwa di tempat itu sedang ada warga DKI yang berduka. Saat sirine itu terdengar di seantero Jakarta ini, saat itu pula pikiran saya menerawang tentang sebuah kerja Relawan Dibo Piss yang terus berbuat untuk membantu warga dengan segala duka dan cita.
Saat cagub dalam pilkada 2012 berlomba dengan beragam teori sebagai upaya kampanye dan sosialisasi program yang sulit dipahami masyarakat, Alex Noerdin justeru merangkul kemitraan dengan Relawan Dibo Piss memberi layanan ambulan gratis sebagai langkah kongkrit yang mudah dipahami warga dan sangat emphatik. Sementara cagub lain mencari simpatik dengan strategi yang datar, Alex Noerdin justeru melakukan langkah nyata yang dapat dirasakan secara langsung dan mudah sekali dipahami warga. Salah satu bukti kerja nyata bung Alex bisa dilihat di sini atau di sini juga di sini boleh juga di sini.
Sirine ambulan yang memekik telinga di seantero Jakarta itu menjadi sebuah pertanda bahwa begitu banyak sudah masyarakat DKI tertolong dari duka yang menimpa. Sirine itu tidak lagi berkata "kalau", "bila", "nanti" sebagai persyaratan untuk realisasi tetapi sirine itu seakan berteriak kepada kita bahwa semestinyalah para cagub tidak banyak memainkan manover politik teoritis saja tetapi lebih kepada memberi bukti kepada masyarakat secara ril.
Sirine itu bahkan terus terdengar hingga tidur nyenyak di tengah malampun dirasukinya. Rasanya tidak ada ruang dan ruas jalan yang luput dari gerak roda dan sirine ambulan gratis itu. Dalam hati saya berbisik, "Alex Lagi Alex Lagi"
Itulah sepenggal catatan dan opini yang terlintas dalam benak saya mencermati Jakarta menjelang pesta demokrasinya 11 juli mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H