Lagu ini benar-benar mempengaruhiku! Merasuk ke dalam hati, membuat wajah terasa panas. Bahkan mata terpejam dengan sendirinya, membiarkan lagu itu sepenuhnya menguasai tubuh ini.
Tidak dapat dicegah, mulutku seperti tertarik untuk tersenyum. Angin malam secara cepat menyentuh ujung telinga, aku merasa nyaman. Air mataku kembali keluar, kini aku menangis tanda senang.
3 menit, lagu itu habis. Alat pemutar musik itu hanya memiliki satu lagu, seakan-akan dia memang sengaja menyiapkannya untukku. Kini, aku sudah tidak takut tersakiti. Karna sekeras-kerasnya duri terselip di hati. Aku tahu, aku sudah ada tempat untuk kembali.
…
“Selesai!” kata ayah mengakhiri ceritanya.
“Bagaimana? Apa yang bisa kau ambil dari cerita ayah kali ini?”
Aku bergumam sejenak sambil memalingkan wajahku ke jendela kamar, bulan bersinar sangat terang malam ini. Sejenak keheningan mengambil alih pikiranku.
“Aku punya tempat kembali!” kataku tiba-tiba sambil menatap ayah.
Ayah masih menatapku tidak merespon, mungkin dia belum mendengarnya dengan baik.
Aku melanjutkan jawabanku, “Seberat apapun masalah, hadapilah! Tapi jika kau sudah putus asa, ingat! Bahwa pasti ada suatu tempat untuk kita kembali. Jadi, jangan takut untuk menghadapi masalahmu!”
Ayah masih menatapku, tatapannya melembut.
“Ya. Kamu memang anak ayah yang pintar, sekarang sudah waktunya tidur. Selamat tidur anakku!”